Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Saturday, December 04, 2010

Politisasi dan Komersialisasi bencana

Penyebab, bentuk, tujuan musibahm bencana, petaka
Musibah, bencana, petaka, penyebabnya bisa sebagai sunnatullah (fenomena alam). Bentuknya bias sebagai unjuk ke Mahakuasaan Allah. Tujuannya bisa sebagai teguran, peringatan, ujian, cobaan, hukuman, siksaan, azab, rahmat dari Allah. Musibah, bencana, petaka yang menyebabkan seorang Muslim meninggal dunia dapat dipandang sebagai sarana positif baginya untuk memperoleh posisi sebagai syahid/syuhada (Simak antara lain asSayyid Sabiq : “Fiqh asSunnah”, Jilid I, halaman 332, Ghasl almayyit”)..
Politisasi dan Komersialisasi bencana
Tujuan menghalalkan segala cara. Untuk mencapai, mewujudkan tujuan, segala cara boleh dilakukan. Bencana boleh dipotisasi sebagai sarana kampanye parpol. Bencana pun boleh dikkomerssialisasi sebagai sarana promosi komoditi produksi. Para pengurus parpol dan pihak manajemen industry bias memanfa’atkan bencana dan korban sebagai sarana kampanye parpol dan promosi produk industry. Inilah pola piker, sikap mental bangsa ini (Simak “Ironi Merapi” oleh FX Wikan Inrarto dalam KOMPAS, Sabtu, 6 November 2010).
Musibah dan usaha
Musibah diatasi dengan usaha. Suatu ketika Nabi Ayub mengalami musibah berupa sakit (sakit kulit ?). NaBI Ayub dituntun, dibimbing Allah agar berusaha mengobati penyakitnya dengan berupaya mendapatkan obatnya berupa air obat (obat penyakit kulit ?). Nabi Ayub hanya mengeluhkan penyakitnya kepada Allah tanpa memohon agar disembuhkan. “Dan ingatlah akan hamba Ayub, ketika ia menyeru TuhanNya : Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. Allah berfirman : Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (QS 38:41-42; simak juga QS 21:85).

Suatu ketika Siti Maryam binti ‘Imran mengalami musibah bencana berupa hamil tanpa bersuami. Akibat tekanan batin yang dideritanya, Maryam menjauhkan diri ke tempat terpencil. Semakin dekat waktu melahirkan, kesedihan, ketakutan, kekhawatiran Maryam semakin memuncak. Maryam khawatir akan takdir yang akan terjadi. Sangat berat beban pemikiran yang menimpanya. Sebagai seorang wanita yang be3rasal dari keluarga baik-baik dan shaleh, tentu dengan kejadian mengandung tanpa bersuami itu merupakan pukulan batin yang teramat berat dan pedih. Apakah orang tidak akan menuduhnya telah berbuat zina ? Yang mencemarkan nama baik keluarganya. Sungguh merupakan beban penderitaan batin yang tak tertanggungkan. Siti Maryam mengeluh, tak ada gunyanya ia hidup.“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, maaryam berkata : Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang taidak berarti, lagi dilupakan” (QS 19:23). Demikian terasakan dalam kisah Maryam dalam QS 19:22-26. Bisa dibayangkan betapa remuknya perasaannya bila tak datang ma’unah, pertolongan Allah yang disampaikan Jibril kepada Maryam. Siti Maryam dituntun, dibimbing Allah agar berusaha tegar, tak bersedih, dan berupaya mendapatkan kembali tenaga, kekuatan.”Maka Jibril menyeru dari tempat yang rendah : Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah kohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS 19:23-25) (ALHIKMAH, Bani Saleh, Bekasi, No.5, Th.III, Desember 1996, hal 13).

Setelah menerima wahyu pertama, sebelum turun surah adDhuha, Rasulullah pernah mengalami goncangan batin yang sangat dahsyat. “Aku adalah hamba Allah yang paling benci pada sya’ir. Tidak ada seorang dari hamba Allah yang paling kubenci selain penyair dan orang gila. Aku tak kuasa melihat kedua orang itu. Bahwasanya jalan yang baik buat menghindarkan tuduhan orang Quraisy, ialah aku pergi ke suatu puncak bukit lalu aku terjunkan diriku ke bawah, supaya habislah riwayat hidupku dan terlepaslah aku dari tuduhan sebagai penyair dan orang gila. Inilah yang terpikir, terlintas untuk mengakhiri hidup dengan menerjunkan diri dari puncak gunung Abu Qubais. Maka aku pun keluar dari rumah untuk menjalankan maksud itu. Rasulullah dituntun, dibimbing Allah agar tak bersedih dan tak berduka cita dengan berupaya mendapatkan kebahagiaan akhirat, antara lain dengan menyantuni yang melarat, menuntun, membimbing yang awam, menyebarkan rahmat karunia ilahi ke segenap penjuru (Simak antara lain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:97-98). Tiba-tiba setelah berada di tengah bukit itu aku mendengar suatu suara dari langit yang mengatakan : Ya Muhammad, engkau Rasulullah dan aku Jibril” (Menurut HR Thabary dari Abdullah bin Zubair; juga HR Ibnu Ishaq dari Wahab bin Kaisan dari ‘Ubaid, dalam “Tafsir I bawah Naungan alQur:an” oleh Sayid Quthub, juzuk XXX, hal 373; dan simak juga “Tafsir AlAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk XXX, hal 102).

(Asrir BKS1009240500 written by sicumpaz@gmail.comsicumpas.wordpress.com)
Bahan renungan
1. Dari sudut pandang Islam, bencana tsunami di Mentawai dan gempa vulkanik di Merapi, apakah merupakah :
– teguran, peringatan dari Allah, ataukah
– ujian, cobaan dari Allah tentang keimanan, ataukah
– hukman, siksaan, azab dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, ataukah
– pamer kekuasaan dari Allah, atakah
– sunnatullah (fenomena alam) semata ?
2. Dari sudut pandang Islam, dana untuk korban bencana apa perlu disleksi halal atau haramnya. Apakah penggalangan dana itu boleh saja dilakukan oleh semua kalangan, termasuk komunitas koruptor, maling, mucikari, germo, psk, gay, dan yang semacam itu ?
3. Mana saja hadis dalam “Bulughul Maram” yang berbeda syarahnya antara Shan’ani (Subulus Salam) dan ‘Asqalani (Fathul Bari) ?
4. Padahari tasyrik ada seseorang peternak kambing baru punya anak lelaki berumur tujuh hari. Kambingnyaa ada 40 ekor. Apasaja kewaajiban agama Islam yang harus ia lakukan berkaitan dengan kambingnya?
Kawasan rawan bencana
Sebelum korban berjatuhan, seyogianya pemerintah bertindak tegas mentransmigrasikan warga yang berada di kawasan rawan bencana (gempa, tektonik, vulkanik, tsunami, banjir, longsor). Pos APBN untuk keluar negeri (Presiden, Meneri, Legislatif) direvisi untuk trnsmigrasi.Di kawasan rawan bencana hendaknya selalu siap standby helicopter penolong.
Kepekaan dan Kepedulian Sosial
Sungguh menggembirakan, dari mana-mana, baik dari dalam maupun luar negeri secara beruntun berdatangan, mengalir simpati, sumbangan, bantuan, baik berupa uang, jasa, tenaga logistic yang jumlahnya demikian besar untuk meringankan derita korban bencana gempa tsunami Meulaboh 26 Desember 2004 di Nanggro Aceh Darus Salam dan sekitarnya. Ini menunjukkan, merefleksikan tingkat kepedulian sosal masyarakat yang sangat tinggi. Sekaligus juga menunjukkan hati nurani masyarakat yang begitu memiliki kepekaan social. Bencana gempat-tsunami benar-benar menggugah-membangkitkan kepekaan dan kepedulian social masyarakat. Juga dalam bencana Tsunami Mentawai dan erupsi Merapi Jateng 2/26 Oktober 2010.
Bila (Das Sollen) kepekaan dan kepedulian social ini juga tumbuh bersemi dalam kondisi normal, maka jumlah peminta-minta, pengemis, pengamen, pemulung, penganggur secara drastic akan semain berkurang. Benar-benar kesejahteraan social seperti yang diamanahkan UUD-45 pasal 33-34 akan terwujud secara nyata dalam kehidupan. Fakir –miskin dan anak-anak yang terlantar akan dipelihara masyarakat. Kekayaan alam dan produksi benar-benar akan dipergunakan untuk kepentingan, kemakmuran rakyat seluruhnya. Terwujudlah Indnesia Adl Makmur “Baldatun thaiyibatun wa rabbun ghafur”.
Semangat mengash, mengadopsi, menjadi orangtua angkat anak-anak korban gempa-tsunami begitu menggebu. Namun tak satu pun yang tertarik untuk menjadi saudara angkat para korban gempa-tsunami. Tak ada yang tertarik untuk member pekerjaan kepada para korban yang kehilangan mata pekerjaan.
Semuanya tak pedlui aka masa depan mereka itu. Bakan di tingkat internasional tak ada yang peduli dengan nasib mereka itu. Tak ada yang peduli secara konkrit terhadap nasib para pemnta-minta, pengemis, pengamen, pemulung, penganggur, para terlantar. (Dalam musim haji 1432H/2010M pemerintah Arab Saudi melarang member uang kepada para pengemis di Masjidil Haram).
Negara kaya tak peduli dengan nasib Negara miskin. Negara kaya hanya peduli dengan peningkatan, pelipatgandakan kekayaannya. Kebijakan Negara kaya hanya untuk meningkatkan, melipatgandakan kekayaan mereka. Konglomerat hanya peduli dengan kekayaannya. Konglomerat tak pernah peduli dengan nasib kaum melarat, kalau tak terkait dengan keentngannya.
Ajaran, teori seleksi alamnya Darwin tetap berlaku dalam kehidupan dunia modern. Yang lemah adalah mangsa yang kuat. Yang melarat adalah makanan konglomerat. Homo homini lupus. Exploitation de l”home par l’home. Selama bermental rakus, tamak, selama bermental kapitalis, tak akan pernah ada kasih antar sesame, tak ada kepekaan dan kepedulian social yang tulus tanpa pamrih apa pun. Baru kalau mental kapitalis sudah berubah, beralih menjadi mental social (bedakan dengan paham sosialisme), barulah kepekaan dan kepedulian social tertanam di dada, dalam sanubari secara tulus tanpa pambrih. Kepekaan, kepedulian social berkaitan dengan keikhlasan.
Bila bangsa ini, termasuk presidennya, menterinya, gubernurnya , aparatnya memiliki kepekaan social dan kepedulian social tak akan pernah terjadi penggusuran warga secara paksa seperti tampak pada tayangan TransTV, Senin, 31 Januari 2005, 1030-1100, “Kejamnya Dunia”, “Buldozer itu menghancurkan harapan kami”. Apakah tak lebih dulu dibikinkan barak-barak seperti bagi korban bencana bempa tsunami NAD 26 Desember 2004, sebagai tempat untuk merelokasi mereka yang terkena pembongkaran. Itu kalau penyelenggara Negara ini dengan aparatnya memiliki kepekaan dana kepedulian social, kesadaran seb agai warga Negara yang merasakan kepedihan sesama, memiliki nurani. Dan tetap saja benar teori seleksi Darwin bahwa yang lemah adalah mangsa yang kuat.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0501140600)
Tak ada yang tahu selain Allah
(Deus le volt)
Tak seorang pun yang tahu apa hikmah, rahasia, maksud, tujuan Allah menurunkan bencana gempa-tsunami Meulaboh 26 Dsember 2004 yang menewaskan lebih dari 150000 jiwa dan memusnahkan sejumlah bangunan di sekitar utara Samudera Indonesia. Juga bencana gempa-tsunami Mentawai dan gempa vulkanik Merapi pada tahun 2010. Hanyalah llah sendiri yang tahu tentang hikmah rahasianya.
Segala bencana ang terjadi telah dirancang, diprogramkan Allah sebelumnya sesuai kehendakNy, ilmuNya, seperti disimak dalam QS 57:2, yang menyatakan bahwa “Nought f disaster befalleth in the eart or in your selves but it is n Book before We bring it nto being” (Tiada sesatu musibah, bencana pun ang menimpa di bumi dan tdak pula pada dirimu sendiri melainkan tela tertulis dalam Kitab sebelum Kami menciptakannya).
Jika dikatakan bahwadengan bencana gempa-tsunami Meulaboh itu, Allah ingin menunjukkan ke MahakuasaanNya, maka muncul pertanyaan, aakah mash belum cukp bukti-but keMahakuasaanNya, seingga masih perlu menurunkan bencana-tsnami Meulaboh yang dahsyat itu sebagai buktinya.
Jika dikatakan bahwa bencana gema-tsuami Meulaboh itu sebagai azab, skasaan Allah, maka muncul pertanyaan, apakah mereka yang terkena musiba itu memang pantas diazab, disiksa, karena mereka lebih durhaka kepada Allah dari pada yang tak terkena bencana.
Jika dikatakan bahwa gempa-tsunami Meulaboh itu sebagai rahmat Alla, sebagai pengapus dosa-dosa, maka muncl pertanyaan aakah yang terkena musibah tersubut tergolong sahid, ergolng ahli surge karena dosa-dosana sudah dihapus.
Jika dikatakan bahwa bencana gempa-tsnami Meulaboh itu sebagai peringatan dari Allah, maka muncul pertanyaan apakah memang bencana sedahsyat it efektif menyadarkan yang seamat dari bencaa itu agar kembali ke jalan Allah yang lurus. Apakah ada tercatat dalam sejarah bahwa bencanaq-bencana efektif menyadarkan orang kembali ke jalan Allah ke jalan yang benar.
Di ayat QS 30:41 dan 42:20 dipahami bawa memang ada musibah, bencana (sepert kelaparan, keskinan, kematian, kecelakaan, kesengsaran, kesempitan, kesukaran, kesusahan, penyakit, gempa, badai, taupan) yang bertujuan sebagai peringatan agar sadar atas kesalahan, kekeliruan manusia dalam menata sistim hidup social ekonomi, serta segera kembali meperbaiki kesalahan, kekeliruan yang tela diperbuat.
Dari aat-ayat tersebut juga dpaami bahwa ada musibah, bencana yang disebabkan oleh dosa, kesalaan, kekeliruan manusia dalam menata sistim hidup social-ekonomi.
Bagaimana pun semua musibah, bencana itu adalah kehendak Allah “ Tiada sesuatu musibah yang menimpa seserang kecuali dengan idzin Allah “ (QS 64:11).
Bagaimana pun, bencana, gempa-tsuami bisa berfungsi ganda (multi function). Terhadap yang meninggal bisa berupa rahmat, penutup catatan amalnya, bisa pengurangi dosa-dosanya, bakan penghapus dosa-dosanya Terhadap anak-anak yang meninggal juga bisa berupa rahmat bagi dirinya, bisa bagi orangtanya (yang sabar menerima bencana itu). Terhadap ang keterlaluan, yang keliwat batas bisa berupa zab, siksaan. Teradap yang terlanjur, teledor menyimpang, menyeleweng bisa berupa peringatan agar kembali ke jalan yang benar. Terhadap yang sudah berada di alan yang benar bisa berupa check point untuk meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Musibah, bencana yang menimpa bagi yang fasiq merupakan azab, siksaan, sedangkan bagi yang beriman merupakan nikmat (Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 228). Banjir besar yang dataaaaaaaang menyapu negeri, atau gunng berapi meletus mengalirkan lahar, atau musuh menghujani sebuah negeri dengan bom atom, atau penyakit menular menyapu rata penduduk yang datang tiba-tiba atau datang secara berhanyut-hanyut, bagi orang yang berman semuanya adalah karunia llah, dari Dia mereka datang, dengan Dia merea hidup, dan kepadaNya mereka kembali.
“Tiadalah seorang tertusuk duri dan mengalami salah urat, maupun tergelincir kakinya melainkan karena dosa, sedangkan dosa yang dima’afkan Allah lebih banyak” (“Tafsir Ibnu Katsir”, re QS 57:22).
“Tiada seorang Muslim ang menderita atau terkena gangguan apa pun, baik yang berupa duri atau lebih dari pada itu, melainkan Allah akan menghapus sebagain dosanya, sebagamana rontoknya daun dari pohonnya” (THSR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Masud, Dalam “Riadhus halihin”, pasal “Sabar”).
“Tiada pembalasan bagi seorang hambaKu ang telah Kuambil kembali kekasihnya, kemudian orang itu menghapus pahala daripadaKu, selain dari pahala surge” (THSR Bukhari, dari Abi Hurairah, idem).
“Dan sesungguhnya Kami elah mengutus (rasu-rasul) kepada umjat-umat yang sebelumkamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka benar (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri” (QS 6:42).
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketka datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaithan menampakkan kepada mereka kebagusan apapun yang sealu mereka kerjakan” (QS 6:43).
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang elah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa ang telah diberikankepada mereka, ami siksa mereka dengan sekonyosng-konong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (QS 6:44).
“MAka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampa ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS 6:4)
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0501111600)
Semuanya sudah ditetapkan
Minggu, 31 Mei 2009
Semanya sudah ditetapkan
Semuanya sudah ditetapkan
Hanya yang akan berlaku adalah yang direncanakan Allah saja. Yang direncanakan manusia hanya akan berlaku bila bertepataan dengan rencana Allah, dan tak akan berlaku bila tak bertepatan dengan rencana Allah.
"Dan apabila Dia menghendaki mengadakan sesuatu Dia berkata : Jadilah engkau. lalu jadilah ia" (QS 2:117).
"Apabila Ia memutuskan suatu pekerjaan, Ia hanya berkata : Jadilah engkau, lalu jadilah ia" (QS 3:47).
"Apabila Dia hendak memutuskan suatu urusan, maka hanya Dia berkata kepadanya : Jadilah engkau, lalu jadilah ia" (QS 40:68).
"Apabila Dia hendak mengadakan sesuatu, maka Dia hanya berkata : Jadilah engkau. maka jadilah ia" (QS 19:35).
"bila Ia amenghendaki (menaakan) sesuatu, Ia berkata kepadanya ; Jadilah engkau. lalu jadilah ia" (QS 36:82)
Semuanya sudah direncanakan, diprogramkan Allah.
"Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh" (QS 57:22).
Tiada sesuatu musibah pun yang menimpa seseoang kecuali dengan idzin Allah" (Qs 64:11).
"Apa saja yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri" (QS 42:30).
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia: (QS 30:41).
Semuanya terjadi sesuai dengan rencana, program Allah. Semua atas kehendak Allah. Semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah. tak ada yang terjadi tanpa kehendak Allah.
"Tak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan idzin Allah".
"Kamu tidak dapat menghendaki, kecuali apabila dikehendaki Allah" (QS 81:29).
"Kamu tidak mampu, kecuali bila dikehendaki Allah" (QS 76:30).
"tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka" (QS 28:68).
"Katakanlah : Telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat sekehendaknya" (HR Muslim dari Abi Hurairah, dalam 'Riadhus Shalihin" Nawawi, pasal Mujahadah, Muqarabah),
"Man proposes, God disposes. Man does what he can, and God what He will".
Termasuk dalam sunnah, rencana, program Allah adalah bahwa orang yang bersih jiwanya akan memperoleh apa yang dikehendakinya, yang dicita-citakannya.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri" (QS 87:14).
"Semuanya datang dari sisi Allah" (QS 4:78).
"Jika mereka memperoleh kebaikan, maka mereka mengatakan "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan "Ini datangnya dari kamu (Muhammad)". Katakanlah "Semuanya dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu hampir-hampir tidak bisa memahami pembicaraan sedikitpun? Kebaikan apa saja yang kamu terima adalah dari sisi Allah dan keburukan (bencana) apa saja yang menimpa adalah berasal dari diri kamu (QS 4:78-79, Dr Shaleih Abdul fattah alKhalidi : "Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur;an", 2001:338).
Kenapa Allah menghendakinya terjadi? Hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Tak ada yang tahu selain allah sendiri. "Allahu a'lam bi muradihi".
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata : Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan paadanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau. tuhan berfirman : sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS 2:30).
Allah maha Mengetahui. Mengetahui yang sudah, yang sedang dan yang akan terjadi. di mana pun, kapan pun.
"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkanDia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata" (QS 6:59, 57:22, Dr Shalih Abdul Fattah alKhalidi : "Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur:an", 2001:269).
Nasib seseoraang sudah ditentukan Allah.
"Allah menyuruh mencatat ketentuan amal, rizqi, ajal dan nasib seseorang" (HR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Ma'ud, dalam "Lukluk wal Marjan", hadits 72, 1093, dan dalam "riadhus Shalihin", jilid I, hal 354, hadits 1).
Rencana, program Allah tak mengalami perubahan, revisi.
"Dan tiada engkau peroleh sunnatullah itu berubah-ubah (bertukar-tukar)" (QS 33:62).
"Dan engkau tiada akan mendapati sunnatullah itu berubah-ubah (bertukar-tukar)" (QS 48:23).
" Maka tiada engkau dapati sunnatullah itu bertukar-tukar, dan tiada engkau dapati sunnatullah itu berubah-ubah" (QS 35:43).
"Dan engkau tidak dapat mengubah sunnah (jalan, sistim) kami itu" (Qs 17:77).
"Kalau Aku sudah menentukan suatu keputusan, maka keputusan itu tidak dapat dibatalkan (ditolak)" (dalam Hadits).

Nabi bersabda "Tiada seoang pun dari kalian, bahkan tiada suatu jiwa manusia melainkan sudah ditentukan tempatnya di sorga atau di neraka, bernasib baik atau celaka". Seorang bertanya :"Ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita menyerah saja pada ketentuan itu dan tidak usah beramal, maka jika untung akan sampai kepada keuntungannya". Jawab Nabi "Adapun orang yang bakal untung maka diringankan untuk mengamalkan perbuatan ahli sa'adah, sealiknya orang yang celaka maka ringan untuk berbuat segala amal yang membinasakan" (HR Bukhari, Muslim dari Ali, dalam "Lukluk wal Marjan", hadits 1697).
"Barangsiapa dikehendaki Allah akan menunjukinya, niscaya Dia lapangkan dadanya bagi Islam. barangsiapa yang dikehendaki Allah akan menyesatkannya, Dia jadikan adanya sempit dan picik, seolah-olah ia hendak naik ke langit" (QS 6:125).
Allah mengatur "programNya, yang di dalam Islam dinami "taqdir" setapak demi setapak. Dengan takdir-iradah Allah, maka orang-orang Israil yang telah sekian lama teraniaya dan tertindas di bawah kekuasaan Fir'aun dikurniai kedudukan terhormat sebagai pemimpin yang memimpin masyarakat yang bebas merdeka dari perbudakan dan kehinaan, sebagai pemimpin yang menerima warisan bekas wilayah kekuasaan Fir'aun (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", XX, 1983:68-70).
"Dan berkehendaklah Kami (Allah) hendak memberi kurnia atas orang-orang yang diperlemah di muka bumi itu dan hendak kami jadikan mereka itu pemimpin-pemimpin dan hendak kami jadikan mereka itu penerima waris" (QS 28:5).
Diposkan oleh Asrir Sutanmaradjo di 15.50

0 Comments:

Post a Comment

<< Home