मुजाहिद अन उलिल amri
catatan serbaneka asrir pasir
Al-Chidar bicara mujahid dan ulil-amri
Unsur paling pokok bagi terwujudnya Daulah Islamiyah (Khilafah Islamiyah, Baldatun Thaiyibatun wa Rabbun Ghafur) adalah mujahid dan ulil-amri. Pertama, mujahid(in) haruslah memiliki rasa cinta setia (mahabbah) kepada Allah swt melebihi cintanya terhadap dirinya sendiri. Cinta setianya kepada tanah air, umat, bahkan sampai kepada diri pribadi dalam batas-batas rangka jihad menzhahirkan dinullah di atas sekalian adyan. Seorang mujahid menyiapkan dirinya untuk sanggup dan mampu melaksanakan setiap perintah Allah dan dengan lapang hati bersedia meninggalkan segala larangan Allah. Seorang mujahid adalah sosok pejuang militant, sosok muttaqin, sosok Islam minded. Seluruh hidupnya dibaktikan, diabdkannya hanya untuk Allah, untuk Islam (Sima QS 9:24, 9:111).
Kedua, seorang mujahid memiliki rasa cintanya kepada Rasulullah saw. Bersedia secara tulus ikut ittiba’ kepada Sunnah Rasulullah saw. Menjadikan Rasulullah saw sebaga uswah, suri teladan dalam segala hal (Simak QS 3:3). Ketiga, seorang mujahid harus mengangkat seorang pemimpin dari kalangan mereka (ulil-amri) (Simak QS 4:59).
Pemimpin (umaraa, ulil-amri) haruslah bersikap mental, berperilaku islami, memegang erat prinsip/doktrin/konsep Islam. Tidak mundur dalam kondisi apa pun. Senantiasa istiqamah (konsekwen, konsisten) dalam segala hal. Bersikap merakyat, merendah diri (tawadhu’, wara’, qana’ah, zuhud). Sosok nilah yang dirindukan kehadirannya sebagai “Juru Selamat” (Imam Mahdi) untuk melepaskan manusia dar ketertindasan, kelaliman tirani. Sampai kini masih dirindukan kehadiran sosok pejuang sejati untuk menzhahirkan dinullah di atas sekalian adyan (Simak QS 9:33, 48:28, 61:9).
(“Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM Kartosoewirjo”, Darul Falah, Jakarta, 1999, hal 214-216)
(BKS1107171615)
Labels: कातातन serbaneka
0 Comments:
Post a Comment
<< Home