Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Monday, March 28, 2011

Studi Islam

Studi Islam
Sejak menerima wahyu pertama samapi terakhir, Nabi Muhammad, Rasulullah saw telah mengajarkan (mendakwahkan) Islam ke pada seluruh ummat manusia, secara sempurna, baik teoritis (ilmiah) mauapun praktis (amaliah), secara berurutan dari alif sampai ya, dari alfa sampai omega, dari a sampai zet. "Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang besar (mulia)" (QS Qalm 68:4).
Sesuai dengan tuntutan zamannya, kini ummat Islam mengajarkan Islam pada angkatan berikutnya secara estafet melalui bangku pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren). "Ajar didiklah putera-puterimu. Sesungguhnya mereka itu lahir untuk masa depan (masa mereka), bukan untuk masa kini 9masamu) (Yunan Nasoetion : "Mewariskan Semangat Pahlawan", BULLETIN DAKWAH, No.46, Th ke-XVII, Nopember 1990, hlm 4).
Untuk yang tidak sempat duduk di bangku pendidikan, Islam diajarkan melalui taklim/tarbiyah (bimbingan baca tulis Qur:an, Studi Islam dasar dan lanjutan, pertama dan atas) dengan silabus (kurikulum) tertentu untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk seperti kursus, mulai dari yang pokok (usul) sampai ke cabang (furu’). Jam polanya dan urutan gelombangnya/angkatannya ditata. "Pesan Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman : Harus yang pertama anda ajarkan ke pada mereka tauhid dalam beribadat ke pada Allah. Bila mereka telah mengerti benar, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu tiap sehari semalam. Bila mereka telah mengerjakan itu, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat untuk diberikan ke pada fakir miskin mereka (HR Bukhari, Muslim) (H Salim Bahreisy : "Tarjamah al-Lukluk wal-marjan", jilid I, hlm 9, No,11).
Da’i, muballigh, mufti (aparat dan peragat dakwah) bertugas untuk membaca, memahami situasi, kondisi masalah, persoalan ummat dalam semua sektor (ideologi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pengajaran, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, hukum, pertahanan, keamanan, militer, dan lain-lain), dan selanjutnya menjelaskan, menguraikan (mengkhutbahkan, mendakwahkan, mentablighkan, memfatwakan) cara apenyelesaian, penanggulannya dalaam bentuk Amar-bil-Makruf, Nahi-anil-Munkar, yang akhirnya tumbuh berkembang dalam bentuk karya nyata (perbaikan masyarakat). "Da’i, muballigh, mufti bertugas menuntutn ummat bekerja demi keadilan, dengan bahasanya sesuai dengan zamannya, dan dengan bahasanya (solusinya) yang diajukannya sejalan dengan tuntutan nilai budaya masyarakat tempatnya berpijak (kebutuhan zamannya)" (Lukman Hakiem : "Perlunya Revolusi Intelektuil", SERIAL MEDIA DAKWAH, No.179, Mei 1989, hlm 57, ulasan buku Dr Ali Syari’ati : "Membangun Masa Depan Islam; Pesan untuk Para Intelektual Muslim")
"Rasulullah bersabda : Kami diperintah, supaya berbicara ke pada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing" (HR Muslim) (M Natsir : "Fiqhud Dakwah", Ramadhani, Semarang, 1984, hlm 162, PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, hlm 30).
Kuliah Subuh, baik di Radio, maupun di Televisi seyogianya berisi tuntunan yang sesuai dengan tuntutan/kebutuhan masa dan temapt (sesuai makan dan zaman).
Problem yang belum terselesaikan (mauquf) di tangan pemimpin (Penguasa Muslim) akan menjadi selesai (terpecahkan, tercairkan) dengan ilmunya para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti). Hukum yang belum terpecahkan di tangan qadhi (Penguasa Muslim) akan menjadi terpecahkan, terputuskan berdasarkan ilmunya (pendapat) para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti) (Abu Bakar Muhammad ibnul Husain bin Abdullah al-Ajiriy : "Budi Pekerti Ulama", terjemah Drs Aliy As’ad, Menara, Kudus, 1978, hlm 11). (Bks 11-11-92)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home