Belajar memahami taqwa
Belajar memahami taqwa
Apakah taqwa itu ? Seluruh Rasul menyeru manusia agar bertaqwa. Nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth, Syu’aib, Ilyas, semuanya menyeru manusia agar bertaqwa. Dalam surah Syu’ara (ayat 105-191), mereka itu menyeru manusia itu agar bertaqwa dan ta’at kepada Allah, takut akan ditimpa siksa Allah, dan bahwa mereka sama sekali tidaklah minta imbalan apa-apa.
Dalam surah A’raf (ayat 59-102), Hud (ayat 25-95), Rasul-rasul itu menyeru manusia agar hanya menyembah Allah saja, “Tak ada Tuhan selain Allah”, memohon ampun dan bertobat kepada Allah, tidak merusak norma-norma, tata sosial ekonomi, menyempurnakan takaran dan timbangan, tidak merusak meteran dan literan, tidak menjarah hak orang-orang, tidak merugikan orang-orang, tidak berbuat fahsya dan munkar, tidak membuat kejahatan dan kerusakan, menantang tirani (jabbaarin ‘aniid), tidak membiarkan kesewenang-wenangan, takut akan siksa Allah, dan bahwa mereka tidaklah minta imbalan apa-apa.
Inti seruan bertaqwa itu adalah menyeru manusia agar hanya menyembah kepada Allah saja, ‘Tak ada Tuhan selain Allah”, tidak melakukan perbuatan fahsya dan munkar, takut akan siksa Allah (QS 2:21, 4:1, 4;131, 22:1, 31:33).
Dalam surah An’am (ayat 151-153), Isra (ayat 21-39), Luqman (ayat 12-19), Furqan (ayat 63-77), seruan bertaqwa itu meliputi seruan agar tidak mempersekutukan Allah, melaksanakan perintah Allah, berbuat buat baik kepada ibu bapa, memberikan hak kerabat dan yang melarat, menggunakan harta secara pantas, tidak boros dan tidak kikir, tidak mendekati perbuatan fahsya, tidak membunuh orang-orang, tidak menjarah hak orang-orang, menyempurnakan meteran dan literan, tidak sombong angkuh congkak, menyuruh berbuat makruf, mencegah berbuat munkar, berlaku adil, tidak sewenang-wenang, tidak bersaksi palsu
Ibnu Hajar Asqalani merinci semuanya itu ke dalam enam puluh delapan cabang iman. Imam Bukhari meriwayatkan hadis bahwa iman itu enam puluh sembilan cabang (rangka). Secara ringkas, seruan bertaqwa itu mencakup seruan kepada iman, islam, ihsan. Iman dengan enam rukunnya. Islam dengan lima rukunnya. Ihsan adalah beribadat, seolah melihat Allah. Segala amal perbuatan akan bernilai ibadat, bilamana dilakukan dalam kondisi batin yang merasa diawasi Allah.
Dalam surah Nahli (ayat 90-91) ringkasan bertaqwa itu mencakup seruan agar berlaku adil, beramal shalih, berbuat ihsan, memberi hak kerabat, tidak berbuat fahsya, munkar dan bughat, serta melaksanakan perintah Allah.
Taqwa itu harus ditingkatkan. Seruan meningkatkan taqwa itu adalah seruan meningkatkan komitmen (kemauan dan kemampuan) untuk melaksanakan yang diperintahkan Allah dan meninggalkan yang dilarang Allah.
Seruan bertaqwa “ittaqillah” adalah seruan mencegah, memberantas fahsya, munkar dan bughat, seruan berbuat amal shalih, adil, ihsan. Seruan bertaqwa “ittaqillah” berangkat dari pribadi yang mampu menyatakan bahwa “Aku tidaklah minta imbalan apa-apa dari kalian. Imbalanku hanya ada pada sisi Allah”. Dengan sikap pribadi yang demikianlah risalah dan dakwah bisa berhasil dengan izin Allah. Tanpa sikap pribadi yang demikian mustahillah risalah dan dakwah akan berhasil
Pengertian takwa. Perktaan takwa berasal dari “wiqayah” yang berarti menjaga memelihara. Takwa menurut istilah ialah melaksanakan perintah-perintah Allah an menjauhi lrangan-laranganNya baik secara semunyi maupun terang-terangan.
Unsur-unsur takwa. Menjauhkan diri dari perbuatan yang dimurkai Allah. Menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri. Menjauhi perbuatan yang merugikan orang lain (Rumusan unsure-unsur takwa ini berdasarkan batasa Afif Abdul Fatah Tabbarah).
Fungsi takwa bagi kehidupan manusia. Sebagai pakaian batin manusia (QS 7:26). Sebagai bekal hidup (QS 2:197). Menghindarkan orang dari jalan buntu dalam menghidupan kesulitan (QS Thalaq 2-4). Memberi manusia kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk (QS 8:2). Mengangkat derajat manusia (QS 49:13).
Penghayatan takwa. Manusia harus bersifat takwa.(“Materi Dakwah Terurai Dalam Pembangunan”, Bagian Akhlaq (Mental Spiritual), KODI DKI, Jakartaa, 1986/1987, hal 17-19).
Sikap orang brtakwa. Orang bertakwa berupaya menjauhi perbuatan dosa, berupaya untuk tidak berbuat dosa, tak betah bergelimang dosa. Namun setiap ia terlanjur terjerumus berbuat dosa, ia segera menyadari, menyesali kesalahan, kekeliruannya. Berjanji untuk tak berbuat dosa lagi, tak akan mengulanginya lagi. Bertaubat memohon ampunan Allah atas dosa-dosa yang ia lakukan baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, baik yang sengaja, maupun yang tak sengaja. Orang bertakwa sangat peka, sensitif, alergi terhadap dosa. Nurani sangat berperan menentukan mana perbuatan dosa (itsmun) dan mana perbuatan bajik/bakti (birrun). Perbuatan dosa menimbulkan keresahan, kegelisahan nurani. Perbuatan dosa itu ditolak oleh nurani, takut ketahuan orang. Agar seseorang yang yang terlanjur berbuat dosa berhenti dari perbuatannya itu, maka Rasulullah menegurnya dengan ucapan “ittaqillah”, yang berarti “hentikan perbuatan dosa itu” (Simak pasal tentang “wara’ dan “husnul Khuluq” dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi). Selama nurani masih berperan, maka seseorangmasih akan terpelihara dari perbuatan dosa (fahsya, munkar, bagha, thagha, maksiat).
Takwa
Ayat-ayat yang menyuruh bertaqwa. Menyeru pada ketakwaan
Hasil/imbalan/dampak/efek/buah dari taqwa. Pahala takwa. Keutamaan takwa
Sifat-sifat orang yang bertakwa. Tanda ketakwaan hati
Jalan takwa
Pengertian taqwa
Rumusan taqwa. Imtitsalul awamir wajtinabun nawahi. Melaksanakan, mengerjakan, mengamalkan yang diperintah, yang disuruh, yang diajarkan Rasulullah saw. Meninggalkan, menghinari, menjauhi yang dilarang, yang tak diajarkan Rasulullah saw.
Hal-hal yang diperintah
Hal-hal yang dilarang.
Takwa
Keutamaan takwa: 2:103, 2:189, 2:197, 2:203, 2:224, 3:15, 3:76, 3:120, 3:123, 3:133, 3:172, 3:179, 3:186, 3:198, 3:200, 4:77, 4:128, 4:129, 5:35, 5:65, 5:93, 5:100, 6:155, 7:26, 7:35, 7:96, 7:156, 7:169, 7:201, 8:29, 9:4, 9:7, 9:36, 9:108, 12:57, 12:90, 12:109, 16:31, 16:128, 19:63, 24:52, 27:53, 36:45, 39:61, 39:73, 43:67, 49:13, 65:2, 65:3, 65:4, 65:5, 92:5
Sifat-sifat orang yang bertakwa: 2:3, 2:4, 3:115, 7:201, 8:34, 22:32, 23:57, 23:61, 49:3, 53:32
Menyeru pada ketakwaan: 2:41, 2:48, 2:194, 2:196, 2:197, 2:203, 2:223, 2:231, 2:233, 2:241, 2:278, 2:281, 2:282, 2:283, 3:50, 3:102, 3:123, 3:125, 3:130, 3:200, 4:1, 4:9, 4:128, 4:129, 4:131, 5:2, 5:4, 5:7, 5:8, 5:11, 5:35, 5:57, 5:88, 5:93, 5:96, 5:100, 5:108, 5:112, 6:51, 6:69, 6:72, 6:153, 6:155, 7:128, 8:1, 8:69, 9:119, 22:1, 30:31, 33:55, 33:70, 36:45, 37:124, 39:10, 39:16, 49:1, 49:12, 57:28, 58:9, 59:7, 59:18, 60:11, 64:16, 65:1, 65:10, 71:3
Jalan takwa: 2:21, 2:63, 2:177, 2:179, 2:183, 2:187, 7:171
Pahala takwa: 2:212, 3:15, 3:120, 3:133, 3:172, 3:179, 3:198, 4:77, 5:65, 5:100, 6:32, 8:29, 9:4, 9:7, 9:36, 9:109, 9:123, 10:62, 10:63, 12:57, 12:109, 15:45, 16:30, 19:63, 19:85, 24:52, 25:15, 27:53, 39:20, 39:73, 64:16, 65:2, 68:34, 77:41, 78:31
Mengagungkan syi'ar Allah tanda ketakwaan hati: 5:2, 22:30, 22:32, 22:36, 22:37
(Sumber : “AlQur:an Digital”, index, dari Drs KHA Rauf HM, Soetrisno Ruslan : “Materi Kajian Islam dari Al-Qur^an”, Daarut Taubah, Bekasi, 2004:95),
0 Comments:
Post a Comment
<< Home