Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Wednesday, March 30, 2011

Pemimpin yang mendahaulukan kepentingan rakyat

Pemimpin yang mendahaulukan kepentingan rakyat
Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) pada tahun 2010 menganugerahkan Walikota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Walikota Yogyakarta sebagai penerima penghargaan. Keduanya dianggap sebagai pemimpin yang berhasil menerapkan praktik pemerintahan yang balk dan bersih.
Jokowi dinilai mampu merelokasi arca berdagang pedagang kaki lima tanpa kekerasan yang biasanya melibatkan Satpel PP. Kini, lahan Taman Banjarsari yang dulunya kumuh disulap menjadi lahan terbuka hijau. Sebelumnya, tak satupun walikota yang mampu memindahkan pedagang dari areal tersebut dan selalu melahirkan gejolak. Jokowi secara nyata mendayagunakan pedagang misalnya dengan memberikan kios gratis disamping kemudahan perizinan dalam berusaha. Selain melakukan komunikasi langsung secara intensif dan terbuka kepada para pedagang.
Adapun Herry Zudianto dapat membebaskan masyarakat Yogjakarta dari kegelapan. Sebelumnya, fasilitas pelayanan terutama penerangan jalan selalu gelap, meski tagihan selalu naik. Di era kepemimpinan Herry, seluruh tiang listrik mulaidipasang meteran agar ragilun dapal dipertanggungjawabkan secara terbuka dan transparan. Berikutnya, adalah membuat sistem informasi dan keluhan (UPIK/Unit IM.iv.m ,. Informasi dan Keluhan). Masyarakat bebas bcrkeluhkesah, atau mengadukan layanan publik yang akan segera direspon oleh Herry.
Hal menarik lainnya mereka gemar menyambangi masyarakat. Tanpa prosedur ketat, apalagi iring-iringan forijdcryang kerap membuat macet dan gaduh. Sebaliknya, masyarakat pun bebas berkunjung atau bertamu ke rumah dinas walikota-nya. Nyaris tanpa mekanisme rumit yang lazim terlihat layaknya seorang petinggi negara, atau pejabat.
Alhasil integritas dan keberpihakan mereka sebagai pelayan publik mampu membentuk persepsi positif mayoritas masyarakat terhadap kepemimpinannya. Tanpa harus merogoh kocek mahal untuk belanja iklan kampanye politik, keduanya didaulat untuk memimpin Surakarta dan Yogyakarta dua periode. Kala mayoritas elit menilai kekuasaan lurus serba formil, prosedural, birokratis. Herry dan jokowi merombak hal itu. Seraya menegaskan menjadi pemimpin harus punya empati dan kekuasaan bukan untuk dimiliki.
(Koran Tempo, Jum'at, 29 Oct 2010, halaman A6, "Desakralisasi Citra dan Kekuasaan" oleh Ali Ramadhan)

Meneladani Sebastian Pinera
Setiap kitaadalah pemimpin. Pemimpin di bidang masing-masing. Karena itu, siapa pun kita dan di mana pun kita(apa pun status dan posisi kita) hendaknya berupaya meneladani sikap Presiden Cile Sebastia Pinera. Berpihak kepada rakyat. Peduli akan sesame. Buang tata kerama protokoler. Sistim protokoler itu anti demokrasi, anti egalitarian, memisahkan atasan dari bawahan. Jauhkan sikap arogansi. Meneladani Sebastian Pinera tidak hanya diharapkan dari pemimpin formal. Tapi dari kita semua. Kita semua juga adalah pemimpin secara informal.
Agar dapat memiliki kepekaan dan sikap mental peduli akan sesame secara otomatis, Islam menuntun, membimbing agar biasa hidup qana’ah, zuhud, wara’. Zihid adalah sikap hidup yang giat, gesit mendapatkan kekayaan untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan diri pribadi.
(Asrir BKS 1010170500 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Bangsa badut
Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da'i dan lain-lain.
Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.
Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.
(Asrir BKS1010220600 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home