Jadikan Masjid sebagai Pusat Pendidikan Masyarakat
Jadikan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Masyarakat
Kondisi beragama generasi kini, generasi 2000, mengenai pemahaman, penghayatan,
penerapan, pengamalan Islamnya sangat memprihatinkan, jauh menurun dibandingkan
dengan generasi lalu, generasi 1950. Tanpa perlu bersusah payah mengumpulkan
data staatisktik, hal tersebut tampak nyata terlihat secara umum pada kondisi
beragama dalam keluarga sendiri, dalam lingkungan erte, dalam lingkungan erwe
sendiri. Bagaimana tingkat pemahaman, penghayatan, pengamalan ajaran Islam oleh
anak-cucu, dibandidngkan dengan ibu-baapaknya, kakek-nenek-nya. Apakah generasi
kini lebih baik dari generasi lalu dalam pemahaman, penghayatan, pengamalan
ajaran Isl;am, ataukah sebaliknya. Berapa prosen generasi kini yang dengan
kesadaran sendiri melaksanakan shalat lima waktu dan shaum Ramadhan secara
tekun, teratur, tertib. Dan berapa prosen pula generasi lalu.
Salah satu faktor penyebab menurunnya sikap beragama generasi kini dibandingkana
dengan generasiu lalu adalah oleh karena munculnya kecenderungan kebebasan yang
hampir tanpa batas dalam segala hal. Pintu-pitu (gerbang, gate, media, sarana)
terbuka amat luas bagi genrasi kini dibandingkan dengan generasi lalu. Mulai
dari koran, majalah, radio, televisi, filem sampai internet. Tayangan televisi
merupakan Guru Besar bagi generasi kini. Ukuran keenaran dirujuk pada tayangan
televisi, pada budaya pergaulan bebas di objek wisata. Dakwah, baik yang tatap
muka 9taklim), apalagi melalui tayangan televisi sepi dari ruh tauhid, dari ruh
jihad, tanpa semangaty juang tinggi untuk membentuk generasi tangguh pengemban
amanat risalah untuk meninggikan, mengunggulkan, memenangkan Islam di atas
segala agama, untuk tampil membawa Islam sebagai pemimpim, pengatur dunia.
Generasi 1950 pada umumnya, di samping mengikuti pendidikan formal di sekolah
umum, juga mengikuti pendidikan agama di madrasah. Di madrasah mereka dididik
untuk beragama, untuk mengenal dan mengamalkan ajaran agama Islam, untuk
mengenal mana yang halal, yang boleh, dan mana yang haram, yang terlarang. Bukan
hanya didik sekedar untuk mengenal saja, tapi sekaligus untuk mengamalkan ajaran
Islam dalama kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat disimak dari generasi muda
Natsir dan kawan-kawan di Masyumi, dan generasi muda Kartosoewirjo dengan
Institute Suffahnya di Malangbong.
Generasi 2000 sangat membutuhkan pendidikan holistik (integrated, totalitas,
kaffah, menyeluruh) terprogram, sistimatis untuk meningkatkan pemahaman,
penghayatan, pengamalan ajaran Islaam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
upaya dapat ditempuh dengan menjadikan masjid, Mushalla sebagai pusat pendidikan
ajaran Islam bagi masyarakat sekitarnya. Masjid, Mushalla sebagai pusat
pendidikan ajaran islam, beberapa waktu yang lalu pernah dirintis di Masjid
Salman dalam Kampus ITB Bandung. Pendidikan Islam di Masjid Salman ini dapat
dijadikan sebagai proyek percontohan bagi pendidikan ajaran Islam untuk generasi
kini, baik urusan ibadat, muaamalat, siasat, militer, sebagai pusat kegiatan
jama’ah yang mempersatukan umat islam (Prof Dr hamka : “Tafsir Al-Azhar”, XI,
hal 46, tentang tafsir ayat QS9:107).
0 Comments:
Post a Comment
<< Home