Pembicaraan tentang nafsu dari sudut Tasauf
catatan seraneka asrir pasir
Pembicaraan tentan nafsu dari
sudut Tasauf
Nafsu, jiwa, ruh disepadankan. Daru
sudut nafsu, manusia itu terbagi tiga. Ada manusia yang bernafsu kasar, punya
nafsu “Ammaratun bis suu”, takluk pada
ajakan berperilaku burk. gemar pada kemaksiatan dan kemunkaran. Nafsu ammaratun
bissuu ini menggiring manusia untuk melakukan tindak kejahatan. Sikap mental,
perlakunya cenderung dengki, iri, takabur, riya, sum’ah, hasad. Prinsip
hidupnya untuk mencapai tujuannya segala cara adalah halal. Serba boleh.
Ada manusia bernafsu kasar sekaligus
juga halus, punya anafsu “Lawwamah”. Memiliki keinsyafan, kesandaran, rasa
penyesalan tentang kececatan, kekeliruan, kesalahan diri. Nafsu Lawwamah suka
sadar, insaf akan ketelanjurannya berbuat tindak kejahatan.
Ada manusia bernafsu halus, bernafsu
“Muthaminnah”. Nafsu muthmainnah adalah
nafsu mrdeka, merdeka dari belenggu apa pun. Nafsu muthmaiian inilah yang akan
menuntun ke jalan kebenaran, ke jalan Allah.
(Ashadi
Ismail : “Pendjelasan ringkas dari hal nafsoe”, ALMANAR, Ilmoe
Tashawwoef”, hal 129-136-201-208; Imam
Ghazali [450-505H] : “Rahasia Hati” [Ihya Ulumuddin, Rubu’ Al-Muhlikaat’, Kitab
‘Ajaibul Qulub, Tentang Nafsu]).
(written
by sicumpaz@gmail.com at BKS1109141300)
Labels: catatan serbaneka
0 Comments:
Post a Comment
<< Home