|
|
Dec 5, '10 10:48 AM
untuk
|
Memenuhi Kebutuhan
(Pola hidup tamak)
Manusia
itu berbuat karena ada tenaga pendorong, faktor psikologik yang mendorong
dan menggerakkan untuk melakukan sesuatu, yang disebut dengan motif. Motif
itu mengandung keinginan,hasrat, kemauan untuk memenuhi kebutuhan.
Motif
(sebab) atau driver (dorongan, push) untk memenuhi kebutuhan itu disebut
instink (nafsu). Instink (nafsu) itu merupakan motif (sebab) atau driver
(dorongan) timblnya perbuatan, sikap, ucapan ntuk memenuhi kebutuhan
(need). Instink merupakan tenaga pendorong untuk memenuhi kebutuhan.
Di
dunia ini manusia butuh akan hasanah, yang good, yang baik, yang baik bagi
fisik (jasmani, stature, sehat), bagi psikis (rohani, wisdom, cerdas).
Sehat secara holistic : fisik, mental, social, spiritual. Cerdas secara
holistic : spiritual, intelegensi, emosional, visi, organisasi,
kepemimpinan, social.
Mengacu
pada skema Prof Mac Dougall dan Leslie D Waterhead (“Psychologie en Leven”,
page 7273), serta pandangan imam Ghazali (“Ihya ‘Ulumuddin”) Dr R Paryana
Suryadipura (“Manusia dan Atomnja”, 158:197-198) menyebutkan empat nafsu
pokok : Egocentros (hayawaniyah, serakah, memetingkan diri), Polemos
(shabu’iyah, marah, bertarung, berjuang), Eros (erotis, sjaithaniyah, berahi,
beraurat, berkelamin), Religios rububiyah, beragama). (Simak juga Imam
Ghazali : “Rahasia Hati”, 1985:31,16; Abul A’la AlMaududi : “Sejarah
Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, 1984:22-36).).
Mengacu
pada temperamen manusia kajian Galenus, terdapat empat kebutuhan pokok :
Flegmatis (makan, kesenangan, kemewahan, teman, kecintaan, pertolongan),
Chloris (kekuasaan), Melancholis (ketenangan), Sanguinis (kesucian batin)
(Simak Sei H Datuk Tombak Alam : “Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah”,
1986:76; Hari Moekti : “Generasi Cerdas dan Bertaqwa”, 2004:30-31).
Skema
hubungan antara nafsu, fisik dan psikis bias dilukiskan seperti berikut :
- Nafsu : a. Egocentros
(hayawaniyaqh), b. Polemos (shabu’iyah), c. Eros (syaithaniyah), d.
Religios (rububiyah).
- Kondisi fisik (metafisik) :
a. Endomorphie, b. Mesomorphie, c. Ectomorphie, d. Metamorphie.
- Kondisi psikis : a.
Vuscerotania (Flegmatis), b. Somatonia (Chloris), c. Cerebrotania
(Melancolis), d. Spiritonia (Sanguinis).
- Tingkah/laku : a. Konatif,
b. Motorik, c. Afektif, d. Kognitif.
- Sikap mental : a.
pengemis/pengamen, b. koboi/preman, c. badut, d. relawan.
- Kebutuhan/kepuasan : a.
lambung/usus, b. otot, c. kelamin, d. otak/hati.
(Mengacu pada Dr WElliam Sheldon
dalam Dr R Paryana Suryadipura : “Manusia dan Atomnya”, 1958:203).
Nafsu
(instinkt, syahwat, keinginan) itu berbagai macam ragam. Ada nafsu untk
memenhi kebutuhan agar memilki harta benda, agar dapat memperoleh makan
enak lagi banyak, agar dapat menyelamatkan diri, agar dapat mempertahankan
hidup, agar dapat bergaul, berteman, bersahabat, agar dapat berketurunan,
agar dapat berbakti, berbuat baik, mengadakan kebaikan, berprestasi, agar
dapat melanjutkan jenis,. (Simak juga Prof Dr Omar Mohammad ar-Toumy
al-Syaibany : “Falasafah Pendidikan”,
1983:142). Kebutuhan itu berbagai macam ragam. Ada
kebutuhan material (fisiologik), kebutuhan akan rasa aman (keamanan dan
ketenteraman), kebutuhan sosial (ketergantungan dan cinta kasih), kebutuhan
ego (harga diri), kebutuhan realisasi diri (aktualisasi diri). Ada hasrat
prestasi (need for achievement), hasrat afiliasi (need for affiliaton),
hasrat kuasa (need for power). Kebutuhan akan keselamatan diri, nyawa;
kebutuhan akan sanak famili, keluarga, karib kerabat, teman sejawat,
kenalan, tetangga, kawan; kebutuhan akan kedudukan, pangkat, harga diri,
status sosial-ekonomi; kebutuhan akan tempat tinggal, kampung halaman,
tanah air (Simak juga QS 3:14). Semuanya itu dipersembahkan kepada Allah
(Simak QS 9:111, 6:162, 9:24).
Hawa
pantang kerendahan, butuh aan yang bukan materi, kedudukan, pangkat,
jabatan, kehormatan, ketenaran, kekuasaan. Nafsu pantang kekurangan,
kebutuhan akan materi, harta, kekayaan, kemewahan. Hawa dan nafsu itu berwatak
rakus, tak pernaha cukup, tak pernah puas.
Dalam
ekonomi Islam ada terminology rizqi, kasab, ma’isyah. Nafkah, infaq.Rizq
berarti pemenuhan kebutuhan. Kasab berarti upaya, usaha memenuhi kebutuhan.
Infaq, nafkah berrti mendayagunakan kebuthaqn. Ma’isyah berarti hasil pem3enuhan
kebutuhan.
Parade pemenuhan kebutuhan
Manusia
berbuat karena ada faktor psikologik yang mendorong dan menggerakkan untuk
melakukan sesuatu, yang disebut dengan motif. Motif itu mengandung
keinginan, hasrat, kemauan untuk memenhi kebutuhan. Ada kebutuhan
fisiologik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan ketergantungan dan cinta kasih
(kebutuhan sosial), kebutuhan harga diri (ego), kebutuhan aktualisasi diri
(realisasi diri) (AH Maslow: “The Thepry pf Humanic Motivation”
PSYCHOLOGICAL REVIEW, vol 50 (Mei, 1939), hal 370-396,; HC Whitheringon :
“Psychology Pendidikan”, 1978:112); SUARA PEBARUAN, Jum’at, 10 September
1997, hal 22, “Pemberdayaan Remaja Dalam Menanggulangi Pengangguran”, oleh
Sudibyo Setyobroto).
Dalam
konsep teologis, motivasi (niat) itu ntuk memperoleh kasih sayang dari
Allah serta perlindungan, pemeliharaan keamanan dari Allah, untuk
memperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Menurut
pengamatan Emha Ainun Nadjib, masyarakat senantiasa membutuhkan “angop”
(menguap). Yang merasa terlalu banyak korupsi membutuhkan angop dengan cara
naik haji atau mesponsori pengajian. Yang gemar, doyan, menyukai
wisata/budaya seks membutuhkan angop dengan memimpikan wisata/budaya
spiritual (Simak “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, 1997:31-33).
Kebutuhan
angop itu menurut Emha Ainun Nadjib perlu dimodifikasi agar tidak
terjerumus ke budaya dangkal-seks-judi-klenik.
Bangsa
ini buan hanya miskin materi, tapi juga miskin mental, spiritual, nurani.
Kemiskinan mental-spiritual ketiadaan harga dri mendorong kerakusan,
kehausan akan pengakuan, sanjungan, aktualisasi diri.
Simaklah
acara pembagian daging hewan qurban di berbagai tempat yang menelan korban,
ada yang terjepit, terinjak-injak ketika berdesakan berebutan.
Simak
pula maraknya panitia qurban yang mengesankan saling berebut, saling
berlomba melakukan aktualisasi diri.
Panitia
qurban cukup menyembelih hewan qurban dan memotongnya beberapa potong.
Potong-potongan qurban tersebut langsng diantarkan oleh yang berqurban
kepada tetangga/warga sekitar.
Simak
pula betapa asyik-meriahnya acara dzikir-do’a berjama’ah sehabis salam
penutup shalat Jum’at.
Simak
pula maraknya acara malam takbiran menjelang shalat ‘id yang mengesankan
saling berebut, berlomba melakukan aktualisasi diri. Bahkan sampai
melakukan takbiran keliling menggunakan obor dan motor yang kadangkala
menimbulkan tawuran dan gangguan keamanan. Disertai pula dengan menenggak
minuman keras.
Acara
malam tabiran itu apa disunnahkan oleh Rasulullah ? Jika seandainya ada
sunnah Rasulullah tentang malam takbiran, apa saja yang boleh dilakukan,
dan apa pula yang tak boleh dilakukan. Bahkan membaca AlQur:an dengan suara
jahar/keras adakalanya disuruh dan adakalanya dilarang, tergantung pada
situasi, kondisi, waktu, tempat.
Simak
pula maraknya lembaga/badan bimbingan haji/umrah yang mengesankan saling
berebut, saling berlomba melakukan aktualisasi diri serta mendapatkan
keuntungan berupa fasilitas/dana.
Lembaga/badan
bimbingan haji/umrah cukup membimbing manasik di tempat tanpa harus ikut
terlibat langsung mengurus segala sesuatu pergi dan pulangnya.
Simak
pula acara penggalangan dana peduli korban bencana gempa tsunami. Saling
berlomba, berperan menghimpun dana dengan membawa atribut, bendera
masing-masing.
Simak
pula pembentukan berbagai tim untuk menjaga, memelihara memenuhi kebutuhan
citra diri Presiden agar tak ternoda, tercemar noda intervensi Trias
Politica.
Maslow
menyebutkan bahwa puncak kebutuhan manusia adalah kebutahan realisasi diri
yang bersifat non-materi. Kebutuhan akan pahala berdasarkan konsep teologis,
juga berupa bentuk realisasi diri.
David
McCelland memperkenalkan suatu istilah ‘need for achievement” suatu
dorongan untuk berhasil, berprestasi, semangat menghasilkan prestasi kerja
yang gemilang (Simak Edy Taslim : “Mencintai Pekerjaan”, dalam majalah
psikologi ANDA, No.89/1984:13)
Laksanakan
saja apa yang diperintahkan Allah. Tak peru sibuk memahami hikmahnya.
Laksanakan saja sesuai dengan yang diperintahkan.
McClelland's Theory of Needs
In his acquired-needs theory,
David McClelland proposed that an individual's specific needs are acquired
over time and are shaped by one's life experiences. Most of these needs can
be classed as either achievement, affiliation,
or power. A person's motivation and effectiveness in certain
job functions are influenced by these three needs. McClelland's theory
sometimes is referred to as the three need theory or as
the learned needs theory.
Achievement
People with a high need for
achievement (nAch) seek to excel and thus tend to avoid both low-risk and
high-risk situations. Achievers avoid low-risk situations because the
easily attained success is not a genuine achievement. In high-risk
projects, achievers see the outcome as one of chance rather than one's own
effort. High nAch individuals prefer work that has a moderate probability
of success, ideally a 50% chance. Achievers need regular feedback in order
to monitor the progress of their acheivements. They prefer either to work
alone or with other high achievers.
Affiliation
Those with a high need for
affiliation (nAff) need harmonious relationships with other people and need
to feel accepted by other people. They tend to conform to the norms of
their work group. High nAff individuals prefer work that provides
significant personal interaction. They perform well in customer service and
client interaction situations.
Power
A person's need for power (nPow)
can be one of two types - personal and institutional. Those who need
personal power want to direct others, and this need often is perceived as
undesirable. Persons who need institutional power (also known as social
power) want to organize the efforts of others to further the goals of the
organization. Managers with a high need for institutional power tend to be
more effective than those with a high need for personal power.
Thematic Apperception Test
McClelland used the Thematic
Apperception Test (TAT) as a tool to measure the individual needs of
different people. The TAT is a test of imagination that presents the
subject with a series of ambiguous pictures, and the subject is asked to
develop a spontaneous story for each picture. The assumption is that the
subject will project his or her own needs into the story.
Psychologists have developed
fairly reliable scoring techniques for the Thematic Apperception Test. The
test determines the individual's score for each of the needs of
achievement, affiliation, and power. This score can be used to suggest the
types of jobs for which the person might be well suited.
Implications for Management
People with different needs are
motivated differently.
- High need for achievement - High achievers
should be given challenging projects with reachable goals. They should
be provided frequent feedback. While money is not an important
motivator, it is an effective form of feedback.
- High need for affiliation - Employees with a
high affiliation need perform best in a cooperative environment.
- High need for power - Management should
provide power seekers the opportunity to manage others.
Note that McClelland's theory
allows for the shaping of a person's needs; training programs can be used
to modify one's need profile.
|
0 Comments:
Post a Comment
<< Home