Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Monday, August 09, 2010

Islam di tengah lumpur kemewahan


Islam di tengah lumpur kemewahan

Di tentah lumpur ke mewahan dunia (materialisme-kapitalisme) Islam tak mampu tumbuh subur berkembang, tatapi tumbuh kerdil (marangeh). Inilah dampak negative dari keserakahan, kerakusan akan dnia (takatsur, hubbun dunya) terhadap Islam. Kerakusan akan dunia akan melemahkan semangat kebanggan akan Islam..

“Demi Allah, bukan kemiskinan yang saya kuatirka atas kamu, tetapi saya khawatir kalau terhampar luas bagimu dunia ini, sebagaimana terhampar pada orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba sehingga membinasakan kamu ssebagaimana telah membnasakan mereka” (HR Bukhari, Muslim dari Amr bin Auf alAnshary dalam Terjemah “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, jilid I, halaman 401, hadis no.1, pasal “Keutamaan zuhud, tidak rakus pada dunia; simak juga HR Bukhari, Muslim dari Abi Said alKhudry dan “Lukluk wal Marjan” Fuad Muamamd Abdul Baqy, jilid I, halaman 323, hadis no.625 dan 626, Bab : Kekuatiran dan kemewahan hidup di dnia).

(Asrir BKS1008080545)

Noda-noda hitam dalam sejarah Islam

Berlumuran noda-noda hitam damal sejarah Isam. Sejarah Islam penuh dengan lumuran noda-noda hitam. Mulai dari penggugatan, pendongkelan akan legalitas/keabsahan kekhalifahan tsman bin ‘Affan. Berlanjut dengan aaksi perlawanan, pembangkangan pasukan Mu’awyah bn Abi Sufyan terhadap kekhafahan ‘Ali bin Abi Talib. Diteruskan dengan aksi perlawanan, pembangkangan Bani ‘Abbas terhadap kehalifahan Bani Umaiyah. Apai akhirnya dengan penumbangan kekhalifahan Bani Seljuk.

Para pemikir-pemikir Isam seyogianya secara serius merenungkan, melakukan inftrospeksi diri. Kenapa mat Islam anya betah diatur oleh Islam selama 25 tahun yaitu pada masa Rasulullah dan masa Khalifah Abu Bakar dan ‘Umar. Masyarakat Islam sejahtera adil makmur pada masa Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz hanya sekitar dua tahun. Setelah itu umat Islam mlai merasa gerah datur oleh Islam, meskipun masih ada yang menyeru agar kembal pada Islam (Qur:an dan Hadits). Kenapa pemerintahan Islam tak bisa bertahan, tak bisa langgeng lestari, hanya berusia pendek, sekitar 25 tahun ? (Simak antara lain Sayyid Quthb : “Keadilan Sosial Daam Islam”, Pustaka, Bandung, 1994:262).

Bangsa, umat ini hanya tertarik mengambil kapitalisme atau komunisme untuk menyelesaikan masalanya. Kenapa bangsa, umat ini tak tertarik pada solusi yang ditawarkan Islam untuk menyelesakan masalahnya ? Apakah karena para da’i, muballigh, pemikir, ideology Islam dpandang tak memiliki sifat, sikap AlAmin, orang kepercayaan, orang terpercaya ? Apakah karena solusi ang ditawaran tak lebih hanya sebatas wacana (diawang-awang, tak membumi, tak aplikatif) ? Sampai saat ini dunia anya tertarik pada Sistim Ekonomi Kapitalis (Adam Smith) atau Sistim Ekonomi Sosialis (Karl Marx) dan tak tertarik pada Sistim Ekonomi slam (Taqiyuddin?). Ataukah slusi yang ditawarkan tak dapat dipaami leh mereka ? “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka masing-masing” (HR Muslim). Terjemakanlah ajaran Islam sesuai dengan daya nalar objek dakwah (Simak antara lain M Natsir : “Fiqhud Dawah”, Ramadani, Semarang, 1981:162; PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, halaman 30).

Noda-noda hitam itu seluruhnya berkaitan, berhubungan dengan masalah ketatanegaraan. Siapa yang berhak menjadi Kepala Negara. Bagaimana susunan sistim pemerintahan. Dan lin-lain. Kini di kalangan non-Islam marak pertanyaan “Apa untungnya menjadi Negara Islam” (Silakan buka di google). Dan di kalangan Islam muncul pertanyaan “Apa perlunya Negara Islam” (Simak antara lain http://lintastanzhim.wordpress.com).

Jika dicermati secara sungguh-sungguh, daulah Islamiyah tak mengenal Trias Politica. Kepa Negara bertanggungjawab penuh atas tugas eksekutif (ri’ayah) dan yudikatif (qaadhi). Tak dikenal terminology intervensi, menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan.

(Asrir BKS1007250900)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home