निक्मत्न्य kemakmuran
Nikmatnya kemakmuran
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah maha Kuasa atas segala sesatu” (QS 18:45). Kemakmuran dunia layaknya seperti kesuburan tanaman sesaat.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS 7:96).
Kenpa pemerintahan yang Islami tak bisa bertahan lama, tak bisa langgeng lestari, hanya berusia pendek, sekitar tiga puluh tahun. “Mengapa semangat Islam itu menjadi mandeg sesudah melampaui periode pendek pada masa kenabian ?” (Sayyid Qutb : “Keadilan Sosial Dalam Islam”, 1994:323).
Di tengah Lumpur kemewahan dunia (materialisme-kapitalisme) Islam tak mampu tumbuh subur berkembang, tetapi tumbuh kerdil (marangeh). Inilah dampak negatif dari kerakusan akan dunia (takatsur, hubbun dunya) terhadap Islam. Kerakusan akan dunia akan melemahkan semangat keanggaan akan Islam.
“Demi Allah, bukan kemiskinan yang saya kuatirkan atas kamu, tetapi saya khawatir kalau terhampar luas bagimu dunia ini, sebagaimana terhampar pada oang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-loma sebagaimana mereka berlomba-lomba sehingga membinasakan kamu sebagamana telah membinasakan mereka” (HR Bukhari, Muslim dari Amru bin Auf AlAnshari, dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Keutamaan Zuhud, tidak rakus dunia”
“Sesungguhnya diantara yang saya khawatirkan atas kamu sepeninggalku nanti, ialah terbuka lebarnya kemewahan dan keindahan dunia ini pada kamu” (HR Bukhari, Muslim dari Abu Said alKhudri dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Keutamaan Zuhud”; “AlLukluk wa Marjan” Muhammad Fuad Abdul Baqi, bab “Kekuatiran dari Kemewahan Hidup di Dunia”).
Umat Islam akan hanur, mengalami kebinasaan karena berlomb-lomba memperbutkan dunia. Salah satu faktor yang memporakporandakan fondasi sistim pemerintahan yang Islami adalah apa yang kini diseutkan dengan KaKaEn. Biang dari KaKaEn ini adalah apa yang disebut dengan “kembang dunia” (zahratud dunya). Harta kekayaan itu (dalam berbagai bentuk dan wujudnya) adalah bagikan air asin, yang semakin banyak direguk (diminum), maka semakin dahaga (haus), tak pernah puas. Sudah punya penghasilan formal, kepingin lagi punya penghasilan non-formal.
“Waspadalah. Janganlah kalian sampai kembali menjadi kafir sepeninggalku yang satu memenggal leher yang lan” (HR Bukhari, Muslim dari Ibnu Umar). Maksaudnya berebutan dunia, kekayaan dan kedudukan. (“AlLukluk walMarjan” (terjemahan), 1983:24, hadits no.45).
“Hampir tiba masanya, bahwa kamu akan dikeroyok oleh bangsa-bangsa sebagaimana orang-orang yang hadir dalam peserta jamuan makan mencaplok hidangan yang disediakan bagi mereka. Bukan disebabkan bilangan amu sedikit, bahkan bilangan jumlah kamu di waktu itu adalah banyak (mayoritas). Tetapi kamu tak ubahnya dalam air buih di kala banjir. Allah mencabut rasa ketakutan dari dada musuhmu, dan sebaliknya Allah melemparkan ke dalam hati kamu penyakit alWahn, yaitu “cinta dunia dan gentar menghadapi risiko maut” (HR Abi Daud dari Tsauban, dalam KH Firdaus AN : “Detik-Detik Terakhir Keidupan Rasulullah”, 1983:134).
Langkah pertama politik Khalifah Umar adalah bertujuan mengambil kelebihan harta golongan kaya untuk dibagikan kepada golongan miskin, dan langkah kedua menciptakan persamaan dalam pemberian tunjangan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, sebagaimana yang pernah diperlakukan pada masa Abu Bakar (“Keadilan Sosial Dalam Islam”, 1994:324). Namun langkah kedua ini, yaitu untuk membatalkan kebijakan yang memperbedakan besar tunjangan tak sepat terwujud (idem, hal 308).
Kebijakan Umar yang menetapkan besarnya tunjangan yang mengutamakan dan melebihkan bagian berdasarkan kedudukan mereka disisi Rasulullah telah menyebabkan pada akhir pemerintahannya sikap mental “kembang dunia”. Kondisi kekayaan kaum muslimin yang membedakan pemberian tunjangan berdsarkan kedudkan mereka telah memporakporandakan sistim pemerintahan yang Islami (idem, hal 308).
Kaum Muslimin yang telah terjangkit, terkontaminasi sikap mental “kembang dunia” inilah yang mengangkat Uman yang telah tua renta, telah lemah semangat jihadnya untuk menegakkan Islam seagai Khalifah Ketiga mengganti Khalifah Kedua Umar binKhattab (idem, hal 270).
Sikap penguasa itu adalah produk terbalik dengan sikap mental rakyat. bila rakyat bermental bebek, maka penguasa bermental serigala. Bila rakyat bermental domba, maka penguasa bermental singa. Menurut formula ilmu politik, bahwa pemimpin itu menurut keadaan rakyatnya (Dr Imaduddin Abdurrahman, dalam acara “Hikmah Fajar” RCTI, 21 Juni 2001, jam 05.00).
“Demikianlah Kami angkat sebagian orang-orang yang zhalim menjadi pemimpin sebagian lainnya disebabkan perbuatan yang mereka lakukan” (QS 6:129).
“Bagaimana keadaan kamu, maka kamu akan dipimpin oleh penguasa yang serupa” (Hari Musa asShaffar : “Takut Kenapa Takut”, 1992:41, Muhammad Zakaria alKandahlawi : “Koreksi Pola Hidup Umat Islam”, 1986:51).
Dalam masyarakat yang sudah dilanda, dijangkiti mental “kembang dunia” itu pada masa pemerintahan Utsman bin Affan tampillah benih sistim politik ekonomi liberal kapitalis di kalangan Islam, yang melahirkan para konglomerat, tuan tanah, raja uang, kapitalis besar, borjuis mewah, saudagar terak, semacam Zuber bin Awwam yang mempunyai bungalow (villa, gedung-gedung pesanggerahan) yang mewah-megah di Basrah, Kaufah, Iskandariah. Thalhah bin Abdullah Hammy mempunyai beberapa rumah cantik di Kaufah, Madinah dan ktakota lan, serta mempunyai kebun yang mendapat penghasilan seribu dinar setahun. bdurrahman bin Auf yang mempunyai gedung-gedung yang cantik disamping enjadi saudagar ternak yang kaya. Sa’ad bin Abi Waqas membangun rumah mewahnya dengan pintu-pintu yang menjulang tinggi. Zaid bin Tsabit menjadi orang kaya baru yang sangat menyolok mata. Miqdad dengan nterior dan eksterornya berlapiskan permata (“Keadilan Sosial Dalam Islam”, 1994:308, ZA Ahmad : “Dasar-asar Ekonomi Dalam Islam”, 1952:58).
Bahaya KaKaEn, bahaya “kembang dunia” haruslah diingatkan secara berkelanjutan, sebagaimana Abidzar alGhiffari mengingatkan pemerintah Utsman bin Affan, bahwa Allah telah berfirman : “Berilah kabar gembira kepada mereka yang menimbun emas dan perak tanpa mau menafkahkan untuk jihad di jalan Allah dengan besi panas yang akan membakar dahi, perut dan punggung mereka ….”. “Kamu sekalian telah membuat tabir dari sutera, pinggan-pinggan perak, bermalas-malasan diatas permadani tebal, sedangkan Rasulullah saw tidur beralaskan selembar tikar. Kalian makan dengan berbagai macam jenis hidangan, sedangkan Rasulullah saw tidak pernah makan kecuali tepung gandung” (“Keadilan Sosial Dalam Islam”, 1994:306; “Dasar-dasar Ekonomi Dalam Islam”, 1952:61).
Secara berkelanjutan, umat ini perlu diingatkan tentang kondisi kehidupan sosok Muhammad Rasulullah saw. Seandainya Muhammad Rasulullah saw hidup pada jaman modern ini, kira-kira bagaimana corak kehidupannya ? Apa jenis dan bahan makanan/minuman yang akan dimakan/diminumnya ? Apa perabot, peralatan makan/minum yang akan digunakannya ? Bagaimana cara, sikap laku makannya ? Apa jenis, bahan dan corak pakaaaaian yang akan dipakainya ? Bagaimana caranya berpakaian ? Apa jenis dan bahan perabot rumah tangganya ? Bagaimana caranya tidur, bekerja, beristirahat ? Pendeknya bagaimana cara kehidupan Muhammad Rasulullah Saw, seandainya ia pada jaman modern ini ?
Kini terdapat kevakuman, ketiadaan personality, kepribadian yang mengacu kepada keprigadian Muhammad Rasulullah saw dalam segala segi kehidupannya.
(BKS0312200835)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home