Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Friday, August 26, 2011

BagaimanaCaraMemahaminya

catatan serbaneka asrir pasir

Bagaimana memahaminya ?

Untunglah, kata sejumlah orang mulia yang cerdik cendekia : Allah sendiri itu Maha humor. Sudah enak-enak hidup sendiri kok bikin macam-macam makluk yang lucu-lucu begini. Apa Dia kesepian. Adam sudah nyaman-nyaman di surge, dibiarkan tercampak ke bumi. Kok lucu. Buah Quldi saja kok ndak boleh dimakan. Mbok ya biar. Apa sih ruginya Tuhan kehilangan sebiji Qldi ? Mbok biarkan Adam kawan sama hawa di surge, pengantinan dan pesta sampai anak turunannya sekarang ini. Kenapa makhluk-makhluk itu harus menunggu terlalu lama untuk memperoleh kesempatan bercengkerama mesara denganNya. Lucu. Pakai bikin Iblis-Setan segala (Emha Ainun Nadjib : “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, Mizan, bandung, 1997, hal 162, dari SUARA MERDEKA, 25 September 1992).

Penting pulakah Anda menanyakan kenapa Tuhan, melalui nabi Ibrahim, menentukan Ka’bah didirikan di tempat itu ? Adakah karena kebetulan sja kampong Ibrahim memang di situ ? Kenapa pula Tuhan menentukan Ibrahim lahir di negeri dan tanah itu, dan tidak di Timor Timur misalnya ? Bahkan kenaapa pula seluruh Nabi hanya muncul di Timur Tengah ? Kenapa tak dibagi : Cina punya satu Nabi, India punya satu Nabi, Jawa punya satu Nabi, dan seterusnya ? Ini pertanyaan bukan untuk “menggugat” Tuhan, melainkan justruuntuk membuka pintu rahasia ilmu dan kehendak-Nya (idem, hal 118, dari SUARA MERDEKA, 18 Juli 1992).

Barangkali saja kehidupan memang memiliki watak dan gayanya sendiri : manusia hidup dalam berbagai perbedaan, pertentangan, bahkan ketimpangan. Seolah-olah Tuhan sengaja menakdirkan seseorang menjadi kaya, sementara yang lain melarat, semelarat-melaratnya. seseorang bisa memiliki sekaligus ratusan perusahaan, yang diperoleh secara wajar, professional, maupun melakukan bocoran-boran brokratisme dan nepotisme, sehingga setiap saat bisa disewanya seribu pesawat untuk dimilikinya sendirian. Sementara seorang yang lain membeli ratusan map dan kertas surat lamaran kerja yang bertahun-tahun tak diterima oleh kantor perusahaan mana pun. Atau membanting tulang daging sehari penuh untuk beberapa ratus rupiah (idem, hal 58, dari SUARA MERDEKA, 30 Oktober 1991). (Sekedar ilustrasi, simak juga kasus Muhamamd Nazaruddin, Gayus Tambunan, pencuri tiga buah coklat, dan lain-lain).

Amir Hamzah menggambarkan betapa tak berdayanya, tak mampunya manusia dalam menghadapi kehendak/kekuasaan Tuhan. manusia dilukiskan seakan-akan hanalah merupakan permainan belaka, seumpama golek (boneka) dalam permainan wayang untuk menghibur (menyenangkan) sang dalang (Drs Samaun : “Napas Ketuhanan Dalam Puisi Indonsia Modern”, dalam GELANGGANG Sastera, Seni dan Pemikiran, Nop.2, Tahun I, 1967, hal 11).

Salah satu dari ucapan Jaham ibnu Shafwan – pemimpin jabariyah – adalah sebagai berikut : Manusia tidak mempunyai kodrat untuk berbuat sesuatu, dan ia tidak mempunyai “kesanggupan”. Dia hanya terpaksa dalam semua perbuatannya. Dia tidak mempunyai kodrat dan ikhtiar, melainkan Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan pada dirinya. dia adalah laksana sehelai bulu yang terkatung-katung di udara, bergerak ke sana-sini menurut hembusan angin (Prof Dr A Syalabi : “Sejarah dan Kebudayaan Isla”, Pustaka al-Husna, Jakarta, 1983, jilid II, hal 379).

Allah kasih manusia rejeki menurut kemashlahatan mereka. Ia mengkayakan orang yang memang laya memiliki kekayaan. Dan memiskinkan orang yang memang berhak jadi orang miskin. Allah lebih tahu apa yang bermashalahat bagi manusia, dan yang tidak bermashlahat bagi mereka (PANJI MASYARAKAT, Jakarta, No.537, hal 7, dari Al-LIWA al_ISLAM).

(written by sicumpaz@gmail.com at BKS9801290700)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home