Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Saturday, December 04, 2010

Kepekan dan Kepedulian Sosial

Kepekaan dan Kepedulian Sosial

Sungguh menggembirakan, dari mana-mana, baik dari dalam maupun luar negeri secara beruntun berdatangan, mengalir simpati, sumbangan, bantuan, baik berupa uang, jasa, tenaga logistic yang jumlahnya demikian besar untuk meringankan derita korban bencana gempa tsunami Meulaboh 26 Desember 2004 di Nanggro Aceh Darus Salam dan sekitarnya. Ini menunjukkan, merefleksikan tingkat kepedulian sosal masyarakat yang sangat tinggi. Sekaligus juga menunjukkan hati nurani masyarakat yang begitu memiliki kepekaan social. Bencana gempat-tsunami benar-benar menggugah-membangkitkan kepekaan dan kepedulian social masyarakat. Juga dalam bencana Tsunami Mentawai dan erupsi Merapi Jateng 2/26 Oktober 2010.

Bila (Das Sollen) kepekaan dan kepedulian social ini juga tumbuh bersemi dalam kondisi normal, maka jumlah peminta-minta, pengemis, pengamen, pemulung, penganggur secara drastic akan semain berkurang. Benar-benar kesejahteraan social seperti yang diamanahkan UUD-45 pasal 33-34 akan terwujud secara nyata dalam kehidupan. Fakir –miskin dan anak-anak yang terlantar akan dipelihara masyarakat. Kekayaan alam dan produksi benar-benar akan dipergunakan untuk kepentingan, kemakmuran rakyat seluruhnya. Terwujudlah Indnesia Adl Makmur “Baldatun thaiyibatun wa rabbun ghafur”.

Semangat mengash, mengadopsi, menjadi orangtua angkat anak-anak korban gempa-tsunami begitu menggebu. Namun tak satu pun yang tertarik untuk menjadi saudara angkat para korban gempa-tsunami. Tak ada yang tertarik untuk member pekerjaan kepada para korban yang kehilangan mata pekerjaan.

Semuanya tak pedlui aka masa depan mereka itu. Bakan di tingkat internasional tak ada yang peduli dengan nasib mereka itu. Tak ada yang peduli secara konkrit terhadap nasib para pemnta-minta, pengemis, pengamen, pemulung, penganggur, para terlantar. (Dalam musim haji 1432H/2010M pemerintah Arab Saudi melarang member uang kepada para pengemis di Masjidil Haram).

Negara kaya tak peduli dengan nasib Negara miskin. Negara kaya hanya peduli dengan peningkatan, pelipatgandakan kekayaannya. Kebijakan Negara kaya hanya untuk meningkatkan, melipatgandakan kekayaan mereka. Konglomerat hanya peduli dengan kekayaannya. Konglomerat tak pernah peduli dengan nasib kaum melarat, kalau tak terkait dengan keentngannya.

Ajaran, teori seleksi alamnya Darwin tetap berlaku dalam kehidupan dunia modern. Yang lemah adalah mangsa yang kuat. Yang melarat adalah makanan konglomerat. Homo homini lupus. Exploitation de l”home par l’home. Selama bermental rakus, tamak, selama bermental kapitalis, tak akan pernah ada kasih antar sesame, tak ada kepekaan dan kepedulian social yang tulus tanpa pamrih apa pun. Baru kalau mental kapitalis sudah berubah, beralih menjadi mental social (bedakan dengan paham sosialisme), barulah kepekaan dan kepedulian social tertanam di dada, dalam sanubari secara tulus tanpa pambrih. Kepekaan, kepedulian social berkaitan dengan keikhlasan.

Bila bangsa ini, termasuk presidennya, menterinya, gubernurnya , aparatnya memiliki kepekaan social dan kepedulian social tak akan pernah terjadi penggusuran warga secara paksa seperti tampak pada tayangan TransTV, Senin, 31 Januari 2005, 1030-1100, “Kejamnya Dunia”, “Buldozer itu menghancurkan harapan kami”. Apakah tak lebih dulu dibikinkan barak-barak seperti bagi korban bencana bempa tsunami NAD 26 Desember 2004, sebagai tempat untuk merelokasi mereka yang terkena pembongkaran. Itu kalau penyelenggara Negara ini dengan aparatnya memiliki kepekaan dana kepedulian social, kesadaran seb agai warga Negara yang merasakan kepedihan sesama, memiliki nurani. Dan tetap saja benar teori seleksi Darwin bahwa yang lemah adalah mangsa yang kuat.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0501140600)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home