ओसामा बेन लादेन दी माता pengamat
Osama ben Laden di mata pengamat
Dalam pandangan, persepsi, ijtihad, pemahaman AlUstadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh, bahwa Osama ben Laden (Usamah bin Ladin) bukanlah ulama, bahkan dedengkot teroris. Kacamata kebenciannya sedemikian rupa, sehingga seluruh isi bukunya “Sebuah Tinjauan Syari’at : Mereka Adalah Teroris”, terbitan Pustaka Qaulan Sadida, Malang, tahun 2005, setebal 720 halaman, hanya memuat caci-maki terhadap Usamah bin Ladin beserta pengikutnya yang setia, seperti Imam Samudra. Tak secuil pun ia melihat kebaikan dari Usamah bin Ladin. Sama sekali dalam bukunya tersebut tak jauh dari “Qulan Sadida”.
Benarlah bahwa “Mata orang yang bersimpati, senantiasa tidak dapat melihat aib dan cacat, namun mata orang yang membenci, selalu menonjolkan segala keburukan” (SA AlHamdany : “Sanggahan Terhadaap Tasawuf & Ahl Sufi”, terbitan AlMa’arif, Bandung, tahun 1982, hal 8).
Abdul Zulfidar Akaha mencoba berupaya mengoreksi, meluruskan Luqman bin Ba’abduh dengan cara-cara yang santun melalui bukunya “Siapa Teroris ? Sapa Khawarij ?”, terbitan Pustaka AlKautsar, jakrta, tahun 2006, tebal XXVIII+384 halaman. Namun “Ijtihad tak dapat membatalkan, menolak, menantang (la yanqudh) ijtihad”. Demikian bunyi kaedah Ushul Fiqih.
Usamah bin Ladin, memang bukan ulama fiqih, bukan ulama hadits, karena ia hanya menyandang gelar sarjana teknik, bukan sarjana syari’ah. Tetapi ia adalah ulama pejuang, mujahid, syuhada. Ia mengerahkan sebagikan besar tenaga, daya, dana yang ia miliki untuk berjuang melawan kezhaliman musuh-musuh Islam seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Israel, Anglo Sakson dan sekutunya.
Usamah bin ladin adalah orang kaya. Kekayaannya miliaran dollar Amerika Serikat. Tapi ia tak memanfa’atkan kekayaannya itu untuk kesenangan duniawi, untuk bermewah-mewah, untuk bermegah-megah. Sebagian kekayaannya itu ia manfa’atkan untuk membiayai perjuangannya untuk kejayaan Islam dan kaum Muslimin (Simak antara lain Sutrisno Eddy : “Pustaka Pintar : 55 Tokoh Besar Dunia”, terbitan Progress, Jakarta, tahun 2002, hal 148-157).
Perjuangan Usmah bin Ladin beserta pengikutnya yang setia, sama sekali tak mendapat dukungan, sokongan dari penguasa, dari aparat pemerintah di mana pun. Bahkan juga tak mendapat dukungan, sokongan dari ulama-ulama pendukung pemerintah, baik di Timur Tengah, mapun di Arab Saudi sendiri. Seolah-olah Usamah bin Ladin berjuang sendirian tanpa dukungan, sokongandari negara mana pun. Berbeda halnya dengan perjuangan Muhammad bin Abdul Wahhab yang dikenali dengan tokoh Wahabi, yang mendapat dukungan, sokongan dari penguasa Ibnu Saud waktu itu.
Menurut Amir Jama’ah Ansharut Tauhid, stadz Abu baker aasyir, dan Ketua FPI, Habib Rizieq Syihab, bahwa meninggalnya Usamah bin Ladin merupakan kehormatan, kemengangan Syaikh Usamah sebagai Syahid (MEDIA UMAT, Edisi 59, 20 Mei – 2 Juni 2011)..
Abu Rodli sengaja menulis “Rahasia Dibalik Pembunuhan Usamah bin Ladin” (terbitan Gozia Press, Jakarta, tahun 2011) sebagai ucapan selamat jalan atas kepergian Usamah bin Ladin.
Simak juga Syaikh Dr Ayman AzhZhawahiri : “Dari Rahim Ikhwanul Muslimin Ke Pangkuan AlQaida”, terbitan Kafayeh, Klaten, tahun 2008, dan Fahmi Suwaidi : “Masterplan 2020 Strategi AlQaidah Menjebak Amerika”, terbitan Jazeera, Sola, tahun 2008.
(BKS`1106020530)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home