पेंगेनालन तोकोह teladan
atatan serbaneka asrir pasir
Pengenalan tokoh teladan
Menurut politikus Partai Amanat Nasional (PAN), Bima Arya Sugianto, Indonesia keteladanan. Sesuai dengan zaman, maka pengelanan tokoh teladan bisa dilakukan melalui Facebook, Twitter, Youtube, atau melalui komik, atau melalui museum. Sudah tak zamannya lagi pengenalan tokoh teladan dlakukan melalui buku-buku pelajaran yang lecek, bau, serta tidak menarik (KOMPAS, Sabtu, 2 Juli 2011, hal 4, “Sesuaikan Zamannya”).
Dalam hubungan ini, bagaimana caranya mengenalkan sosok Muhammad Rasulullah saw kepada generasi muda yang sesuai dengan kondisi masa kini ? Seyogianya para ahili, para pemikir bersungguh-sungguh bekerja keras memikirkan masalah ini. Satu-satunya sosok ang amat sangat jujur (Al-Amin) yang perlu diteladani sebagai teladan paripurna (uswah hasanah). Semoga negeri ramai, kaya dengan manusia-manusia jujur, amanah, bukan manusia-manausia manipulatif.
Adalah mustahil mengharapkan Pancasila, PMP, P4, Asas Tunggal akan dapat melahirkan manusia-manusia jujur, amanah. Era Orde Barudengan Pancasila, PMP, P4, Asas Tunggal dibawah komando Jenderal Soeharto hanya mampu melahirkan generasi, manusia-manusia korup, manusia-manusia manipulative.
Jangan mengkritik koruptor, pembohong. Kritiklah diri sendiri nasehat Rektor UKI Maruli Gultom (idem). Sambil mulutnya terus ngoceh tentang Pancasila, oleh pimpinan parpol serakah, demokrasi dapat ditransformasi jadi aristokrasi (Simak Daoed Joesoef : “Politikus di Zaman Edan”, KOMPAS, Sabtu, 2 Juli 2011, hal 6, “Opini”).
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1108070800)
Posted Agustus 7, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Menyebarnya teroris Leave a comment
catatan serbaneka asrir pasir
Darah teroris tertumpah
Sudah tak terhitung berapa banyak jumlah korban bergelimpangan mereka yang dicap sebagai teroris (menurut terminologi Amerika dan sekutunya masa kini). Namun realitas menunjukkan bahwa teroris tak pernah berkurang, malah makin bertambang. Tampaknya Hukum Boyle Gay Lussac PV=CT juga berlaku dalam Ilmu Sosial di samping dalam Ilmu Fisika. Semakin ditekan, semakin militan.
Simak dan perhatikanlah di mana-mana, apa ayang terjadi. Apakah dengan membantai Hasan alBanna, Ali Audah, Sayyid Quthub, orang-orang Ikhwanul Muslimin; teroris makin berkuang di Mesir ? Apakah dengan membantai oang-orang FIZ; teroris makin berkurang di Aljazair ? Apakah dengan membantai orang-orang DI, JI, Amrozi, Mukhlas,Imam Samudera, Azhari, Nurdin, dan lain-lain; teroris makin berkrang d ndonesia ? Demikian juga di Mindanau, di Patani, di Kashmir, di Kurdi, dan lain-lain.
Bagaimana pun paham tak akan bisa dibasmi, dimusnahkan dengan memusnahkan orang-orangnya. Selama misi jihad masih berlaku, maka akan selalu saja bermunculan silih berganti mereka-mereka yang siap mengusung panji-panji “hidup mulia atau mati syahid”.
Mereka yang dikategorikan di Indonesia pada masa kini sebagai teroris, sebenarnya adalah para pencari syahid (Simak antara lain Mudzakir Muhammad Arif MA :Teroris Menurut AlQuran”, SABILI, No.01, Th.X, 25 Juli 2002, hal 12-13, “Tadabbur”; Drs H Ahmad Yani, MM, MBA : “Mulia dengan Jihad, Terhina Tanpa Jihad”, SUARA MUSLIM, DDII Bekasi, Edisi 33-Thn.2011M/1432H, hal 56, “Muhasabah”).
Mereka ini dipandang sebagai orang-orang bodoh yang telah menjalani/mengalami cuci otak, yang mudah tertarik akan iming-imingan masuk surga, yang menjatuhkan diri kedalam kebinasaan (QS 2:195 ?). “Mereka mudah diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surge” kata Washington Iring, orientalis Amerika Serikat pada abad ke-19 (Simak Muhammad Husin Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad” Tintamas, Jakarta, 1984, hal 693).
Bandingkan perkembangan/penyebaran yang dikateorikan teroris itu di Indonesia dengan perkembangan/penyebaran Darul Islam (DI) di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera pada awal-awal kemerdekaan RI (Simak Al-Chaidar : “Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM Kartosoewirjo”, Darul Falah, Jakarta, 1999, hal 124-174, “Ditabuhnya Genderang Perang Semesta : Munculnya Darul Islam di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Aceh”).
Memusnahkan teroris
Mereka yang dicap teroris (menurut terminologi Amerika Serikat dan sekutunya masa kini) haruslah dijinakkan, dikendalikan, dikandangkan, dimasukkan ke dalam sangkar. Demikian suara-suara nyaring terdengar dalam membasmi, menumpas, memusnahkan teroris saat ini. Ide, gagasan ini mengacu kepada konsep, metode yang dilakukan oleh Ali Murtopo dada era Orde Baru dengan Komji (Komando Jihad) hasil rekayasanya untuk mengandangkan orang-orang NII dan IJ agar berada dibawah kendali.
Dalam bahasa kini disebutkan bahwa untuk mengantisipasi teroris, dengan melakukan deradikalisasi terorisme secara holistik (menyeluruh) inter-disiplin (lintas sektoral). Maksudnya menjinakkan, mengandangkan, menempatkan mereka itu di bawah kendali seperti yang pernah dilakukan oleh Ali Murtopo dengan mengenyangkan perut mereka (terpenuhinya sosial ekonominya). Kuncinya setiap orang akan bisa ditundukkan dengan tripel ta (harta, tahta, wanita). Snouck Hurgronje mengajarkan agar Islam Politik/Militan dimusnahkan dengan menjinakkannya, menempatkannya dibawah kendali, sehingga mereka tak bisa berbuat macam-macam. Sedangkan Islam Ibadah/Seremoni sebisa mungkin didukung/dibantu.
Tangan kanan Ali Moertopo di Opsus antara lan Pitut Soeharto. Kolonel Pitut Soeharto ditugasi Ali Moertopo menggarap bidang penggalangan politik Islam, seperti menggarap PPP, NU, bekas anggota DI/TII (Simak Al-Chaidar : “Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM Kartosoewirjo”, Darul Falah, Jakarta, 1999, hal 222, catatan kaki no.5). Hapir masing-masing individu mantan tokoh DI diberi modal cukup oleh Pitut Suharto, sehingga hidupnya menjadi makmur secarra ekonomi (Simak Desastian [Adhes Satria Sugestian ?) : “Politik Belah Bambu Kaum Hipokrit : Dari Komando Jihad, LDII hingga NII”, SUARA MUSLIM, DDII, Bekasi, Edisi 33-Th.2011M/1432H, hal 20-21).
Abdul Gaffar (Prof Dr Christian Snouck Hurgronye, 1857-1936) mengemukakan agar pemerintah Kolonial Hndia Belanda untuk :
- Melarang percobaan-percobaan oleh Islam untuk mengembangkan suatu basis politik yang kuasa.
- Menggalakkan aktivitas-aktivitas keagamaan Islam.
- Membatasi setiap kemungkinan masuknya orang atau ajran yang mungkin membangkitkan semangat juang.
- Memberikan keleluasaan kepada orang Islam, sedemikian rupa, terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan urusan ibadat, kalau perlu ikut memberikan dorongan yang cukup berarti.
- Mengontrol semua kegiatan orang Islam, khususnya yang mengarah kepada politik praktis.
- Mendukung unsur-unsur yang hidup dalam masyarakat, seperti mereka yang kurang fanatik Islam, para ketua-ktua adat, dan orang-orang yang termasuk dalam golongan priyai elite. (Simak antara lain PANJI MASYARAKAT, No.223, 15 Mei 1977, hal 19, 21; No.528, hal 72).
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107191015)
Posted Agustus 6, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Kecurangan demi kecurangan Leave a comment
Kecurangan demi kecurangan
Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 Ir Soekarno mengajak pemuka Islam bekerja sehebat-hebatnya agar supaya sebagian terbesar kursi DPR diduduki oleh utusan-utusan Islam, sehingga hukum-hukum yang dihaslkan DPR itu adalah hukum Islam (Simak “Lahirnja Pantjasila”, 1947, hal 31-32). Namun sayang, dalam praktek perjuangannya Ir Soekarno sebenarnya sama sekali tak tertarik memperjuangkan bebas-merdekanya hukum ajaran Allah.
Ide Pancasila Soekarno adalah Nasakom (Nas-A-Marx) , Marhaenisme ( Marx-Hegel-Engels), Marxisme Indonesia, Nasionalisme Indonesia, perkawinan antara Nasionalisme, Agama, dan Marxisme (Proletar),yang diperjuangkannya sejak tahun 1926-an (Simak Soegiarso Soerojo : “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”, Jakarta, 1988, hal 107). (Muncullah DeIslamisasi, DeFormalisasi Syari’at Islam, Islamo phobia).
Berbagai tindak kekerasan dan pelanggaran HAM subur dilakukan oleh rejim Orde baru di bawah komando Jenderal Soeharto. Termasuk kasus Tanjung Priok dan pembantaan missal di mana-mana (Simak A Made Tony Supritno : “1996 : Tahun Kekerasan dan Potret Pelanggaran HAM di Indonesia”, LBHI, Jakarta, 1997). Untuk menarik simpati umat Islam maka didirikanlah ICMI. Namun ini hanyalah manipulasi politik, sekedar sarana terselubung untuk mengandangkan, menjinakkan umt Islam.
Pengandangan, penjinakkan umat slam ini sangat berhasil melumpuhka potensi politik umat Islam sampai era Habibie, GusDur, Megawati, bahkan kini di era Esbeye. Sebelum terpilih, kader PKS, PAN, PKB dan yang lainnya rame-rame mendekati, mencari simpati umat Islam. Namn setelah terpilih rame-rame menggusur Islam dari pentas politik, dan pada siding MPR-2000 lebih menyukai Pancasila daripada Islam.
Membaca situasi, kondisi potensi politik umat Islam masa kini, KH Firdaus AN sengaja menulis : “Dosa-Dosa Politik Orla dan Orba yang tidak boleh berulang lagi di era Reformas”, terbitan Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1999. ada penutp bukunya, Firdaus mengemukakan “Yang ideal d Indonesia cukup memiliki dua buah partai politik, yaitu Partai Isam, dan yang satu lagi Partai Pancasila (yang mengadopsi paham Nasonalsme, Demokratisme, Sosialisme, Humanisme, Monotheisme) (hal 187).
(BKS1108060730)
Posted Agustus 6, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Kas negara dalam Negara Islam Leave a comment
catatan serbaneka asrir pasir
Kas negara dalam Negara Islam
Pendapatan dan Belanja Negara. Sumber pemasukan/pendapatan bagi keuangan/kas negara (Baitulmal) berasal dari :
a. Zakat. Zakat diambil/dipungut dari kekayaan kaum umat Islam sesuai dengan ketentuan syara’, berupa mata uang, barang dagangan, ternak, tanaman, disimpan dalam baitulmaal dan dibagikan sesuai dengan ketentuan syara’.
b. Jizyah, iuran diambil/dipungut dari kalangan dzimiy (non-muslim) sebgai imbalan atas keamanan dan perlindungan yang diterimanya dari Negara Islam.
c. Kharaj diambil/dipungut atas pajak tanah (hasil bumi) sesuai dengan produktivitas hasilnya.
d. ‘Usyur diambil/dipungut atas cukai barang-barang impor berdasarkan nilai fisiknya.
e. Pajak diambil/dipungut dari kaum Muslimin sesuai dengan ketentuan syara’ untuk menutupi pengeluaran baitulmal, sesuai dengan kebutuhan negara.
f. Sumbangan-sumbangan (infaq, shadaqah tathawu’). Infaq ialah kewajiban tiap warganegara untuk ditunaikan/dibayarkan, baik berupa harta atau benda di masa damai namanya infauddin, dan di masa perang namanya infaq fi sabilillah.
g. Pungutan wajib (taudhif). Ta’zir ialah denda menurut hukum yang dijatuhkan oleh mahkamah
h. Fa’i. Ghanimah.SalabKhumsul ganaim, seperlima dari harta rampasan perang
Baitulmal (Kantor Bendahara Negara) adalah Lembaga yang mengurus pemasukan dan pengeluaran negara.
Keuangan Negara digunakan untuk : Memenuhi keperluan jaminan sosial dan pertahanan negara.
Kekayaan negara itu selanjutnya dpergunakan untuk membiayai para qadhi, amir, angkatan perang, pegawai lainnya dan untuk membiayai aneka ragam pembangunan dalam negara seperti pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit, perpustakaan, benteng-benteng, pengairan, danlain-lain.
Anggaran belanja negara memiliki pos-pos yang baku sesuai ketentuan syara’. Sedangkan rincian pos-pos anggaran dan nilainya untuk masing-masing bagian, serta bidang-bidang apa saja yang memperoleh anggaran, semuanya ditentukan oleh ijtihad Khalifah (Kepala Negara).
Sumber tetap pemasukan baitulmal berupa fa’i, jizyah, kharaj, seperlima harta rikaz dan zakat. Seluruh pemasukan ini dipungut secara tetap.
Apabila sumber tetap pemasukan baitulmal tidak mencukupi anggaran, maka negara boleh memungut pajak dengan syarat tertentu.
Sumber pendapatan yang disimpan di baaitulmal mencakup harta yang dipungut dari kantor cukai, harta yang dihasilkan dari badan usaha anegara, dan dari harta warisan yang tidak memiliki ahli waris.
Pengeluaran baitulmal disalurkan pada :
a. Delapan golongan yang berhak menerima zakat (mustahik).
b. Para pegawai, pejabat, militer.
c. Pembangunan sarana pelayanan masyarakat 9seperti jalan raya, rumah ibadah, rumah sehat, sekolah.
d. Pembangunan sarana pelayanan pelengkap.
e. Bencana alam (seperti gempa bumi, angin topan).
(Jika dari kas zakat tidak ada dana, maka untuk fakir, miskin, ibnu sabil, kebutuhan jihad dan gharimin diberikan dari sumber pemasukan baitulmal lain. Apabila dana baitulmal tidak mencukupi, maka segera dipungut pajak untuk memenuhi biaya tersebut).
(Simak antara lain :
- Taqiyuddin an-Nabhani : “Peraturan Hidup dalam Islam”, HTI, Jakarta, 2006, hal 167-170.
- Prof Dr TM Hasbi ash-Shiddieqy : “Ilmu Kenegaraan dalam Fiqih Islam”, Bulan Bintang, Jakarta, 1991.
- Dr Ahmad Abdul Aziz An Najjar dkk : “100 Soal Jawab tentang Bank Islam”, Al-Ma’arif, Bandung, 1987, hal 25-30.
- Al-Chaidar : “Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM Kartosoewirjo”, Darul Falah, Jakarta, 1999, hal 107-109
- ALWA’IE, No.101, 1-31 Januari 2009; 102, 1-28 Feburari 2009.
- Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk X, Pustaka Pabjinas, Jakarta, 1983, hal 2).
Posted Agustus 5, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Jalur menuju Daulah Islamiyah Leave a comment
Monday, May 30, 2011
Jalur Menuju Daulah Islamiyah (Wacana Ideologi Daulah Islamiyah)
Mengacu pada Dr Yusuf Qardawi (“AlHallul Islamy”, Pedoman Ideologi Islam, Gema Risalah, bandung, 1988), maka untuk menuju Daulah Islamiyah yang pernah diwacanakan ada beberapa jalur. Pertama, dengan dekrit pemerintah, pengemuman pemerintah. Kedua, dengan kekuatan militer, dengan kekuatan senjata. Ketiga, dengan pendidikan dan bimbingan (tarbiyah dan taklim). Keempat, dengan pengabdian masyarakat (aksi sosal, tabligh).
Hasan alBannan dengan Ikhwanul Musliminnya di Mesir, maududi dengan Jama’ah Islamiyahnya di Pakistan, Hasan Turabi di Sudan, dan lain-lain menempuh jalur politik, jalur parlemen dan jalur dakwah. Nabhani dengan Hizbut Tahrirnya juga menempuh jalur politik dan jalur dakwah. Sedangkan Abu Bakar Baasyir menempuh jalur dakwah dan jalur jihad. Berbeda dengan sema itu Kartosuwirjo sangat komit dengan Islam menempuh jalur perjuangan bersenjata dengan memproklamirkan berdirinya Negara karunia Allah, Negara Islam Indonesia (NII) pada 27 Agustus 1948.
Lain lagi dengan Prof Raijiah Garaudy (Roger Garaudy), mantan pakar strategi Marxis (anggota politburo Partai Komunis Perancis) dalam teori penegakan Islamnya mengemukakan, bahwa agar syari’at berguna untuk diterapkan di berbagai masarakat manusia, maka Islam harus menjadi milik golongan tertindas (kelas proletar ?) dan harus memberi ruh harapan dan semangat hidup bagi semua.
Upaya penegakan daulah Islamiyah kandas, terhalang, terhadang oleh Jaringan Trio Fir’aunisme-hamanisme-Qarunisme (Globalisasi/nternasionalisasi dalam sistim Politik, Militer, Hukum, Ekonomi, Bank, Asuransi, Industri, Sains, Teknologi, Informasi, Komunikasi). Semuanya dibawah kendali, dibawah control Amerika Serikat danpendukungnya dari ahudi (Yudaism) dan Nasrani (Christioanism). Semuanya direkayasa, dirancang, diciptakan, didominasi untuk kepentingan mereka dan pendukungnya.
(Asrir BKS1009060600 wrtten by sicumpaz@gmail.com)
posted by Kami Menggugat at 1:01 AM
Posted Agustus 5, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Mencari hikmahnya Leave a comment
catatan serbaneka asrir pasir
Teka-teki
Apa hikmahnya dalam alQuran terdapat hal-hal yang berupa seolah-olah teka-teki, berupa mutasyabihat, padahal dinyatakan bahwa dalam alQuran itu yang ada hanyalah yang pasti, yang tak diragukan, yang tak debatable. Misalnya tentang jumlah ahlul kahfi, jumlah pemuda yang bersembunyi di gua, apakah tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan dengan anjingnya (QS 18:22). Tentang sosok DzulQarnin (QS 18:82), Yakjuj wa Makjuj (QS 18:94), Luqman (QS 31:12), mertua Nabi Musa (QS 28:27), malam qadar (QS 97:3), kadar/lama satu tahun (QS 32:5, 70:4), tempat nabi Isa (QS 3:55, 4:158), makna senggol/lamas (QS4:42, 5:6), penyebutan budak (ma malakat aimanuhum) dalam sejumlah ayat (antara lain dalam QS 23:6, 70:30) ?
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107121900)
Assalamu’alaikum w.w.
Re : Mecari Persepsi (Wacana) tentang misi Islam
Mohon penjelasan perihal berikut :
1. Terkait akhir ayat QS 5:3, apakah misi Islam sudah selesai, sudah
berakhir ketika dinyatakan bahwa agama Islam sudah lengkap, sempurna ?
2. Terkait ayat QS 9:33, 61:9, apakah misi Islam sudah selesai, sudah
berakhir, ketika agama Islam sudah merata di seluruh jazirah Arab,
sudah tak ada lagi kaum musyrik ?
3. Terkait ayat QS 9:28, dan tafsirnya (dalam “Tafsir AlAzhar”, X:162,
XXVIII:68,181), apakah kaum musyrik itu sebatas kaum kafir Quraisy
pada masa Rasulullah saw ?
4. Terkait gambar/lukisan surga dalam Quran, apakah misi Islam
terbatas untuk penghuni jazirah Arab masa lalu (“Idiom tentang surga
berdasarkan kepada konteks pengalaman budaya masyarakat Arab pasti
berbeda dengan ‘idiom surga’nya orang Jawa”, kata Emha Ainun Nadjib,
dalam “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, Mizan, Bandung, 1997:392) ?
Terima kasih.
Wassalam.
Posted Agustus 5, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Mencari hikmahnya Leave a comment
catatan serbaneka asrir pasir
Teka-teki
Apa hikmahnya dalam alQuran terdapat hal-hal yang berupa seolah-olah teka-teki, berupa mutasyabihat, padahal dinyatakan bahwa dalam alQuran itu yang ada hanyalah yang pasti, yang tak diragukan, yang tak debatable. Misalnya tentang jumlah ahlul kahfi, jumlah pemuda yang bersembunyi di gua, apakah tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan dengan anjingnya (QS 18:22). Tentang sosok DzulQarnin (QS 18:82), Yakjuj wa Makjuj (QS 18:94), Luqman (QS 31:12), mertua Nabi Musa (QS 28:27), malam qadar (QS 97:3), kadar/lama satu tahun (QS 32:5, 70:4), tempat nabi Isa (QS 3:55, 4:158), makna senggol/lamas (QS4:42, 5:6), penyebutan budak (ma malakat aimanuhum) dalam sejumlah ayat (antara lain dalam QS 23:6, 70:30) ?
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107121900)
Assalamu’alaikum w.w.
Re : Mecari Persepsi (Wacana) tentang misi Islam
Mohon penjelasan perihal berikut :
1. Terkait akhir ayat QS 5:3, apakah misi Islam sudah selesai, sudah
berakhir ketika dinyatakan bahwa agama Islam sudah lengkap, sempurna ?
2. Terkait ayat QS 9:33, 61:9, apakah misi Islam sudah selesai, sudah
berakhir, ketika agama Islam sudah merata di seluruh jazirah Arab,
sudah tak ada lagi kaum musyrik ?
3. Terkait ayat QS 9:28, dan tafsirnya (dalam “Tafsir AlAzhar”, X:162,
XXVIII:68,181), apakah kaum musyrik itu sebatas kaum kafir Quraisy
pada masa Rasulullah saw ?
4. Terkait gambar/lukisan surga dalam Quran, apakah misi Islam
terbatas untuk penghuni jazirah Arab masa lalu (“Idiom tentang surga
berdasarkan kepada konteks pengalaman budaya masyarakat Arab pasti
berbeda dengan ‘idiom surga’nya orang Jawa”, kata Emha Ainun Nadjib,
dalam “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, Mizan, Bandung, 1997:392) ?
Terima kasih.
Wassalam.
Posted Agustus 5, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Belajar menyimak teks/matan hadits Leave a comment
catatan serbaneka asrir pasir
Belajar menyimak teks (matan) hadits
Dalam usia sudah lebih tujuh puluh tahun, isteri saya mencoba belajar mengetik, menulis menggunakan komputer pinjaman dari seoang keponakan. Saya iktu-ikutan turut membantu, menolongnya. Adakalanya ikut mencarikan, menemukan ayat-ayat Quran dan Hadits-hadits Rasulullah saw yang dicomot (diunduh, didownload) dari situs http://kitab_kuning.blogspot.com yang terhimpun, terkoleksi dalam suatu mausu’at yang terdiri dari 2o kitab hadits.
Saya sendiri tak mengerti bahasa Arab, hanya sekedar mengenal bahasa Arab dasar yang sangat minim. Dengan hanya memiliki pengetahuan dasar bahasa bahasa Arab yang sangat minim itu, saya meraba-raba mencari teks (matan, naskah) hadits yang diperlukan sebagai rujukan tulisan oleh isteri saya dari mausu’at digital tersebut. Pernah mencari hadits yang maknanya, maksudnya “Aku tinggalakan kepada kamu sekalian dua hal (panduan hiduP). Kamu sekalian tak akan tersesat bilamana kamu sekalian berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah RasulNya”. Namun saya gagal, tak berhasil menemukan teks (redaksi, matan) yang bermakna seperti itu. Yang saya temukan hanyalah hadits yang menyebutkan bahwa yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw itu adalah Kitabullah dan Ahlul Bait, dalam “Mustadrak” AlHakim dari Zaid bin Arqam, pada kitab Makrifah Shahabat, hadits no.4577. Seangkan hadtis sebelumnya, hadits no.4576 menggunakan lafal “tsaqalain”, dan bukan “amrain”.
Pernah pula mencari hadits yang maknanya, maksudnya “Peliharalah yang lima sebelum datang yang lima”. Hadits tersebut ditemukan dalam “Mustadrak” AlHakim, kitab ArRiqa, hadits no.7846 dari Ibnu Abbas, dalam “Mushanil” Ibnu Syaibah, kitab AzZuhd, hadits no 18/19, dalam “Fathul Bary” Ibnu Hajar, kitab ArRiqaq, komentar hdits no.6053. Sehubungan dengan hadits no.6053 yang maknanya, maksudnya “Hiduplah di dunia seolah-olah bagai orang asing atau sebagai musafir”, ketika mengomentari, mensyarah sanad hadits tersebut, Ibnu Hajar menyebutkan nama Ulama Hadits yang menemukan tadlis (penyamaran) dalam sanad hadits tersebut. Lafal ‘haddatsani” (telah memberitakan kepadaku) aalah tadlis (penyamaran) dari lafal “’an” (dari).
A Qadir Hasan dalam kitabnya “Ilmu Musthalah hadits” menyebutkan bahwa di dalam kitab Bukhari terdapat 1341 hadits Mu’allaq dan dalam Shahih Muslim ada sedikit. Hadits Mu’allaq aalah hadits yang awal sanadnya gugur seorang rawi atau lebih secara berturut-turut. Hadits Mu’allaq itu hukumnya lemah, tidak boleh dipakai sebagai rujukan. Juga disebutkan bahwa dalam Kitab Bukhari dan Muslim terdapat riwayat Mudallas, tetapi riwayat-riwayat itu di bab lain dan di temapt lain, ada sanadnya yang tidak Mudallas. jadi boleh dikatakan tidak ada hadits Mudallas yang tersendiri dalam kedua-dua kitab itu. Hadits Mudallas adalah hadits yang sadanya samar (hal 92,93,99,107).
Kesahihan hadits riwayat Bukhari disepakati oleh semua ahli hadits, apabila hadits-hadits itu dikembalikan kepada kriteria-kriteria jumhur Simak “Ragam Madah” ALMUSLIMUN, Bangil, No.215, hal 69)
(BKS1105190830)
Posted Agustus 4, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Mengaca diri Leave a comment
catatan serbaneka asrir pasir
Mengaca diri
Kondisi saat ini sedang berpihak kepada musuh Islam. Ideologi Kapitalisme telah menguasai dunia, Paham Liberal sudah merajalela, Ide-ide Hak Asasi Manusia laris seperti pisang goring, demokrasi menjadi topik perbincangan yang sangat diminati.
Sedangkan Islam hanya dianggap sebagai agama ritual yang hanya membahas ibadah dan akhlak serta aturan yang berkaitan dengan individu saja, tidak mencampuri urusan masyarakat dan pemerintah. Islam diopinikan sebagai ajaran yang mengajarkan kekerasan, umat Islam ta’at menjalankan ibadah dan hukum-hukum Islam dilecehkan sebagai fanatic, terlalu idealis, sok alim, sok suci dan sebagainya. Umat Islam yang ingin mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan syariat Islam dituduh sebagai kelompok teroris, militant, garis keras dan sebagainya (Hari Moekti : “Mencetak Generasi Cerdas Dan Bertaqwa”, Cakrawala, akarta, 2004, hal 161-162).
Aksi pemurtadan yang dlakukan oleh musuh-musuh Islah berhasil menciptakan Islam Moderat, Islam Liberal, Islam Realitas, Islam Pluralis dengan menebarkan, menyebarkan benih/racun Tasykik (Krisis konfidensi), Tasywih (Rendah diri), tadzwib (Pelacuran diri), Taghrib Pembaratan) (Simak Sulaman Zachawerus : “Kumpulan Materi kajian”, AlItqan, Bekasi, 2009, hal 8-9, 128-129).
Kenyataan menunjukkan bahwa Umat Islam telah disekularisasikan, dijauhkan dari Dinul Islam, dibuat sedemikian rupa sehingga tidak lagi mengenal Sistem Hidup Islam. Umat Islam masih mengaku beriman kepada Allah yang telah menurunkanal-Quran, tetapi mereka tidak menggunakan al-Quran sebagai dasar Hukum mereka. Umat Islam terpancing/tertipu oleh materialism, kegemerlapan dunia. Terjadilah perbedaan/kesenjangan antara Conscience of The People (Kesadaran rakyat) dengan Policy of The ruler (Kebijaksanaan Penguasa). Terjadilah apa yang mesti terjadi, sebgaimana hukum Boyle-Gay Lussac PV=CT, suhu semakin panas, tekanan semakin keras. (Simak Drs Mohammad Soebari MA : “Makalah : “Kesenjangan Dengan Sembilan Basis Konsepsi”, Biro Dakwah Dakta, Bekasi, 1998, hal 4, 23).
Kenyataan (Das Sollen) menunjukkan bahwa di mana-mana keunggulan itu dimiliki/didominasi oleh Jahili/Sekuler, bukan oleh Islam. Padahal keunggulan itu semestinya (Das Sollen) dimiliki/didominasi oleh Islam. Akibatnya upaya penegakkan pemerintahan Islam (Darul Islam, Daulah slamiyah, Khilafah Islamiyah). tetap saja gagal, meskipun berlangkali dilakukan, karena Umat Islam itu lemah dalam segala hal. Piranti keras (hardware)-nya lemah sama sekali (strategi, teknik, taktik, logistik, personil, informasi). Disarankan agar ada upaya pembinaan secara menyeluruh di semua bidang kehidupan (ideologi, politik, ekonomi, sosial, kultural, moral, spiritual, sains, estetika, edukasi, dan lain-lain).
Dalam hubungan ini, Abul A’la al-Maududi menulis sejumlah risalah tipis, antara lain ; “Sejarah Pembaruan Dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, “Kemerosotan Ummat Islam Dan upaya Pembangiktannya”, “Metoda Revolusi Islam” (Silakan simak analisa, konsep, metode yang ditawarkannya).
Namun dalam hal ini (kewajiban menegakkan Negara Islam), masih saja terjadi polemik, ikhtilaf, beda ijtihad, beda persepsi yang berkepanjangan , karena di dalam al-Quran secara eksplisit, secara tersurat tidak ada istilah, terminolgi yang memuat tentang Negara Islam, apalagi Rasullullah Muhammad saw (dalam haditsnya) tidak pernah (memerintahkan) mendirikan Negara Islam (Darul Islam). (Simak Al-Chaidar : “Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM Kartosoweirja”, Darul falah, Jakarta, 1999, hal 104).
Abdul Qadir Audah telah berupaya membahas masalah ini (anggapn bahwa tidak ada nash yang tegas memerintahkan mendirikan Negara Islam) dalam berbagai tulisannya secara ilmiah, antara lain :Kritik Terhadap Undang-Undang Ciptaan Manusia”, “Islam di antara kebodohan mmat dan kelemahan Ulama” (Silakan simak analisa, argumen, konklusinya).
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1108011745)
Posted Agustus 4, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
Domba-domba Reformasi Leave a comment
Pamer kecurangan
Kita ini bangsa munafik, bangsa curang. Kalau jujur, tak ikut curang akan didemo, dikucilkan, diasingkan. Dimana-mana pamer kecurangan. Di pendidikan, di pengadilan, di yudikatif, di legislatif, di eksekutif, di mana-mana.
Lima puluh tahun yang lalu, dalam majalah SASTRA, No.8/9, Th.II, 1962 terdapat cerita pentas “Domba-Domba Revolusi”, oleh B Soelarto. Seluruh pelakunya : perempuan, penyair, petualang, politikus, pedagang, serdadu adalah pembohong, pendusta. Semuanya mahir, terampil mengemas, memoles kebohongan, kedustaan dengan menggnakan ribuan topeng, masker.
Keahlian menyembunyikan kebohongan untuk sesaat memang dapat menyelamatkan diri. Namun “sekali lancung ke ujian, sepanjang hidup tak dipercaya”.
Diceritakan bahwa Syaikh Abdul Qadir Jailani, ketika berangkat pergi belajar, menuntut ilmu agama, di tengah perjalanan ia bertemu dengan sekawanan penyamun, perampok. Salah seorang dari penyamun itu menghampirinya dan menanyakan kepadanya apakah ia membawa uang. Abdul Qadir kecil teringat akan didikan ibunya agar jangan pernah berbohong, berdusta. Ia menjawab bahwa ia membawa dua puluh keping uang mas yang dijahitkan oleh ibunya dalam bajunya. Ia menerangkan bahwa ibunya mengajarinya, mendidiknya agar jangan pernah berbohong, berdusta. Mendengar cerita Abdul Qadir kecil, maka hati, perasaan si penyamun itu tersentuh, tergugah. Bahkan akhirnya si penyamun tersebut menjadi murid pertama dari Syaikh Abdul Qadir Jailani (“Sepintas Tentang Riwayat Hidup Syaikh Abdul Qadir Jailani”, dalam “Kunci Tasawuf : Menyingkap Rahasia Kegaiban Hati”, terbitan Husaini, bandung, 1985:VI).
Iman-islam mencegah kecurangan, kemunafikan. Rasulullah saw mengajarkan agar tak pernah berbohong, berdusta. “Sesungguhnya berkata benar itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seorang membiasakan diri berkata benar hingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang benar. Dan dusta itu membawa kepada kecurangan, dan kecurangan itu menuju ke neraka Seorang selalu berdusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Haram Berdusta”).
Diceritakan bahwa seorang preman, begajul datang mengunjungi seorang kiyai. Ia minta diajari tentang Islam. Sang kiyai hanya mengajarinya agar tak pernah berbohong, berdusta. Dengan mengamalkan, menerapkan ajaran tersebut, si preman tak pernah lagi melakukan tindak kejahatan, perbuatan munkar.
Sorang Islam, seorang beriman tak akan melakukan tindak kejahatan, perbuatan munkar. Seorang Islam hanya akan melakukan tindak kejahatan, perbuatan munkar ketika Islam itu terlepas dari dirinya. “Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina, jika ia beriman, dan tidak akan minum khamar ketika meminumnya jika beriman, dan tidak akan mencuri seorang pencuri di waktu mencuri jika ia berman (HR Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah, dalam “alLukluk wal Marjan”, hadits no.36).
Orang Islam, pertama sekali diajarkan Rasulullah saw adalah keimanan, kepercayaan akan Allah swt. Dimana dan kapan pun berada, Allah senantiasa mengawasi, memperhatikan tindakan, perbuatan. Seorang Islam sangat malu melakukan tindak kejahatan, perbuatan munkar. Malu akan dirinya, akan keluarganya, akan tetangganya, akan masyarakatnya, akan Tuhannya. Jika sudah tak punya malu, jika sudah turun ke taraf binatang, silakan berbuat sesuka hati. “Jika kamu tak punya malu, lakukanlah sesukamu” (HR Bukhari dalam “Mukhtarul Ahadits anNabawiyah” Ahmad alHasyimi Beik, hal 52, hadits no.364).
Kecurangan di mana-mana
Di Arab pun tak ada keadilan. Di mana-mana hanya kecurangan. Atas nama Hukum Islam, Ruyati (54 tahun) dipenggal, dipancung Arab, tanpa mempertimbangkan siksaan, penganiayaan yang diterimanya dari majikannya. Citra Islam dan Hukum Islam rusak, luntur di mata dunia, terutama di mata Barat Kristen. Seandainya keadilan Umar bin Khattab yang diterapkan, maka taaaaaak akan terjadi pemancungan semena-mena.
Sayangnya Ruyati dan yang senasib dengannya tak berupaya membebaskan diri dari penyiksaan majikan dengan memutuskan hubungan kerja dengan majikannya. Bahkan para TKW seyogianya malu dengan menyandang predikat pahlawan devisa, malau jadi kuli di negeri orang. Untuk jadi kuli cukup di negeri sendiri. Yang diperlukan sikap mental zuhud, qana’ah, wara’, tak rakus akan dunia, mencukupkan apa yang ada, menjauhi yang syubhat.
Pemimpin, pemerintah seharusnya malu membiarkan warganya jadi kuli di negeri orang. Seharusnya pro aktif memikirkan, menciptakan, menyediakan lapangan kerja bagi waganya. Bukan hanya rami-ramai memikirkan rehabilitasi gedung MPR/DPR yang akan memakan dana satu setengah triliun, memikirkan pengadaan pesawat kepresidenan yang memerlukan dana setengah triliun. Tak ramai-ramai memikirkan kesejahteraan, kemakmuran rakyat seperti diamanatkan oleh pasal 33-34 UUD-1945.
Ramai-ramai berebut kedudukan untuk jabatan Ketua PSSI. Tak ramai-ramai mencegah kisruh PSSI. Ramai-ramai berebut untuk menjadi Ketua KPK. Tak ramai-ramai mencegah tindakan pidana korupsi. Ramai-ramai melakukan kecurangan, kebohongan, kemunafikan. amai-ramai mengemas, memoles kepentingan sendiri seolah-olah kepentingan umum.
Kecurangan di mana-mana. Di olahraga, di pendidikan, di pengadilan, di birokrasi, di mana-mana tampil kecurangan, kebohongan, kemunafikan. Tampil, muncul politik partokrasi, kleptokasi, elitokasi, execu-thieves, lesisla-thieves, yudica-thieves (KOMPAS, Sabtu, 18 Juni 2011, hal 15).
Semuanya munafik
Yang mengaku pengikut Kong Hu Cu munafik, hipokrit. Hidupnya, penampilannya jauh menyimpang dari kehidupan, penampilan Kong Hu Cu. Kong Hu Cu jauh dari sikap mental materialis, hedonis, sekularis.
Yang mengaku pengikut Gautama munafik, hipokrit. Hidupnya, penampilannya jauh menyimpang dari kehidupan, penampilan Gautama. Gautama jauh dari sikap mental materialis, hedonis, sekularis.
Yang mengaku pengikut Yesus munafik, hipokrit. Hidupnya, penampilannya jauh menyimpang dari kehidupan, penampilan Yesus. Yesus jauh dari sikap mental materialis, hedonis, sekularis.
Yang mengaku pengikut Muhammad munafik, hipokrit. Hidupnya, penampilannya jauh menyimpang dari kehidupan, penampilan Muhammad. Muhammad jauh dari sikap mental materialis, hedonis, sekularis.
Kita ini bangsa penjilat
Kita ini bangsa penjilat. Ada kalanya menjilat pada Rusia. Ada kalanya menjilat pada Amerika. Bawawah menjilat pada atasan. Rakyat menjilat pada penguasa. Ada yang menjilati Soekarno. Ada yang menjilati Soeharto. Ada yang menjilati Gus Dur. Ada yang menjilati Megawati. Ada yang enjilati Esbeye. Right or wrong he is my boss. Boleh kritik asalkan kritik semu, kritik palsu.
Beredarnya buku Esbeye di sekolah-sekolah di suatu daerah (Tegal pada awal tahun ini (Januari 2011) merupakan refleksi, pencerminan dari budaya penjilat, budaya mumpung. Bahkan di kalangan demokrat bermnculan sosok democrat yang tak democrat, yang tak kritis. Pokoknya salah benar boss gua. Simaklah cara dan gaya membela Esbeye mati-matian
Bangsa pengemis
Kemana-mana naik/turun angkutan/bis kota disaksikan di dalam bis, di seputar lampu merah berjubel pengamen, pengemis.
Di tataran internasional menadahkan tangan, mengemis belas kasihan IMF, Bank Dunia, Negara Donor.
Bahkan mengemis tenaga pelatih/pemain sepakbola dari negara asing.
Bisa-bisa Kapolri, Jaksa Agung, Ketua KPK, Ketua Komisi Yudisial dan lain-lain diimpor dari negara-negara maju.
Sungguh sangat memprihatinkan jadi bangsa pengemis, bangsa peminta-minta, bangsa jajahan modern.
Bangsa preman
Kita ini belum siap berbhineka, berdemokrasi, Kita ini hobi dengan arogansi, agitasi, provokasi, intimidasi. Kita alergi terhadap adu argumentasi, diskusi, dialog. Dengan kasat mata di mana-mana disaksikan tawuran, konflik horizontal/vertikal, konflik berbau sara/darah, saling bakuhantam.
Saling bakuhantam antara warga pendatang dan warga lokal. Bisa disebabkan oleh karena arogansi kelompok, bisa karena kesenjangan sosial, ketiadaan keadilan sosial-ekonomi-politik.
Bahkan di tingkat elite pun segala sesuatu tampak wajar diselesaikan dengan adu otot, adu jotos, bukan dengan adu argumentasi, diskusi, dialog, musyawarah, mufakat.
Di mana-mana yang seharusnya mengambil tanggungjawab adalah komandan, pemimpin, dan bukan malah dialihkan kepada prajurit, rakyat.
Bangsa badut
Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da’i dan lain-lain.
Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.
Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.
Bangsa tanpa malu
Dulu, bangsa ini masih punya rasa malu. Tak suka melakukan hal-hal yang tabu. Apalagi secara terbuka di tempat terbuka.
Kini, bangsa ini sudah kehilangan rasa malu. Tak malu lagi melakukan hal-hal yang tabu. Apalagi secara terbuka di tempat terbuka.
Tayangan televisi penuh dengan tayangan-tayangan yang mempertontonkan bangsa ini tak punya malu. Media cetak pun berbuat begitu. Perhatikanlah antara lain iklan-iklan di berbagai media cetak.
Dalam sidang pengadilan, para penegak hukum pun tak punya rasa malu mengungkapkan hal-hal yang tabu secara terbuka di tempat terbuka. Simaklah tayangan sidangan perkara Antasari pada bulan Oktober 2009. Jaksa penuntut umum tak merasa malu mengungkakpan hal-hal yang tabu secara vulgar di tempat terbuka. Majlis Hakim pun tak punya rasa malu, membiarkan hal-hal yang tabu diungkapkan secara terbuka. Seyogianya diungkapkan secara tertutup di tepat tertutup. Sungguh bangsa ini tak punya malu.
Diberitakan bahwa di dunia pendidikan di Sidoarjo, Jawa Timur muncul kalimat berbau cabul dalam soal ujian tengah semester untuk SD. Kalimat vulgar itu terselip dalam paragraph akhir soal ujian Bahasa Indonesia (WARTAKOTA, Kamis, 29 Okto ber 2009, hal 1). Anak didik dididik tak punya rasa malu oleh pendidik yang tak punya rasa malu. Sungguh sangat memperhatinkan. Inikah hasil, buah dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 ?
Malu sudah tak ada lagi
Di jalanan, di kendaraan, di kantoran,, di sekolahan, di pasar, di
mall, di televise, di mana-mana sudah tak ada lagi yang namanya malu.
Malu terhadap diri, terhadap keluarga, terhadap tetangga, terhadap
masyarakat, terhadap bangsa, terhadap Negara, terhadap agama, terhadap
Tuhan. Yang ada hanyalah kemaluan. Di mana-mana hanyalah kemaluan.
Pamer kemaluan. Kemaluan diobral, dipamerkan. Bahkan dalam acara
wawancara.
Kita ini sudah setengah binantang. Atau barangkali sudah jadi manusia
binatang. Tak punya malu. Tak punya sopan santun. Berpenampilan tak
sopan. Berperilaku tak sopan. Apa bedanya kita dengan binatang, kalau
kita tak punya malu, berpenampilan tak sopan, berperilaku tak sopan ?
“Bila sudah tak punya malu, berbuatlah sesukamu” HR Bukhari, dalam
“Mukhtarul Ahadit anNabawiyah”, oleh Sayid AlHasyimi Beik, hal 56,
hadits no.364).
Penampilan wanita
Dari tayangan televisi yang disaksikan saban hari tampak nyata secara
umum bahwa wanita (watina, batina, betina) terlebih di kalangan public
fugure (artis, selebritis, penyiar televisi, dll) cenderung sangat
agresif, pro aktif menggoda, merayu, memikat, merangsang selera,
gairah, birahi libido lelaki.
Di mana-mana tampil seksi, menamilkan sex appeal (yang seharusnya
disembunyikan), merangsang seks lelaki. Tampil dengan pakaian, busana
mini, menampakkan ketek, tetek, dada, pusar, paha. Dandanan, asesori,
kosmetik digunakan semata-mata untuk menarik syahwat lelaki. Itulah
yang sering disaksikan.
Namun wanita-wanita terhormat, yang mengindahkan norma-norma etika,
moral, susila, agama berpakaian, berbusana, berpenampilan sopan dengan
menutupi, menyembunyikan yang terlarang (sex appeal). Lihatlah
penampilan zuster-zuster, biarawati-biarawati, santriwati-santriwati
yang konsisten terkait dengan ajaran agamanya.
Wanita terhormat hanya menampakkan, memperlihatkan keseksiannya (sex
appealnya) kepada suaminya sendiri saja. Itupun terbatas di tempat
tertutup, bukan di sembarang tempat.
Setan senantiasa berkerubung, berkerumun di seluruh organ keseksian
wanita. Organ keseksian wanita merupakan wilayah tempat berkembang
biaknya setan. Waspadalah, hati-hatilah terhadap penampilan wanita
yang merusak citranya sendiri. Wanita modern adalah wanita terhormat,
bukan wanita murahan yang di mana-mana menampakkan keseksiannya, juga
bukan yang latah aktif progresif mengusung, mejajakan emansipasi
wanita.
Hilangnya kepercayaan
Siapa yang dapat dipercayai masa kini ? Apakah politisi, parpol, aparat, pejabat, eksekutif, legislatif, yudikatif, muballigh, da’i ? Semuanya bicara tentang kepentingan rakyat, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat. Namun aktivitasnya hanya untuk kepentingan diri, keluarga, kolega. Semuanya mengatasnamakan rakyat. Siapa yang mau mengorbankan kepentingan diri, keluarga, kolega untuk kepentingan rakyat, kemakmuran rakyat ?
Sikap, sifat hipokrit, munafik sudah membudaya, sudah menjalari diri, sudah dianggap wajar. Semuanya bermuka seribu. Semuanya memakai topeng, kedok, masker. Tak ditemukan lagi yang bisa dipercayai, yang benar-benar bersedia mengorbankan kepentingn diri, keluarga, kolega untuk kepentingan rakyat, kemakmuran rakyat. Rakyat hanya sebagai objek, bukan sebagai subjek.
Siapa yang berni hidup zuhud, qana’ah, wara’, yang berani memanfa’atkan kekayaannya untuk kepentingn rakyat bnyak, yang berani hidup sederhana demi untuk kepentingn rakyat banyak. Mereka inilah yang bisa dipercayai menangani masalah rakyat. Mereka inilah yang tak mau terikat dengan system keprotokoleran.
Cuci otak
Siapa pun kita. Kita tak pernah menyadari bahwa otak kita telah dicuci secara total. Rasionalitas kita telah dikendalikan oleh kekuatan adikuasa. Pikiran kita telah dikontrol melalui penggnaan kata-kata dan pemberian makna tertentu. Kata-kata telah dimaknai, diplintir dengan makna tertentu. Pandangan realitas kita telah dibatasi.
Ke dalam otak kita telah dibenamkan bahwa teroris itu adalah Bin Laden, Hambali, Amrozi, Azhari, Mukhlas, Imam Samudra, Abu Bakar Baasyir, Abu Jibril dan orang-orang yang sepaham dengan mereka. Mereka-mereka yang berupaya agar hukum, syari’at Islam berlaku sebagai hukum positif adalah teroris. Mereka-mereka yang anti atas kebijakan-kebijakan musuh-musuh Islam adalah teroris. Musuh-musuh Islam itu ada yang musuh secara fisik, dan ada pula yang musuh secara ideologis.
Abraham Lincoln said
“You can fool (cheat) all the people some of the time, and some of the people all the time, but you cannot fool (cheat) all the people all the time” (Khurshid Ahmad : “Islam lawan Fanatisme dan Intoleransi”, terjemah S Sjah SH, Tintamas, Djakarta, 1965, hal XIV)
Aspirasi rakyat
“Politik kita di lembaga perwakilan rakyat ini adalah politik pengabdian, mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara sesuai dengan aspirasi rakyat”
Marzuki Alie
Pertanyaan : untuk kepentingan bangsa dan negara mana ? sesuai dengan aspirasi rakyat mana ?
Mengaca diri
Kita ini bangsa fasik, munafik, hipokrit, plinplan, bunglon, bajing loncat, asbun
Kita ini bangsa bebal, muka tembok, kulit badak, mati rasa, tak tahu diri
Kita ini bangsa rakus, serakah, tamak, avarice, materialis
Kita ini bangsa badut, ondel-ondel, pelawak, actor
Kita ini bangsa curang, korup, kutil, copet, maling
Kita ini bangsa pengemis, peminta-minta
Kita ini bangsa preman, centeng, jagoan
Kita ini bangsa cengeng, pamer, pamor
(BKS1108041900)
Posted Agustus 4, 2011 by asiahafyenti in catatan serbaneka
« Entri Lama
*
Alkismet
291
Labels: catan serbaneka
0 Comments:
Post a Comment
<< Home