Sabili bicara kesesatan Ahmadiyah
Sabili bicara kesesatan Ahmadiyah
Ahmadiyah Qadiyan mengakui bahwa setelah Nabi Muhammad masih ada Nabi, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Dan setelah Mirza Ghulam Ahmad ada khalifah seagai pengganti Mirza. Sedang Ahmadiyah Lahore tidak mengakui bahwa sesudah nabi masih ada nabi. Mirza hanya disebut sebagai Mujaddid (pembaharu) abad ke-19. Sesudah kematian Mirza tidak ada khalifah. (SABILI, No.3, Th.VIII, 26 Juli 2000, hal 34).
Untuk meyakinkan pengikutnya, Mirza bersumpah “Saya bersumpah. Demi Allah yang menguasai ruhku, Allah-lah yang mengutusku. Dia-lah yang mengutusku seagai Nabi”. Bahkan Mirza mengatakan, sebagai nabi dirinya lebih mulia dari para Nabi Ulul Azmi, termsuk Nabi Muhammad saw sendiri (“Haqiqatul Wahyi” : 257). Orang yang tidak beriman kepadanya dianggap kafir, karena ingkar kepada Allah dan RasulNya (idem : 163) (idem, hal 29).
Salah satu “prestasi Mirza Ghulam Ahmad adalah pengabdian total kepada Inggeris. Itu diakuinya sejara jujur. ‘Sebagian dari umurku kukerahkan untuk mendukung pemerintahan Inggeris dan memenangkannya. Dan aku telah tulis untuk melarang jihad melawan Inggris”. (Sebagai balas jasa apakah Ahmadiyah didanai oleh Inggeris ?).
Dalam kesempatan lain ia mengatakan “Dari masa mudaku – dan kini umurku yang ke-60 aku berjuang dengan lidah dan penaku untuk menarik hati-hati kaum muslimin supaya patuh (ikhlas0 pada pemerintah Inggris dan ramah dengannya. Aku mnentang ide jihad yang dianut sebagaian muslimin yang jahil dan menghalangi untuk patuh pada Inggeris” (“Pelengkap Sadatul Qur:an”).
Seperti dijelaskan oleh ulama besar India, Abul Hasan Ali AnNadwi dan Abul A’a alMaududi “Mulailah Mirza berakting dari mengku sebagai pembaharu meningkat sebagai Mahdi. Dari pengakuan sebagai Mahdi lantas sebagai AlMasih, dan dari ALMasih lantas mengaku Nabi.
Yang tak kalah menyedihkan, pada saat India berjuang melawan Inggeris, justru Ahmadiyah hanya sibuk dengan perdebatan-perdebatan soal wafatnya AlMasih, hidupnya, dan turunya, serta kenabian Ghulam Ahmad (idem, hal 32-33).
Mengacu pada kode etik pers, agar pembaca memperoleh informasi yang berimbang untuk menemukan kebenaran, SABILI membuka ruang (rubrik Komentar) menampung pendapat yang pro maupun yang anti Ahmadiyah. Bagaimana pun, yang pro Ahmadiyah akan bersikukuh mencari-cari alasan pembenaran kenabian Mirza Ghulan Ahmad (SABILI, No.5, Th.VIII, 23 Agustus 2000, hal 9), meskipun oleh yang anti Ahmadiyah telah berupaya menjelaskan kesesatan Mirza Ghulam Ahmad (SABILI, No.6, Th.VIII, 6 September 2007, hal 9; No.4, Th.VIII, 9 Agustus 2000, hal 6). (Simak juga “Membongkar Kesesatan dan Kedustaan Ahmadiyah”, oleh LPPI.
Dari sisi agama, Ahmadiyah adalah musuh Islam, karena telah mengacak-acak ajaran Islam. Sedangkan dari sisi politik, Ahmadiyah berangkat dari pendukung, pembela kolonialis Inggeris di India (Simak antara lain Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXII, 2006:48-49; juzuk IX, 1984:194; juzuk III, 1984:183).
(rewritten by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103031500)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home