Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Saturday, October 09, 2010

Musibah dan usaha



Musibah dan usaha

Musibah diatasi dengan usaha. Suatu ketika Nabi Ayub mengalami musibah berupa sakit (sakit kulit ?). NaBI Ayub dituntun, dibimbing Allah agar berusaha mengobati penyakitnya dengan berupaya mendapatkan obatnya berupa air obat (obat penyakit kulit ?). Nabi Ayub hanya mengeluhkan penyakitnya kepada Allah tanpa memohon agar disembuhkan. “Dan ingatlah akan hamba Ayub, ketika ia menyeru TuhanNya : Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. Allah berfirman : Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (QS 38:41-42; simak juga QS 21:85).

Suatu ketika Siti Maryam binti ‘Imran mengalami musibah bencana berupa hamil tanpa bersuami. Akibat tekanan batin yang dideritanya, Maryam menjauhkan diri ke tempat terpencil. Semakin dekat waktu melahirkan, kesedihan, ketakutan, kekhawatiran Maryam semakin memuncak. Maryam khawatir akan takdir yang akan terjadi. Sangat berat beban pemikiran yang menimpanya. Sebagai seorang wanita yang be3rasal dari keluarga baik-baik dan shaleh, tentu dengan kejadian mengandung tanpa bersuami itu merupakan pukulan batin yang teramat berat dan pedih. Apakah orang tidak akan menuduhnya telah berbuat zina ? Yang mencemarkan nama baik keluarganya. Sungguh merupakan beban penderitaan batin yang tak tertanggungkan. Siti Maryam mengeluh, tak ada gunyanya ia hidup.“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, maaryam berkata : Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang taidak berarti, lagi dilupakan” (QS 19:23). Demikian terasakan dalam kisah Maryam dalam QS 19:22-26. Bisa dibayangkan betapa remuknya perasaannya bila tak datang ma’unah, pertolongan Allah yang disampaikan Jibril kepada Maryam. Siti Maryam dituntun, dibimbing Allah agar berusaha tegar, tak bersedih, dan berupaya mendapatkan kembali tenaga, kekuatan.”Maka Jibril menyeru dari tempat yang rendah : Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah kohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS 19:23-25) (ALHIKMAH, Bani Saleh, Bekasi, No.5, Th.III, Desember 1996, hal 13).

Setelah menerima wahyu pertama, sebelum turun surah adDhuha, Rasulullah pernah mengalami goncangan batin yang sangat dahsyat. “Aku adalah hamba Allah yang paling benci pada sya’ir. Tidak ada seorang dari hamba Allah yang paling kubenci selain penyair dan orang gila. Aku tak kuasa melihat kedua orang itu. Bahwasanya jalan yang baik buat menghindarkan tuduhan orang Quraisy, ialah aku pergi ke suatu puncak bukit lalu aku terjunkan diriku ke bawah, supaya habislah riwayat hidupku dan terlepaslah aku dari tuduhan sebagai penyair dan orang gila. Inilah yang terpikir, terlintas untuk mengakhiri hidup dengan menerjunkan diri dari puncak gunung Abu Qubais. Maka aku pun keluar dari rumah untuk menjalankan maksud itu. Rasulullah dituntun, dibimbing Allah agar tak bersedih dan tak berduka cita dengan berupaya mendapatkan kebahagiaan akhirat, antara lain dengan menyantuni yang melarat, menuntun, membimbing yang awam, menyebarkan rahmat karunia ilahi ke segenap penjuru (Simak antara lain Haekal : “Sejarah Hidup uhammad”, 1984:97-98). Tiba-tiba setelah berada di tengah bukit itu aku mendengar suatu suara dari langit yang mengatakan : Ya Muhammad, engkau Rasulullah dan aku Jibril” (Menurut HR Thabary dari Abdullah bin Zubair; juga HR Ibnu Ishaq dari Wahab bin Kaisan dari ‘Ubaid, dalam “Tafsir I bawah Naungan alQur:an” oleh Sayid Quthub, juzuk XXX, hal 373; dan simak juga “Tafsir AlAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk XXX, hal 102).
(Asrir BKS1009240500 written by sicumpaz@gmail.comsicumpas.wordpress.com)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home