Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Saturday, December 04, 2010

Menyikapi musibah

Menyikapi musibah
(Sikap menghadapi musibah)
Orang beriman berupaya hidup mulia, hayathan thaiyiban, hidup dalam keberuntungan, hidup dalam Islam, hidup dalam beriman dan beramal saleh, beramal social. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan berman, mereka sesngguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (QS 16:97). “Demi masa (sejarah membuktikan). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran” (QS 103:1-3). “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang” (QS 87:14-15).
Orang beriman berupaya mati mulia, mati dalam husnul khatimah, mati dalam Islam, mati dalam berman dan beramal shaleh, beramal social. “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS 3:103). “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub, (Ibrahimberkata) : Hai anak-anakku, sesngguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS 2:132).
Orang beriman berupaya memandang segala hal dengan positif, sebaga anugerah, karunia Allah, termasuk dalam menyikapi musibah, bencana. Segala musibah, bencana disikapi oleh orang beriman sebagai anugerah, karunia Allah agar berlaku sabar, dan berlaku sabar itu adalah suatu kebikan. “Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bag seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya (HR Muslim dari Abu Yahya (Shuaib) bin Sinan arRumy) dalam “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid IV, halaman 375, “Riadhus Shalihin” (Imam Nawawi, jilid I, halaman 52, hadis no.3 (Tarjamahan).
Bila disikapi dengan sabar, maka tertusuk duri, salah urat, tergelincir kaki akan menyebabkan dosa dima’afkan Allah. “Demi Tuhan yang menguasai nyawa Muhammad, tidaklah seseorang tertusuk duri dan mengalami salah urat, maupun tergelncir kakinya, melainkan karena dosa, sedangkan dosa yang dima’afkan Allah lebih banyak” (Hadits dari Hasan al-Basri, dalam “Tafsir Ibnu Katsir’, tentang QS 57:22).
Banjir besar yang datang menyapu negeri, atau gunung berapi meletus mengalirkan lahar, atau musuh menghujani negeri dengan bom atom, atau penyakit menular menyapu rata penduduk, pendeknya musibah yang datang tiba-tiba, atau datang secara berhanyut-hanyut, bagi seorang beriman semuanya dipandang positif, sebagai anugerah, karunia Allah, agar dapat berlaku sabar menerimanya. Jiwa orang beriman ditujukannya kepada Allah, yang dariNya dia datang, denganNya dia hidup, dan kepadaNya dia akan kembali (Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 228, tafsiran ayat QS 6:48, “Maka barangsiapa yang beriman dan berbuat perbaikan, tidaklah ada ketakutan atas mereka, dan tidaklah mereka akan berduka cita”).
Meskipusn sama-sama ditimpa banjir, maka yang sabut terapung dan yang batu terbenaam. Meskipun sam-sama kena api, maka yang kertas hangus terbakar jadi abu, yang kayu terbakar jadi arang, yang air menguap, yang besi memuai. Semuanya tergantng dari identitasnya.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.worpress.com as Asrir at BKS0503101400)


Tak ada yang tahu selain Allah
(Deus le volt)
Tak seorang pun yang tahu apa hikmah, rahasia, maksud, tujuan Allah menurunkan bencana gempa-tsunami Meulaboh 26 Dsember 2004 yang menewaskan lebih dari 150000 jiwa dan memusnahkan sejumlah bangunan di sekitar utara Samudera Indonesia. Juga bencana gempa-tsunami Mentawai dan gempa vulkanik Merapi pada tahun 2010. Hanyalah llah sendiri yang tahu tentang hikmah rahasianya.
Segala bencana ang terjadi telah dirancang, diprogramkan Allah sebelumnya sesuai kehendakNy, ilmuNya, seperti disimak dalam QS 57:2, yang menyatakan bahwa “Nought f disaster befalleth in the eart or in your selves but it is n Book before We bring it nto being” (Tiada sesatu musibah, bencana pun ang menimpa di bumi dan tdak pula pada dirimu sendiri melainkan tela tertulis dalam Kitab sebelum Kami menciptakannya).
Jika dikatakan bahwadengan bencana gempa-tsunami Meulaboh itu, Allah ingin menunjukkan ke MahakuasaanNya, maka muncul pertanyaan, aakah mash belum cukp bukti-but keMahakuasaanNya, seingga masih perlu menurunkan bencana-tsnami Meulaboh yang dahsyat itu sebagai buktinya.
Jika dikatakan bahwa bencana gema-tsuami Meulaboh itu sebagai azab, skasaan Allah, maka muncul pertanyaan, apakah mereka yang terkena musiba itu memang pantas diazab, disiksa, karena mereka lebih durhaka kepada Allah dari pada yang tak terkena bencana.
Jika dikatakan bahwa gempa-tsunami Meulaboh itu sebagai rahmat Alla, sebagai pengapus dosa-dosa, maka muncl pertanyaan aakah yang terkena musibah tersubut tergolong sahid, ergolng ahli surge karena dosa-dosana sudah dihapus.
Jika dikatakan bahwa bencana gempa-tsnami Meulaboh itu sebagai peringatan dari Allah, maka muncul pertanyaan apakah memang bencana sedahsyat it efektif menyadarkan yang seamat dari bencaa itu agar kembali ke jalan Allah yang lurus. Apakah ada tercatat dalam sejarah bahwa bencanaq-bencana efektif menyadarkan orang kembali ke jalan Allah ke jalan yang benar.
Di ayat QS 30:41 dan 42:20 dipahami bawa memang ada musibah, bencana (sepert kelaparan, keskinan, kematian, kecelakaan, kesengsaran, kesempitan, kesukaran, kesusahan, penyakit, gempa, badai, taupan) yang bertujuan sebagai peringatan agar sadar atas kesalahan, kekeliruan manusia dalam menata sistim hidup social ekonomi, serta segera kembali meperbaiki kesalahan, kekeliruan yang tela diperbuat.
Dari aat-ayat tersebut juga dpaami bahwa ada musibah, bencana yang disebabkan oleh dosa, kesalaan, kekeliruan manusia dalam menata sistim hidup social-ekonomi.
Bagaimana pun semua musibah, bencana itu adalah kehendak Allah “ Tiada sesuatu musibah yang menimpa seserang kecuali dengan idzin Allah “ (QS 64:11).
Bagaimana pun, bencana, gempa-tsuami bisa berfungsi ganda (multi function). Terhadap yang meninggal bisa berupa rahmat, penutup catatan amalnya, bisa pengurangi dosa-dosanya, bakan penghapus dosa-dosanya Terhadap anak-anak yang meninggal juga bisa berupa rahmat bagi dirinya, bisa bagi orangtanya (yang sabar menerima bencana itu). Terhadap ang keterlaluan, yang keliwat batas bisa berupa zab, siksaan. Teradap yang terlanjur, teledor menyimpang, menyeleweng bisa berupa peringatan agar kembali ke jalan yang benar. Terhadap yang sudah berada di alan yang benar bisa berupa check point untuk meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Musibah, bencana yang menimpa bagi yang fasiq merupakan azab, siksaan, sedangkan bagi yang beriman merupakan nikmat (Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 228). Banjir besar yang dataaaaaaaang menyapu negeri, atau gunng berapi meletus mengalirkan lahar, atau musuh menghujani sebuah negeri dengan bom atom, atau penyakit menular menyapu rata penduduk yang datang tiba-tiba atau datang secara berhanyut-hanyut, bagi orang yang berman semuanya adalah karunia llah, dari Dia mereka datang, dengan Dia merea hidup, dan kepadaNya mereka kembali.
“Tiadalah seorang tertusuk duri dan mengalami salah urat, maupun tergelincir kakinya melainkan karena dosa, sedangkan dosa yang dima’afkan Allah lebih banyak” (“Tafsir Ibnu Katsir”, re QS 57:22).
“Tiada seorang Muslim ang menderita atau terkena gangguan apa pun, baik yang berupa duri atau lebih dari pada itu, melainkan Allah akan menghapus sebagain dosanya, sebagamana rontoknya daun dari pohonnya” (THSR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Masud, Dalam “Riadhus halihin”, pasal “Sabar”).
“Tiada pembalasan bagi seorang hambaKu ang telah Kuambil kembali kekasihnya, kemudian orang itu menghapus pahala daripadaKu, selain dari pahala surge” (THSR Bukhari, dari Abi Hurairah, idem).
“Dan sesungguhnya Kami elah mengutus (rasu-rasul) kepada umjat-umat yang sebelumkamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka benar (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri” (QS 6:42).
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketka datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaithan menampakkan kepada mereka kebagusan apapun yang sealu mereka kerjakan” (QS 6:43).
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang elah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa ang telah diberikankepada mereka, ami siksa mereka dengan sekonyosng-konong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (QS 6:44).
“MAka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampa ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS 6:4)
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0501111600)
Bahan renungan
1. Dari sudut pandang Islam, bencana tsunami di Mentawai dan gempa vulkanik di Merapi, apakah merupakan :
– teguran, peringatan dari Allah, ataukah
– ujian, cobaan dari Allah tentang keimanan, ataukah
– hukman, siksaan, azab dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, ataukah
– pamer kekuasaan dari Allah, atakah
– sunnatullah (fenomena alam) semata ?

a. Seberapa besar efektifitas sanksi hukum, efektifitas bencana untuk mengembalikan manusia yang tersesat ke jalan kebenaran ?
b. Tanpa sanksi hukum, tanpa bencana, seberapa banyak jumlah manusia yang tersesat dari jalan kebenaran ?
c. Apakah dapat ditemukan fakta dan data sejarah tentang hal tersebut ?

2. Dari sudut pandang Islam, dana untuk korban bencana apa perlu diseleksi halal atau haramnya. Apakah penggalangan dana itu boleh saja dilakukan oleh semua kalangan, termasuk komunitas koruptor, maling, mucikari, germo, psk, gay, dan yang semacam itu ?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home