Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Wednesday, March 30, 2011

Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media untuk menanmkan agama ke dalam jiwa

Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media untuk menanmkan agama ke dalam jiwa
Ilmu-ilmu terpecah-pecah atas beberapa pecahan, diantaranya : Ilmu Agama (Tafsir, Hadits, Musthalah, Fiqih, Ushul, Tauhid), Ilmu Bahasa (Nahwu, Sharaf, Bayan, Ma’ani, Badi’, ‘Arudh), Ilmu Teoritis : Ilmu Ke-Tuhanan (Theologi, Metafisika), Ilmu Mantik (Logika, Rethorika), Ilmu Pasti (Arithmatika, Matematika, Mekanika), Ilmu Pengetahauan Alam (Fisika, Kimia, Biologi, Geologi, Astronomi), Ilmu Pengetahuan Manusia (Anthropologi, Sosiologi, Psikologi), Ilmu Praktis (Pengobatan, Pertanian, Pertukangan, Perdagangan, Pergaulan, kesenian, Olahragaa, Kemiliteran).
Ilmu Teoritis dan Ilmu Praktis termasuk ke dalam Ilmu Umum (Ilmu "Ashari, Ilmu Dunia).
Sesungguhnya takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama (orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. (QS Fathir 35:28)
Orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (QS Ali Imran 3:191, Hud 11:120)
Islam dimusuhi dengan caraa-cara baru melalui brosur-brosur, film-film agama, kunjungan dari rumah ke rumah, drama-drama radio dan televisi (Sanggar Prativi ?), lagu-lagu qasidah modern (Fantastique Group ?), novel-novel (Marga T ?), komik-komik (Zaldy ?).
Di antara tujuan pendidikan adalah : meningkatkan ketaqwaan, mempertinggi akhlak, memperkuat kepribadian. Tujuan tersebut diikhtiarkan mencapainya melalui masing-masing bidang studi. Masalahnya :
# Bagaimana caranya menyajikan Matematika agar lebih akrab dengan khazanah, suasana Islam ?
# Bagaimana caranya menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar lebih yakin akan Keagungan dan Kemahakuasaan Allah, pencipta alam semesta ?
# Bagaimana caranya menyajikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) agar lebih bergairah berperan menunaikan amanah amar makruf, nahi munkar ?
# Bagaiamana caranya menyajikan Pendidikan Kewarganegaraan agar lebih tunduk kepada Hukum Ilahi ?
# Bagaimana caranya menyajikan Pelajaran Bahasa Asing agar lebih peka menangkis ajaran-ajaran yang memusuhi Islam ?
# Bagaiamana caranya menyajikan Pendidikan Jasmani agar lebih peka menghadapi pihak-pihak yang memusuhi Islam ?
# Bagaimana caranya menyajikan Pendidikan Kesenian agar lebih akrab dengan khazanah, suasana Islam, dan lebih percaya diri ?
# Bagaimana caranya menyajikan Pendidikan Ketrampilan agar lebih akrab dengan mata-usaha yang berpedoman kepada petunjuk-petunjuk Islam, dan lebih kreatip ?
Pada masa kebangkitan dan kemajauan dalam bidang ilmiah dalam dunia Islam, filsafat merupakan senjata yang ampuh bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam. Tampak pengaruh orang-orang bekas penganut-penganut agama Yahudi, Nasrani, Majusi dan bermacam-macam agama lain, yang telah memeluk Islam. Mereka menyerang Islam dengan memasukkan keragu-raguan ke dalam agama Islam dengan bersenjatakan filsafat dan logika Yunani.
Kaum Mu’tazilah menyelami filsafat untuk mempertahankan agama Islam, meskipun banyak di antara mereka itu memakai senjata tersebut untuk menikam diri sendiri. Mereka menerima aspirasi dari filsafat Yunani, tanpa rasa rendah diri. Pengaruh Yunani pada peradaban Islam terbatas pada pengetahuan dan filsafat.
Aspek peradaban Yunani yang menjijikkan buat Islam, mereka tolak, seperti penyembahan berhala, kontes atletik dan sport, lukisan dan ukiran telanjang, musik, drama, seni, organiasi, politik, ekonomi dan sosial.
Kaum Mu’tazilah memakai filsafat sebagai senjata untuk mempertahankan Islam terhadap serangan dan tantangan musuh-musuh Islam. Mereka mengadakan konfrontasi ilmiah untuk mempertahankan akidah Islam. Mereka bergerak membela akidah, memelihara sunnah dan menangkis bid’ah, meskipun ada yang memandangnya tidak banyak diandalkan.
Pada satu dua abad yang lalu, perbedaan antara keterbelakangan materi orang Muslim dengan enersi yang mengagumkan dan hasil nyata Eropah, sudah sangat menyolok. Kaum modernis sangat mengagumi peradaban Barat (Eropah). Mereka menaruh penilaian yang tinggi terhadap nilai-nilai Barat. Mereka menggambarkan, bahwa peradaban Barat itu jauh lebih tinggi dan unggul dari Islam dan perdabannya dalam segala hal. Mereka memandang, bahwa menampilkan apa-apa yang berbau Islam dalam lingkungan hidup modern sekarang ini adalah semacam ketololan yang menimbulkan ejekan dan hinaan. Mereka kagum terhadap keunggulan ilmu-ilmu fisika, dan juga ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh filsafat Barat.
Mereka berpendapat, jika orang Muslim dapat menelan ilmu pengetahuan melalui pendidikan modern, maka orang-orang Muslim akan menjadi sama kuatnya, sama progresifnya, dan sama kayanya. Mereka yakin sekali, bahwa ini merupakan jalan yang benar ke pada arah kelangsungan Islam dalam panggilannya ke pada manusia modern.
Mereka berkeyakinan, bahwa pendidikan dan sains Barat modern adalah kunci kemakmuran dan kejayaan. Kaum Muslimin mundur dalam kemajuan duniawi karena tidak mempelajari sains Barat modern. Rasa rendah diri yang diakibatkan oleh penyerahan diri terhadap kekuasaan penjajah, menggiring mereka memungut kebudayaan dan pandangan hidup materialistik, yang diarahkan demi kegunaan dan keuntungan.
Mereka memandang perlu menggalakkan usaha-usaha pengembangan sistim pendidikan baru (Barat modern) ke seluruh pelosok. Pandangan mereka ini diterima tanpa kritis. Mereka berusaha memadukan Islam dengan kehidupan modern. Mereka bermaksud menafsirkan syari’at Islam (fikih dan hukum-hukum syara’) menurut tafsiran yang sesuai dengan generasi baru dan peradaban modern, dengan suatu cara yang bebas dari pengaruh penafsiran klassik (salaf).
Mereka menyerang sistim pengajaran tradisional yang tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan modern. Usaha mereka ini telah membuka pintu pembaratan (westernisasi) bagi generasi berikutnya.
Anjuran supaya Ilmu Umum diajarkan di Madrasah, di Minangkabau sudah mulai sejak tahun 1911 dan sudah dilaksanakan sejak tahun 1931. Sebab musabanya ialah karena Ilmu Umum itu dipandang penting untuk kemajuan hidup duniawi. Dalam majalah Al-Munir (yang terbit di Padang mulai tahun 1911) murid-murid surau (pesantren) dianjurkan supaya mepelajari Ilmu Umum dan bahasa Barat (Eropah).
Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja dan papan tulis ialah seklah Adabiah (Adabiah School) di Padang, yaitu madrasah (sekolah agama) yang pertama di Tanah Air yang didirikan tahun 1901 oleh Syaikh Abdullah Ahmad. Pembahsan dan penyelidikan soal-soal agama secara mendalam sudah mulaia di Minangkabau sejak tahun 1918.
Yang mula-mula melakukan pendidikan Islam untuk masyarakat umum dengan tabligh, pidato, khutbah, ialah Syekh Muhammad Jamil Jambek, kira-kira tahun 1911. Syekh M Thaib Umar adalah yang mula-mula mengarang kitab khutbah Jum’at dan Hari Raya dalam bahasa Melayu yang dicetak dan disiarkan di seluruh Minangkabau, kira-kira tahaun 1918. Khutah Jum’at dalam bahasa Melayu yang pertama dilakukan adalah di Lantai Batu, Batu Sangkar, Minangkabau, kira-kira tahun 1918.
Pada tahun 1920 di Minangkabau sudah tersebar 5 (lima) majalah Islam yang diusahakan oleh Sumatera Thawalib : Al-Munir (Padang), Al-Bayan (Parabek, Bukittinggi), Al-Imam (Padang Japang, Padang Panjang), Al-Basyir (Sungayang, Batu Sangkar) dan Al-Itqan (Maninjau, Bukittinggi).
Upaya pelaksanaan anjuran pengajaran Ilmu Umum di Madrasah dilakukan dengan menyerapnya secara utuh, dan lupa menyesuaikannya (mengadaptasinya) dengan semangat, suasana, lingkungan Madrasah. Tujuan umum masing-masing Ilmu Umum hendaknya mengacu pada tujuan Ilmu Agama yang sejalan.
Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hendaknya sejalan dengan tujuan Ilmu Tauhid, yaitu agar tumbuh rasa kagum akan Ke-mahakuasaaan Pencipta alam semesta, dan ciptaannya. Ya Tuhan kami, bukanlah Engkau jadikan ini dengan percuma (sia-sia). (QS Ali Imran 3:191).
Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hendaknya sejalan dengan tujuan umum Ilmu Tarikh, yaitu memperkokoh keimanan dan keyakinan. (QS Hud 11:120)
Tujuan umum Ilmu Bahasa untuk dapat membela agama dari serangan musuh-musuh agama. Barangsiapa yang mempelajari bahasa sesuatu kaum, maka ia akan selamat dari tipu daya merekaa. Ilmu Bahasa diajarkan sebagai sarana pertolongan untuk mengetahui tipu daya dan politik licik musuh-musuh agama, yang tertuang dalam bahasa mereka.
Tujuan Pendidikan Jasmani secara umum adalah untuk memelihara, menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh, serta membela diri dan kehormatan agama. Silat (cabang Seni Beladiri), Kasidahan (cabang Kesenian), Bertani, Berternak, Bertukang diajarkan sebagai bidang studi extra kurikuler.
Materi Ilmu Umum hendaknya disajikan berdasarkan pada tujuan umum yang sejalan dengan tujuan umum Ilmu Agama, merupakan tnash-nash agama yang berhubungan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial kemasyarakatan.
Bahan bacaan untuk Ilmu Bahasa sebagian dipungut dari karya orientalis.
Contoh-contoh soal hitungan untuk Matematika diambilkan dari alat peraga yang berindikasi identitas Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh, zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga (rente).
Di samping itu juga diperkenalkan dengan sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika
Untuk semua ini, sebagai bahan acuannya dapat digunakan kitab Tafsir Thanthawi Jauhari. Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari ini diolah ke dalam beberapa buku bidang studi : Geografi, Antropologi, Fisika, Biologi, Kosmografi, dan seterusnya (Jilid 10, hlm 70, 92, 120, Thariq al-Ittihad). Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari merupakan manifestasi hasil-usaha seorang Muslim untuk menggali isi kandungan al-Qur:an, sesuai dengan ilmu dan keahliannya, yang banyak menitik beratkan uraiannya dalam ilmu alam dan biologi.
Pengajaran Ilmu Agama hendaknya dapat menumbuhkan akhlak mahmudah, moral esensial, sikap mental positip, serta menjauhkan akhlak madzmumah, moral artifisial, sikap mental neatip.
Pendidikan Ibadat (Shalat, Shaum, Zakat, Haji) hendaknya dapat menumbuhkan sikap mentalkhalifah fil ardh, sikap mental inventor, bukan hanya sekedar sikap mental operator, apalagi bukan sikap mental imitator.
Pendidikan Moral Islam cukup sudah untuk menumbuhkan sikap mental kreatip, tanpa perlu lagi berpaling ke pada moral lain, baik yang berasal dari dalam maupun luar tanah air.
Natijah dari semua itu adalah sebagai berikut :
# Pengertian Ilmu Agama secara definitip masih samar.
# Kaum Mu’tazilah mengutip filsafat dan logika Yunani untuk membela akidah, memelihara sunnah dan menangkis bid’ah.
# Kaum Modernis menjiplak pendidikan dan budaya modern untuk menyaingi kemajuan duniawi Barat.
# Ilmu untuk hidup. Hidup untuk amal. Tujuan akhir Ilmu adalah untuk amal (ibadah ke pada Yang Maha ‘Alim).
# Ilmu Agama hendaknya disenyawakan (compounded) dengan Ilmu Umum, bukan hanya sekedar dicampurkan (combined).
#Teori ilmiah senantiasa berkembang. Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari masih segar untuk acuan (rujukan) buku-buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

0 Comments:

Post a Comment

<< Home