Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Wednesday, June 29, 2011

मेंसगाह मुन्चुल्न्य teroris

catatan seraeka asrir pasir

Mencegah munculnya teroris
(Siapa yang teroris ? Siapa yang otaknya dicekoki ?)

Hewan, sekecil apapun, bila kehidupannya terancam, akan melakukan
tindakan perlawanan apa pun yang bisa ia lakukan.

Manusia pun, bila kehidupannya terancam akan melakukan tindakan
perlawanan apa pun yang bisa ia lakukan.

Mereka-mereka yang diklasifikasikan, dikategorikan sebagai teroris,
sebagai pelaku teror bom, karena diteror, diintimidasi, diuber-uber,
dikejar-kejar terus menerus, akan melakukan tindakan perlawanan apa
pun yang bisa ia lakukan. Teror bom, bom bunuh diri hanyalah salah
satu aksi perlawanan yang ia lakukan, karena kehidupannya sudah sangat
kritis, sangat terancam kelangsungannya.

Pertumpahan darah merupakan fenomena (alam dan sosial) yang
diprogramkan Allah sejak awal (simak QS 2:30). “Allah telah
mentakdirkan dan apa yang dikehendakiNya” (HR Muslim dari Abi
Hurairah, dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi). “Allah menghendaki,
tak ada kekuatan selain dengan Allah” (QS 18:39).

Keras lawan keras, teror kontra teror tidak akan menyelesaikan
masalah. Kutuk-mengutuk pun tak akan menyelesaikan masalah, bahkan
akan memperparah keadaan. Kekerasan melahirkan kekerasan (Yudi Latif :
“Terorisme : Anak kandung Kekerasan”, KORAN TEMPO, Sabtu,, 12 Agustus
2003, hal 6).

Apa yang dinamakan terror oleh George Bush, Tony Blair, John Howard
dan pendukungnya adalah aksi kontra terror, aksi menantang, melawan
anti terorisme. Aksi anti terorisme ini dilakukan oleh pendukung
Palestina Merdeka. Sedangkan aksi teror dlakukan oleh pendukung
Zionisme Israel. Slama tindakan brutal dilakukan oleh Zionis Israel
dan pendukngnya terhadap Palestina Merdeka, maka aksi anti terorisme
akan tetap dilakukan ole pendukung Palestina Merdeka.

Aksi anti terror hanya dapat dihentikan, bilamana Amerika Serikat dan
sekutnya berhenti mendukung kebrualan Zionis Israel, tak membiarkan
Zionis Israel berbuat semena-mena terhadap Palestina Merdeka. Aksi
anti terror tak dapat dibasmi dengan dengan menyingkirkan Taliban,
AlQaaeda, Osama bin Laden, Hambali, Imam Samudera, Saddam Husein, dan
lain-lain. Amerika Serikat dan sekutunya memandang bahwa dengan
melenyapkan mereka itu persoalan selesai. Ternyata semakin banyak aksi
anti terror ditumpas, semakin marak aksi anti terror.

Para ahli dan praktisi ilmu sosial seyogianya urun rembuk menemukan
solusi bagaimana caranya agar mereka-mereka yang dituding sebagai
dalang teroris tidak lagi terancam kehidupannya, dan segera
meninggalkan aktivitasnya yang berhubungan dengan bom-membom. Para
ulama, kiyahi, ajengan, ustadz, da’i, muballigh secara berjama’ah
mengkaji Qur:an dan Hadits, menemukan solusi Islam bagaimana caranya
agar mereka-mereka yang dituding sebagai dalang teroris tidak terancam
kehidupannya dan segera meninggalkan aktivitasnya yang berhubungan
dengan bom-membom.

Teroris legendaries dari Venezuela, Illich Ramirez Sanchez yang
popular disebut Carlos adalah orang kaya. Carlos pernah kuliah di
Moskwa. Ia meninggalkan kemewahan, mati-matian berkiprah dalam dunia
terorisme. Begitu juga later belakang anggota kelompok Baader-Meinhof
di Jerman Barat, Brigate Rose di Italia, atau Sekigun di Jepang.

Para analis seperti Anthony Storr menyatakan, pelaku terror umumnya
penderita psikopat agresif, yang kehilangan nurani, kejam dan
sadistis. Kelompok psikopat agressif bisa melakukan terror sekedar
untuk terror, terror qua terror, menciptakan sensasi dengan kekejaman.
Kaum anarkis, nilistis, dan revolusisoner melakukan terror untuk
mengubah tatanan dunia yang penuh ketimpangan dan ketidakadilan.
Penganjur utamanya adalah tokoh Rusia dari abad ke-19, Mikhail
Bakunin. Mereka ingin menghancurkan dunia yang ada dan menggantinya
dengan tatanan baru yang penuh keadilan (KOMPAS, Sabtu, 18 Juni 2009,
hal 3, “Teror Puncak Kekerasan”).

Filosof Barat, Joseph Pierre Proudhon mencetuskan revolusi kiri dengan
kredonya “Destruam et aedificabo. Hancurkan lalu bangun” (SABILI,
No.01, Th.X, 25 Juli 2002, hal 35, “Saatnya Revolusi Islam”).

Menurut Tan Malaka, revolusi itu hanya bisa timbul pada saat krisis,
pada saat adanya pertentangan, pertempuran, pergolakan antara Orde
Yang-Lama yang tak sanggup lagi mengatur, dan Orde Yang-Baru, yang
sudah sanggup berkorban sebesar-besarnya (“Dari Penjara ke Penjara”,
III, 1948:34).

Organisasi teroris ekstrim kiri Italia, Brigade MERAH (Brigate Rossa)
diresmikan berdrinya pada 1970. Pendirinya Renato Curcio dengan
membentuk kelompok diskusi berhaluan kiri.

Kelompok teroris sayap kiri Jerman Barat, Sempalan Tentara MERAH (Rote
Armen Fraktion), Baader-Meinhof berdiri pada 1968. Pemimpinnya Andrea
Baader (1943-1977) dan Ulrike Meinhof (1934-19986).

Orgaisasi Pembebasan Palestna (Munazzarat atTahrir Filistiniyah), PLO
berdiri pada 1964, bertujuan menciptakan negara Palestina yang sekuler
dan demokrasi, dengan usaha menyingkirkan Israel.

Tentara MERAH Jepang (Sekigunbu) dibentuk pada 21 Oktober 1961 oleh
mahasiswa Universitas Kyoto dan Universitas Meiji. Dipimpin oleh
Tokaya Shiomi dan Fusako Shigenobu.

Semula stigma teroris itu disandangkan kepada kelompok MERAH, kelompok
Marxis, kelompok kiri yang meresahkan kapitalis. Kini stigma teroris
disandangkan kepada kelompok Islam yang meresahkan kapitalis.

Mayoritas teroris yang tetangkap polisi berasal dari Jawa, “besar dan
matang” dalam lingkungan Jawa. Mereka akan ngamuk jika terus-menerus
didesak adan diinjak. Ini salah satu karakter dari Werkuduro (Bima),
Pandawa Lima. Mereka sudah tak punya pilihan ngalah dan ngalih.
Satu-satunya pilihan, mereka harus ngamuk, perang habis-habisan
melawan AS, dengan melakukan pengeboman bunuh diri (suicide bombing).
Bagi mereka, penjajah Rusia dan Amerika adalah orang kafir yang harus
diperangi. Penjajah Amerika sangat kuat dan punya outlet-outlet
ekonomi dan budaya. Outlet-outlet ini harus dihancurkan. Bagi mereka,
Islam itu harus tegak dengan label Islam lengkap dengan atributnya (H
Bambang Pranowo : “Orang Jawa Jadi Teroris”, SEPUTAR INDONESIA, Sabtu,
23 Juni 2007, hal 6).

Pelaku terror itu sekuler, sangat kejam dan berani, sekjaligus juga
pengecut. Pelaku terror tak kenal Tuhan, akhirat dan moral. Pelaku
terror takut mati. Pelaku jihad syahid) kenal Allah, akhirat dan
akhlaq Pelaku jihad (syahid) siap mati. Pembunuh ada yang ahli surga
dan ada pula yang ahli neraka. Begitu pula korban pembunuhan ada yang
ahli surga dan ada pula yang ahli neraka.

Ada yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka. “Jika ada dua orang
muslim berhadapan dengan pedang masing-masing, maka yang membunuh dan
yang dibunuh keduanya dalam neraka”. Sesungguhnya yang terbunuh juga
berniat akan membunuh lawannya (HR Bukhari, Muslim, dalam “alLukluk
wal Marjan” Muhammad Fuad Abdul Baqy, hadis no.1238, “Riadhus
Shalihin” Imam Nawawi, Pasal “Niat Iklas”.

Ada yang membunuh dan yang terbunuh masuk surga. “Allah tertawa pada
kedua oang, yang satu membunuh yang lain dan keduanya masuk surga.
Yang pertama berperang fi sabilillah lalu terbunuh, kemudian yang
membunuh diberi tobat oleh Allah, lalu berjihad, sehingga terbunuh
mati syahid” (HR Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah, idem, hadis
no.1834, idem).

Pelaku jihad (be a good Moslem or die as syuhada) dipandang sebagai
orang-orang bodoh yang sudah dicuci otaknya, mengalami brainwashing
sehingga mudah percaya akan imng-iming bidadari di surga (Simak
pandangan sinis dari orientalis Amerika Serikat, Washington Irving,
yang sangat benci terhadap Islam, yang dijadikan acuan, dalam “Sejarah
Hidup Muhammad” Muhammad Husein Haekal, terbitan Tintamas, Jakarta,
1984:693).

Model pencegahan teroris menurut mantan Komandan Densus 88, Suryadarma
Salim adalah dengan memperlakukan mereka sebagai warganegara (Tayangan
TVOne, Rabu, 22 Juli 2009, 0700-0800, 2000-2100). Diperlukan penegakan
keadilan dan HAM. Memberikan mereka pekerjaan, kata AM Hendrprioyono,
mantan intelijen.

Dulu diisukan komunis merupakan bahaya laten. Kini diisukan Islam
Wahabi merupakan biang teroris (Simak pernyataan AM Hendropriyono,
dalam wawancara dengan Karni Ilyas d TVOne, pada Rabu, malam Keis, 29
Juli 2009).

Catatan :
Selama kaum Muslimin belum memiliki kekuasaan politik secara riil,
apa saja yang dilakukan oleh kaum Muslimin, baik secara perorangan
(infardiah) dan secara kolektif (berjama’ah) ? Dan apa juga kaum
Muslimin melakukan upaya-upaya untuk memiliki kekuasaan politik secara
riil ?

Teroris dan Intelijen itu, apakah bagaikan Tom dan Jerry ?

Bagaimana caranya membuat lawan jadi kawan ?

Pada situasi dan kondisi masa kini, sangat diharapkan para tokoh,
para pemikir di semua bidang agar pro aktif mencari jalan supaya
musuh, lawan bisa menjadi kawan, sahabat, ikhwan. Dale Carnegie pernah
menulis buku menjawab pertanyaan “Tuan Ingin Banyak kawan ?”. Dalam
bukunya “Mencapai Kebahagiaan Sejati” pada satu babnya, ia memaparkan
‘Bagaiman caranya untuk mencegah permusuhan ?”.

Siapa pun harus mampu mengendalikan lidah, lisan, ucapan, pembiaraan,
omongan agar jangan sampai mengeluarkan statemen, sinyalemen,
pernyataan yang dapat mengobarkan rasa perlawanan dari musuh, lawan.
Teroris sebagai musuh, lawan hanya bisa dimusnahkan, bilamana mampu
menariknya menjadi kawan, sahabat. Ajakalah semua yang dikategorikan
sebagai teroris itu duduk bersama mendengarkan aspirasi, keinginannya.
Bicaralah secara terbuka, tapa saling curiga mencurigai. Ketulusan,
kejujuran dalam tukar betukar pandangan akan menghasilkan sesuatu yang
positif. Teroris seharusnya ditangkis/dihadapi dengan demokrasi,
dialog, diskusi, bukan dengan caci maki, bukan dengan stigmatisasi,
pengdiskreditan. Kekerasan, radikalisme bukan dilawan dengan
kekerasan, radikalisme. Kesantunan, kelembutan, laiyinah akan
mengirami kekerasan, radikalisme. Bukanlah suatu aib, tercela bagi
negara memberikan pengampunan masal (amnesti umum) pelaku kekerasan,
radikalisme.

Media masa, baik media cetak maupun media elektronik haruslah
proaktif mengambil bagian dalam upaya/gerakan “Menjadikan lawan
menjadi kawan”. Dulu Saddam Husein, Khaddaafi, Osama bin Ladin adalah
kawan, sekutu dari pemerintah Amerika Serikat (AS). Kemudian mereka
berseberangan menjadi lawan dari pemerintah AS. Dan sebelum terjadi
krisis politik di Afrika Utara, AS dan Khadafi pernah rujuk berbaikan
jadi kawan kembali. Dan sebelum itu ada pula yang pernah berharap agar
Bush dan Osama bisa berjabat tangan. Musuh bebuyutan sebenarnya bisa
saja dihapuskan. Antara lain perlu dihilangkan watak provokator, watak
tukang kipas, watak tukang pemanas-manasi. Bahkan Indonesia bisa
berbaikan dengan Jepang, dengan Belanda dengan melupan peristiwa masa
lalu. Sengketa, masalah, perbedaan diselesaikan bersama dengan dialog
terbuka.

Menyimak sosok Muhammad Syarif

Akibat berita media yang sedemikian menyolok (tendensius-provokatif
?), maka kita semua begitu membenci sosok (almarhum ?) Muhammad Syarif
bin Abdul Ghafur si terduga (tersangka ?) pelaku bom bunuh diri di
Masjid AdzDzikra Mapolresta Cirebon saat Jum’at pada 15 April 2011
yang melukai sekitar 30 orang. Kita jadi lupa mengontrol diri,
mengontrol ucapan. Padahal Islam menuntun, membimbing, mengajarkan
agar selalu berlaku adil terhadap siapa pun, bahkan terhadap yang
dibenci sekali pun. Adalah tak etis menuding sosok yang sudah
meninggal sebagai orang sakit jiwa, sebagai orang kafir bayaran. Yang
sudah meninggal tak akan dapat membela diri. Biarlah aparat kepolisian
yang menyidiknya. Dan serahkanlah kepada Allah tentang amal
perbuatannya dan sanksi hukumnya.

Barangkali cukuplah menudingnya sebagai yang temperamental, yang
agresif, paling-paling sebagai anarkis. Dan tak layak melarang
menguburkan mayat siapa pun di daerah tempatnya berdomisili. Siapa pun
adalah makhluk Allah. Bumi di mana pun adalah milik Allah. Setiap yang
meninggal harus dikuburkan di bumi. Allah melarang membuang, membakar
mayat. Jadilah kita mejadi manusia hamba Allah.

Setiap yang mengaku Muslim pastilah juga mengakui bahwa Quran itu
adalah Kitab Sucinya. Namun masing-masingnya berbeda-beda pemahamannya
terhadap yang tercantum dalam Quran tersebut. Bahkan umat Islam itu
diprediksi oleh Rasulullah akan terpecah lebih dari 70 aliran.
Meskipun berguru, belajar dari ustadz, kiyahi, ajengan, ulama yang
sama, maka pemahamannya pun akan berbeda-beda pula. Apalagi kalau
hanya sama-sama mendengarkan ceramah seorang ustadz, muballigh, ulama,
maka pemahamannya pun berbeda-beda pula. Adalah naïf mengait-ngaitkan
tindakan, perbuatan seseorang dengan orangtuanya, saudaranya, gurunya,
idolanya.

Mencari jejak misteri bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon

Termasuk kategori bom canggih atau biasa. Berdaya ledak tinggi atau
rendah. Menggunakan biaya rakit besar atau kecil. Dirakit oleh tenaga
profesional atau amatiran. Dilakukan oleh kelompok atau perorangan.
Sasarannya kelompok atau pribadi. Motivasinya apakah ideolgis atau
balas dendam. Apakah suatu karya atau rekayasa.

Silakan temukan siapa, sasarannya. Apakah ini aktivitas teroris
ataukah anarkis. Apakah punya dalang, aktor intelektual, di dalam atau
di luar negeri. Apakah punya jaringan atau lokal.

Bom buku

Bom buku bisa berarti bom yang dibingkis, dibungkus, dikemas dengan
menggunakan buku, seperti yang dikirimkan, dipaketkan untuk Islam
Liberal, Pendukung Pancasila, Densus 88, Pentolan Yahudi pada Selasa,
3 Maret 2011. Daya ledaknya tergantung dari unsur, bahan bom itu
sendiri. Sampul buku yang dikirim berjudul “Mereka harus dibunuh
karena dosa-dosa mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin”. Apakah isi,
materi buku tersebut mengenai analisa kritis terhadap “Fiqih Jihad”,
lagi didalami oleh pihak berwajib.

Bom buku juga bisa berarti isi (ide, konsep, gagasan) buku yang dapat
menggoncangkan pola pikir pembacanya, sebagaimana halnya bom. Lima
enam puluh tahun yang lalu Robert B Downs mengarang/menulis “Book that
changed the world” (“Buku-Buku Yang Merubah Dunia”, terjemahan Drs
Asroel Sani, terbitan PT Pembangunan, 1959, Pustaka Sardjana, No.27).
Di dalamnya terdapat sekitar sepuluh buah buku yang menggoncang,
meledakkan dunia, lebih dahsyat dari tsunami. Menggoncang pola piker.
Menggoncang dunia budaya. Menggoncang dunia politik. Menggoncang dunia
ekonomi. Dan lain-lain. Daya gancangannya lintas sektoral, lintas
wilayah. Ada karya Yahudi dan ada karya anti Yahudi. Di antaranya “Il
Prince” (Sang Pangeran) Nicco Machiavelli. “Mein Kampf” Adolf Hitler,
“Relativiteit Theory” Albert Einstein, “Origin of Spices” Charles
Darwin, “Das Kapital” Karl Marx, “Das Ich und das Es” Sigmund Freud,
dan lain-lain.

Adakalanya pena penulis lebih dahsyat daya ledaknya dari senapan
militer. Ide, ideologi itu lebih dahsyat daya ledaknya dari bom
konvensional apa pun, lebih dahsyat dari pada yang terjadi di
Hirosyima enam puluh lima tahun yang lalu.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at
BKS1103170800)

Seruan kepada pengemban jihad

Jihad itu merupakan cabang, bagian dari aktivitas dakwah. Jihad itu
memerlukan kesabaran yang tinggi. Tak terburu-buru, tak tergesa-gesa
melihat, menyaksikan hasil dakwah. Dakwah itu berproses, bertahap,
tumbuh berkembang secara evolusi. Hasil dakwah bisa saja terlihat
setelah bertahun-tahun, atau bisa pula setelah berpuluh-puluh,
beratus-ratus tahun kemudian. Yang perlu tetap konsisten melakukan
dakwah. Hasilnya serahkan kepada Allah. Kapan matang dan berhasilnya
pun serahkan kepada Allah. Sabar adalah salah satu senjata orang
mukmin. Sabar dalam berjuang. Sabar dalam berjihad.

Kepada pelaku bom jihad

Para pelaku bom jihad seyogianya senantiasa memohon ampun kepada
Allah. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa” (QS 3:133). Dan mohon ma’af kepada para
keluarga korban yang tak bersalah.

Para pelaku bom jihad seyogianya senantiasa berdoa memohon kepada
Allah agar hasil ijtihadnya dan aktivitas jihadnya berada pada jalan
yang benar, jalan yang diridhai Allah.

Para pelaku bom jihad seyogianya senantiasa tetap bertawakkal kepad
Allah. “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada
bukti-bukti yang nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami dan
dari pada Tuhan yang telah menciptakn kami, maka putuskanlah apa yang
hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan
pada kehidupan di dunia ini saja” (QS 20:72).

Para pelaku bom jihad seyoginya menyadari bahwa raga boleh saja mati,
nyawa boleh saja hilang, namun semangat, ruh jihad memperjuangkan
berlakunya hukum Allah di bumi sebagai hukum positif tetap saja
langgeng abadi sepanjang masa. “Barangsiapa yang mengharap pertemuan
dengan Allah, maka sesunguhnya waktu yang dijanjikan Allah itu, pasti
datang” (QS 29:5).

(BKS 081050630)

Himbauan kepada calon pelaku teror bom bunuh diri

Bunuh diri itu, haram. Bahkan seseorang yang berperang dengan
semangat keras, namun ia bunuh diri karena tak tahan menderita luka,
maka ia termasuk ahli neraka (Simak “AlLukluk wal Marjan” Muhammad
Fuad Abdul Baqi, Bab “Haram Bunuh Diri”, hadis no.69-73, 1695, 1699).

Status haram sesuatu, memang bisa saja berubah jadi halal, mengacu
kepada kaidah usul fiqih. Tetapi tergantung pada zaman (tempo), makan
(loco) dan sikon. Yang berwewenang menentukan peralihan status hukum
tersebut adalah ulama yang berwawasan luas. Tetapi antara ulama yang
satu denagan ulama yang lain bisa saja berbeda pendapat (ikhtilaf),
karena berbeda kwalitas keilmuannya dan sudut pandangnya. Kearifan
diperlkan untk memilih salah satu dari pendapat-pendapat tersebut.

Namun untuk kontek Indonesia masa kini, status hukum bunuh diri fi
sabilillah masih tetap haram, belum bisa berubah jadi halal. Yang
diperlukan masa kini di Indonesia adalah meingkatkan aktivitas dan
kwalitas dakwa di semua sektor dan di semua lini.

Imam Ibnu Nuhas, salah seorang ulama yang syahid pada 814H membahas
tentag in-ghmas” (jibaku, mengorbankan, menceburkan diri ke medan
perang fisik) dalam satu bab dalam bukunya “Masyari’ul Asywaq” yang
memuat lebih dari 15 hadis/atsar tentang operasi jibaku. Inti dari
seluruh hadis/atsar tersebut mengisahkan tentang peristiwa nyata
tentang jibaku.

Berjibaku, menceburkan diri ke medan perang fi sabilillah menurut Abu
Ayub alAnshari bukanlah tindakan menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan.
Menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan adalah mengumpulkan kekayaan dan
kemewahan dunia sehingga takut menghadapi perjuangan; cinta dynia dan
takut mati (Simak tafsiran ayat QS 2:195, dalam “Tafsir AlAzhar” Prof
Dr Hamka, juzuk II, 1983:142, “Berjuang Pada Jalan Allah”).

Jumhur Fuqaha memandang bahwa keselamatan nyawa didahulukan atas
keselamatan agama, bila keselamatan nyawa terancam. Keselamatan nyawa
digunakan untuk menjaga keselamatan agama (Simak “Sirah Nabawiyah” Dr
Muhammad Said Ramadhan alButhy, Buku Kesatu, 1992:100, “Ibrah Dakwah
Secara Rahasia”).

Terhadap aksi jibaku (Bara bin Malik), para sahabat bersikap diam
(sukut). Abu Hurairah ra menanggapi aksi jibaku seseorang sahabat
dengan membacakan ayat QS 2:207 “Dan diantara manusia ada yang
mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah”. In-ghimas
(jibaku) dipahami Abu Hurairah ra sebagai “mengorbankan diri untuk
mencari keridhaan Allah”.

Di kalangan pelaku bom syahid dikenal terminology istimata (mencari
mati) dan istisyhad (mencari syahid). Namun di antara ulama terdapt
perbedaan pendapat (ikhtilaf). Ada yang berpendapat bahwa istimata
atau istisyhad itu dapt dikategorikan sebaggai in-ghimas (aksi
jibaku). Ada pula yang berpendapat bahwa istimata atau istisyhad itu
tak dapat dikategorikan sebagai in-ghimas (aksi jibaku) (Silakan
temukan “in-ghimas” menggunakan mesin Google).

Segeralah Anda hentikan/batalkan rencana, aktivitas, kegiatan untuk
melakukan teror bom bunuh diri. Tak usah mencari-cari alasan, dalil,
hujjah untuk pembenaran aksi teror bom bunuh diri. Pentolan pelaku
teror 37 tahun yang lalu (1972) seperti Baader-Meinhof dengan Fraksi
Tentera Merah (RAF)nya hanya melakukan penangkapan, penembakan,
pembunuhan, pembajakan terhadap lawannya (dari kalangan polisi,
tentara, pengusaha, pejabat, politisi, dan lan-lain) (Simak PANJI
MASYARAKAT, No.235, 15 Nopember 1977, hal 29, “Teror di Jerman Barat).
Tak ada yang mengorbankan nyawanya sendiri.

Teror berfungsi hanya sekedar untuk menakut-nakui lawan, agar lawan
mau, bersedia memenuhi tuntutannya yang diajukan kepadanya. Setelah
tuntutan terpenuhi tak perlu lagi meneruskan aksi terror. Baik yang
meuntut, mapun yang dituntut sebenarnya sama-sama menginginkan hidup
dalam kedamaian, ketenteraman. Tak ada mansia yang benar-benar
berwatak jahat, yang menginginkan hidup selalu dalam kekacuan,
kerusuhan.

(BKS0908251215)

Do’a bagi subjek-objek bom

Subjek, pelaku bom harus diperingatkan bahwa haram menumpahkan darah
orang Muslim. Subjek, pelaku bom seyogianya dido’akan. Jika ia berniat
dengan perbuatannya itu agar masuk surga, semoga Allah menyapaikan
niatnya itu. Sebaliknya, jika ia bukan berniat untuk mask surga,
semoga Allah mengampuni kesalahannya.

Objek, korban bom serta keluarganya seyogianya juga dido’akan. Jika
ia dan keluarganya ridha menerima takdir Allah, semoga Allah
memasukkan mereka ke dalam surga. Sebaliknya, jika mereka tak ridha
menerima takdir Allah, semoga Allah mengampuni kesalahan mereka.

Hentikan saling kutuk-mengutuk. Islam tak membenarkan saling
kutuk-mengutuk itu.

Hentikan sikap snis terhadap pencari syahid, pencari surga. Jangan
jadi pengikut orientalis Wahington Irving yang sangat benci terhadap
Islam itu. Ia menyifati Islam sebagai “ajaran yang mendorong
orang-orang bodoh ke medan perang secara buas. Mereka diimingi-imingi,
kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surga”
(Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:693).

Diharapkan ada yang bersedia terjun menjadi mediator, yang
menjembatani antara negara, pemerintah dan pelaku terror, musuh
negara. Jika negara, pemerintah bersedia menerapkan syari’at Islam,
maka pelaku terror harus bersedia pula menghentikan aksi terornya dan
menyerahkan diri untuk mejalani hukuman menurut hukum Islam. Atau jika
pelaku teror bersedia menghentikan aksi terornya dan menyerahkan diri,
maka negara, pemerintah berjanji akan menghukumnya seringan-ringannya.

(BKS0908150600)

Wajib militer semur hidup

Terdapat sebuah HR Muslim dari Abi Hurairah yang terjemahannya
“Barangsiapa mati sebelum berperang, dan tidak pernah berniat untuk
berperang, maka ia mati dalam bagian kemunafikan” (“Riadhus Shalihin”
Imam Nawawi, Bab “Jihad”, hadis no.57). Juga HR Muslim dari Abu Bakar
bin Abu Musa alAsy’ari yang terjemahannya “Sesungghnya pintu-ntu surga
itu di bawah naunga pedang” (idem, hadis no.18).

Apakah makna dan maksud dari hadis tersebut. Apakah Rasulullah
mengiyaratkan bahwa Islam akan senatiasa menghadapi serangan musuh
Islam, karenanya setiap umat Islam harus senantiasa siap siaga untuk
berperang, mempertahankan Islam dari musuh-musuh Islam.

Apakah isyarat tersebut juga menghendaki adanya mobilisasi umum,
untuk mengikututi wajib militer seumur hidup.

(BKS0908131730)

Noda persatuan

Tak ada yang suka dikatakan salah. Namun harus dikatakan bahwa yang
salah itu salah.

Seorang Master dari Lembaga Dakwah AsySyams Bekasi, H Nur Zamzam MA,
jadi khatib Idul Fitri 1430H di pelataran parker Grand Mall Hypermart
Bekasi. Sang Master mengusung tema “Persatuan Umat”. Dalam khutbahnya,
Sang Master mengajak jama’ah untuk menciptakan, merajut, memelihara,
mejaga persatuan umat, serta menghindari, mencegah timbulnya
perpecahan umat. Sungguh, khutbah yang bertemakan persatuan umat itu
sangat berbobot.

Namun sayangnya, tanpa disadari, Sang Master menodai ajakan persatuan
umat yang diusungnya. Karena noda setitik, maka bisa-bisa hilang makna
persatuan. Tanpa disadari bisa-bisa diperalat musuh.Ia terjebak,
tererangkap menyampaikan pesan sponsor anti Islam. Sang Master
mengajak jama’ah agar berbaikan dengan kafir Amerika. Kafir Amerika
itu orang baik-baik, bukan musuh Islam. Dan mencaci maki mereka-mereka
yang dituding teroris. Mereka dicap zhalim, tak berperikemanusiaan.
Orang zhalim itu tempatnya di neraka bukan di surga.

Berbeda dengan Sang Master, Abubakar Baasyir dari kalangan Ansharut
Tauhid memandang kafir Amerika, juga kafir lain adalah kafir. Kafir
itu musuh Islam. Musuh itu harus diperlakukan sebagai musuh. Ayat QS
2:130 tentang permusuhan kafir terhadap Islam tak pernah mansukh
(dihapus, dibatalkan).

Mengenai cara memperlakukan musuh sebagai musuh, Abubakar Baasyir
berbeda dengan mereka-mereka yang dicap teroris. Dalam pandangan
Abubakar Baasyir, mereka itu adalah objek dakwahyang harus didakwahi.
Meskipun berbeda dengan mereka-mereka yang dicap teroris, namun
Abubakar Baasyir tak pernah mencaci-maki mereka-mereka yang dicap
teroris itu, tak pernah mencap mereka zhalim, tak berperikemanusiaan,
ahli neraka.

Ini masalah ijtihad. Mesipun mereka salah, tapi mereka bisa saja
mendapat pahala (nilai baik) di sisi Allah. Wallahu a’lam. Serahkan
kepada Allah. Tak usah kita ikut-ikut menghakimi.

Ismanto, ayah Urwah (Bagus Budi Pranoto) yang tinggal di Kudus, yang
anaknya tewas dalam penggerebekan di Mojosongo, Surakarta (Kamis, 17
Sepember 2009) berujar “Saya berharap anak saya mati syahid” (KORAN
TEMPO, Jum’at, 18 September 2009, hal A4, “Tewasnya Anak Didik
Azhari”). Kebencian melahirkan ketidakadilan. Jenazah mereka yang
dituding teroris tak diizinkan dimakaman di kampung halamannya.
Sungguh ketidakadilan meresap ke dalam diri bangsa ini.

(written by sicumpaz@gmail.com at BKS0909201700)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home