Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Thursday, March 03, 2011

Hamka bicara ambisi pelenyapan Islam

Hamka bicara tentang “Ambisi melenyapkan Islam sepanjang sejarah”

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang hingga kamu mengikuti agama mereka (QS 2:120).

Perhatikanlah dan simaklah sejarah. Sejak mulai timbulnya Isla, sejak mulai diutusnya Nabi Muhammad saw, sampai kini abad ke-15 inilah agama yang selalu hendak dihembuskan dan dipadamkan cahanya dengan mulut mereka. Sejak dari zaman adanya kaum Yaudi di Madinah yang mulanya membuat surat perjanjian damai dengan Nabi, tetapi setelah nyata perkembangan Islam tidak dapat dihalangi lagi, kaum Yahudi itu telah berusaha hendak memadamkannya dengan mulutnya. Sejak dari usaha Bani Nadzir hendak membunuh Nabi, tetapi akhirnya mereka yang diusir dari Madinah. Sejak dari berkhianatnya Bani Quraizhah, sampai mereka masuki dengan secara rahasia persekutuan dengan kaum musyrikin Quraisy untuk menghancurkan Islam di kandangnya sendiri, yaitu di Madinah yang berakhir mereka sendri yang dimusnahkan dengan hukum bunuh, sampai ke pada penaklukan atas Khaibar; semuanya itu adalah usaha hendak memadamkan, membungkam cahaya Allah denan mulutnya, namun yang musnah adalah mereka, bukan Islam (Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXVIII, hal 182, re : QS 28:8-9).

Pada tahun 488 Hijriyah, atau 1095 Masehi, keluarlah “fatwa” Paus Urbanus II ke seluruh Dunia Keristen di Eropa bahwasanya memerangi dan menghancurkan Kam Muslim, dan merebut Palestina dari tangan mereka adalah kewajiban yang suci dan luhur, dia adalah ibadat paling mulia.

“Deus Vult”, Demikianlah kehendak Allah. Dijadikan kalimat itu kata bersayap menggembleng semangat bangsa Eropa terutama raja-raja agar mengumpulkan seenap tenaga guna memerangi Islam.

Paus Urbanus II pun bersedia memberikan ampunan dosa, betapa pun besarnya bagi barangsiapa yang menyadiakan dirinya untuk berjuang ke medan perperaganitu atau melaksanakan kehendak Allah itu. Maka pada tahun 490 Hijriyah, 1097 Masehi, menyrbulah tentara Salib Pertama, ke negeri-negeri Islam, terutama menuju Tanah Suci Palestina. Dinamai Tentara Salib, sebab pada dada mereka dipampangkan lambang Salib. Tahun 1098 telah dapat mereka rebut inthakiyah (Antiokia), 1099M (492H) mereka telah dapat menyrbu dan merebut Kota Palestina sendiri, yang bagi mereka dianggap tanah suci, sebab di tanah suci itulah Nabi Isa dilahirkan, dan oleh orang Yahudi dianggap tanah suci pula, karena ke sanalah Bani Israel hendak di bawa oleh Nabi Musa stelah keluar (exodus) dari Mesir dan bagi orang Islam Tanah Suci pula, sebab dari sanalah Nabi Muhammad saw mi’raj kelangit menjemput syari’at sembahyang (shalat) dan di sanalah Masjid ketiga, sesudah AlMassjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, yang kaum Muslimin dianjurkn berziarah.

Bukan main hebatnya Perang Salib yang menurut fatwa Urbanus II itu, yang disebut atas kehendak Allah, “Deus Vult” bagamana cara mereka mensucikan dan membrsihkan peperangan “Kehendak Allah” itu. Di waktu itulah 70.000 Kaum Musliminyang tidak dapat melawan lagi disapu brsih, diunuh, dicnang, sehingga kuda-kuda mereka berjalan di atas genangan darah dalam AlMasjidil Aqsha.

Pendeta Robert, yang selain pendeta juga seorang sarjana sejarah menulis dalam catatannya tentang masuknya Kaum Sali ke paalestina itu demikina : “Kaum kita telah menerkan ke sana ke mari laksana induk macan yang dirampas orang anaknya. Mereka menyerbu ke jalan raya, ke tanah-tanah lapang, ke sutuh-sutuh rumah, mencari orang buat melepaskan kehausan mereka membunuh. Anak kecil, orang muda, orang tua, mereka potong-potong badannya dan mereka kerat. Kadang-kadang hanya dengan seutas tali mereka gantung untuk beberapa orang karena menghemat dan mau cepat. Heran sekali kita melihat orang-orang yang bersenjata itu menyerah saja tidak melawan.

Kaum kita itu mencari di mana saja ada kekayaan tersuruk (tersembunyi). Kadang-kadang perut orang yang telah jadi bangkai dibusaikan (diburaikan), mencari, kalau-kalau ada mas tersimpan di dalam; alangkah rakus merekaa akan mas. Darah mengalir seperti banjir di tengah-tengah jalan raya yang penuh dengan bangkai bergelimpangan. Semuanya, tidak seorangpun yang ada harapan akan lepas dari dibunuh. Tetapi begitu banyaknya orang, tidak seorangpun Arab Muslim yang mau murtad/berkhianat dari Islam, menyatakan diri masuk Kristen, agar terlepas dari pembunuhan. Kemudian itu Bohemond memerintah spaya orang-orang yang telah ditawan di dalam benteng agar segera dikeluarkan. Semuanya dipotong lehernya, sejak dari yang tua-tua, tetapi yang gadis-gadis dan anak-anak dihalau dan di bawa ke Antokia buat dijadikan budak.

Gustave le Bonn menceritakan dalam kitabnya “Kebudayaan Arab”, bahwa akhirnya diambil kepututsan menghabiskan sama sekali sejumlah 60.000 orang Islam, yang baru diselesaikan dalam msa sat mingg; tidak kecuali laki-laki, perempuan, orang dewasa dan anak-anak. (Prof Dr Hamka : “Dipupuk oleh hantaman musuh-musuhnya”, PANJI MASYARAKAT, No.194, hal 5, “Dari Hati ke Hati”; simak juga Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, Tintamas, Jakarta, 1984:259 ).

Dalam disertasi Dr Zaki Mubarak tersebut bahwasanya di kala Kaum Tentara Salib, ketika terjadi Perang Salib yang sangat hebat, mereka telah menyerbu dan merebut Palestina. Setelah lama mereka mengepung kota itu, karena penduduknya tidak mau juga menyerah, mereka janjikanlah “asal menyerah akan diberikan keamanan”. Setelah penduduk menyerah, tentara Salib masuk ke dalam kota itu, tetapi sesampai di dalam kota, mereka telah menyerbu, menyembelih dan membnuh tidak kurang dari 70.000 umat Islam (PANJI MASYARAKAT, No.239, hal 42, “Kalahkan ajaran Nabi Muhammad saw oleh ajaran Imam Ghazaly ?”).

Tidak henti-henti, sampai ke pada masuknyaa bangsa Tartar dan Monggol ke negeri-negeri Islam dan menghancurkan negeri-negeri Islam, bahakn menghancurkan Baghdad dan mereka pun menghabisi Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir (1258M-656H) (“Tafsur AlAzhar”, juzuk XXVIII, hal 182).

Menyerbunya bangsa Monggol dan Tartar merebak-merayau, menjarah dan memusnahkan negeri-negeri Islam dalam abad ke-13M atau abad ke-7H adalah pula satu pemusnahan yang sangat dahsyat, yang menyebabkan bulu roma berdiri.

Satu bangsa biadab pergi menaklukkan dunia, terutama Dunia Islam. Mana-mana negeri yang dimasuki dihancurkan, kotanya diruntuhkan, penduduknya dimusnahkan, kepala orang-orang yang telah dibunuh lalu dipotong dijadikan gunungan.

Kota Baghdad sebaga pusat Kedudukan dinasti kahlifah-Khalifah Bani Abbasiyah dihancurleburkan dan lebih dari satu setengah juta penduduk dibunuh, bahkan Khalifah sendiri pun dibunuh, kitab-kitab ilmu pengetahuan dilemparkan ke dalam sungai Dajlah (Tigris) sehingga hitam airnya karena aliran tinta (656H-1258M).

Kota Baghdad djadikan tumpukan puing, sehingga berpuluh tahun lamanya orang hanya melihat bekas runtuhan yang mengerikan dan seram.

Banyak orang menyangka bahwa dengan habisnya Khalifah di Baghdad itu riwayat Islam telah tammat. Dia tidak akan bangkit lagi. Bahkan Dunia Kristen di masa itu sengaja mendekati Raja-raja Monggol keturunan Jengiz Khan dan Hulako khan itu agar mereka sudi memelk agama risten, supaya dipadukan kekuatan untuk menghancurkan Islam.

Untuk menguatkan kedudukannya menghadapi kekuatan Islam yang pasti bangun kembali Hulako Khan penakluk Baghdad membuat perjanjian damai dan perkongsian dengan orang Kristen. Putera Hulako yang bernama Abaqa kawin dengan puteri kaisar Byzantium di konstantiopel. Meskipun Abaqa tidak masuk Kristen, namun istananya penuh dengan pendeta-pendeta Kristen. Adik dari Abaqa yang bernama Takudar di masa kecil sudah dibabtiskan masuk Kristen, dengan memakai nama Nicolas. Tetapi setelah dia duduk memerintah (1278-1282) dia terus masuk Islam dan memakai nama Ahmad Tikudar. Sejak itu bangsa Monggol yang tadinya musuh besar penghancur Baghdad dan Kebudaya Islam berbalik jadi pembela Islam.

Tetapi dngan jatuhnya Baghdad, bukanla berarti bahwa Islam telah habis. Nafasnya masih ada. Mungkin dia terbentur terhenyak sejenak, namun di akan bangkit kembali.

Siapa yang menyangka bahwa di Mesir akan tmbul kekuatan baru, Raja Mameluk yang bernama Qathaz yang membendung kekuatan Monggol itu sehingga mereka dapat dikalahkan di Hiththin, sehingga dengan sebab kemenangan Qathaz dan dilanjutkan oleh Baibars, kembali kepercayan kaum Muslimin kepada dirinya.

Dan siapa pula yang menyangka bahwa anak-anak keturunan raja-raja Monggol yangmlanya hendak menghancurkan Islam itutelah ditelan oleh slam sendiri, sehingga mereka dapat mendirikan Kerajaan Monggol Islam di Anak Benua India.

Di sana timbul Sultan Babar, Hamayun, Akbar, Syahjihan, Aurangzeb dan lain-lain.

Sesudah lebih dari 700 tahun menduduki Semenanjung Iberia dan tanah subur yang dikenal dengan sebutan “Andalus”, karena tenggelam dalam kemewahan, karena perpecahan sesama sendri, tidaklah Kaum Muslim dapat bertahan lagi di negeri itu. Bangunkembali bangsa Spanyol karena persatuan Kerajaan Aragon dengan Castilia karena perkawinan Raja Ferdinand dari negeri yang pertama (Aragon) dengan Ratu Isabella dari negeri yang kedua (Castilia), dapatlah diusir Kerajaan Islam yang terakhir dari negeri itu, yaitu Kerajaan Banil Ahmar di Granada pada tahun 1492. (Pertanyaan : Selama 700 tahun itu, kenapa tak tumbuh berkembang bibit, benih Islam, apa karena tak disemaikan, tak didakwahkan Islam dengan bijak ?).

Pada tahun 1492 habislah kekuasaan Islam dari Spanyol dengan diusirnya Raja Abu Abdillah dari Bani Ahmar dari Granada oleh Raja Spanyol suami isteri Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castillia.

Mula-mulanya dijanjikan bahwa sisa bangsa Arab ang masih tinggal di negeri itu diberi kebebasan memeluk agamanya. Tetapi tjuh tahun di belakang (1499M) perjanjian itu tidak dipegang lagi oleh Raja Ferdinand. Sejak itulah orang-orang Islam itu dipaksa masuk Kristen. Gereja mendirikan Mahkamah Penyelidik kalau-kalau masih ada orang-orang Islam itu yang masih saja memeluk agamanya yang lama. Kalau bukti itu masih didapati, mereka dibakar, Beribu-ribu banyaknya orang yang telah dibakar. Oleh karena melaukan pembakaran atas beribu orang, bahkan berjuta orang tidak dapat dilakukan sekaligus, dilakukanlah dengan berangsur-angsur

Kardinal Toledo (Thulaithulah) yang menjadi Ketua dari Mahkamah Penyelidik memerintahkan menangkap sekalian orang Islam yang tidak juga masuk Kristen, lalu semuanya dipotong kepala : laki-laki, perempuan, orangtua dan kanak-kanak.

Bahkan Pendeta Dominican yang bernama Pelda memandang bahwa cara yang demikian tidak cukup. Lalu beliau perintahkan pula membunuh sekalian orang Islam itu walaupun telah menyatakan diri masuk Kristen. Dengan alas an bahwa yang masuk Kristen itu sendiri masih dicurigai, apakah mereka betul-betul masuk, atau Cuma pura-pura. Oleh sebab itu, menurut pendapatnya adalah lebih afdal mereka itu dikirim lebih dahulu ke akhirat, supaya Tuhan segera memasukkan ke dalam neraka yang keKristenannya tidak jujur.

Pendapat Bapa Pendeta ini disokong keras oleh Gereja. Cuma pemerintah Spanyol, atau Kerajaan Spanyol di waktu itu merasa amat sukar menjalankan perintah dari gereja ini. Sebab terlalu banyak orang yang akan dibunuh. Oleh sebab itu maka pada tahun 1601, sesudah lebih dari 100 tahun sesuda penghapusan kuasa Islam dengan resmi, pemerintah memutuskan mengusir seluruh orang Moor (Arab) dari Spanyol.

Sisa-sisa kaum Muslimin yang masih tinggal sampai 100 tahun di belaang masih dipaksa masuk Kristen. Sejak itu padamlah cahaya Islam dari Semenangjung Iberia itu.

` Di tengah jalan banyaklah orang-orangterusir yang malang celaka itu yang dibunuh, sampa tiga perempat banyaknya. Yang diusir di waktu itu adalah 140.000 orang. Dua pertiga habis dibunuh, dirampok dan ditenggelamkan ke laut selama dalam perjalanan. Cuma seperempat yang sampai menjejak bumi Afrika.

Menurut keterangan Gustave le Bon dalam bukunya “Kebudayan Arab”, dalam tahun itu Spanyol kehilangan tidak kurang daripada satu juta rakyatnya orang Arab. Sedillot menaksir bahwa sejak berkuasanya Ferdinand pada tahun1492 sampai pengusiran tahun 1601 ini tidak kurang dari tiga juta bangsa Arab yang dimusnahkan di Spanyol. Sedillot mengatakan bahwa penyembelihan kaum Hugenot oleh kaum Katholik pada malam Santo Bartholomeus (Malam Pernikahan Darah, 24 Agustus 1572) dibandingkan dengan pemunahan orang Islam di Spanyol itu hanya sekelumit kecil saja.

Namun ahli-ahli sejarah yang insyaf mengakui bagaimana besarnya kerugian bangsa Aspanyol karena perbuatan pemusnahan itu, yang mereka bunuh, mereka usir, mereka hancurkan ialah Kebudayan dan Ilmu Pengetahuan sendiri; sampai 400 tahun di belakang masih dirasakan bagaimana mundur dan muramnya Spanyol, bahkan sampai zaman kini mash terhitung negeri yang mundur di antara negara-negara di Eropah. (idem, PANJI MASYARAKAT, No.194, hal 6-7; Simak juga Khursid Ahmad : “Islam lawan Fanatisme dan Intoleransi”, Tintamas, Djakarta, 1968:2, catatan kaki 1; Qur:an dalam Surat AlBuruj 88:4-8 memberitakan bahwa jauh sebelum itu manusia-manusia laknat dari Najran di Yaman telah melakukan pembakaran orang-orang mukmin semata-mata karena mereka itu beriman).

Sejak padamnya cahaya Islam dari Semenanjung Iberia, bangsa portugis pun bersiap-siap menjajah ke negeri-negeri Timur sehingga dapat menyerbu dan menaklukkan Kerajaan Islam melayu Malaka pada tahun 1511, yaitu 22 tahun sesudah jatuhnya Granada. Setelah Malaka dapt ditaklukkan, Alfonsi de Albuquerque Panglima Penakluk malaka memancangkan salib besi di tepi pantai malaka, sebagai lambang bahwa pancang salib telah ditaamkan di pusat Kerajaan Melayu dan Islam tidak akan bangkit lagi. Sampai dia mengatakan bahwa dengan jatuhnya Malaka, jalan ke Makkah sudah dia tutup untuk selama-lamanya.

Sekarang timbullah pertanyaa : “Apakah benar Islam dapat dihancurkan dengan jatuhnya kota Baghdad dan benarkah bangsa Monggol yang memusuhi Islam dapat dirangkul Eropa untuk meneruskan penghancuran Islam.

Benarkah salib besi yang dipancangkan Alfonso de Albuquerque jadi alamat bahwa Kristen telah terpancang buat selama-lamanya di negeri ini dan jalan ke Makkah telah dtutup ? (idem, “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXVII, hal 1830.

Timbul pertanyaan : “Berhasilkah maksud mereka menghapus Islam dari muka bumi dengan perpuatan mereka itu ?

Sekarang setelah lima abad berlalu, meskipun orang Islamnya telah dimusnahkan, tidaklah ada yang dapat dibanggaka oleh Spanyol kepada dunia, kecuali pusaka peninggalan dari bangsa yang mereka musnahkan itu. Tidak putus-putusnya kaum turis dari seluruh dunia datang ke Spanyol, ke Tanah Andalusia, untuk melihat keajaiban peradaban Islam : “Masjid Agung di Cordova dan Jembatan yang melintasi Wadil Alkabir, Istana ‘Ubbad (Alqahr) yang disebut dalam bahasa mereka dengan “Alkasr” di Sevilla, Mahligai indah Alhambra di Granada, susunan kedai-kedai dan pasar di Malaga yang menyerupai pasar di Damaskus dan di kairo lama. (Sayang Arab uslim tak melahirkan, tak meninggalkan generasi Eropa Muslim untuk melanjutkan/menerusan misi Islam di Eropa).

Kian lama kian terasalah oleh orang Spanyol bekas kemuliaan dan ketinggian budaya yang ditnggalkan oleh Islam di negeri itu, sehingga akhirnya mereka tidak segan-segan lagi mempelajari kembali Kebudayaan Islam, khusus yang dipusakakannya di Spanyol. Di tiap Universitas ada bahagian untuk Studi Islam. Di Ecorial di Madrid dikumpulkan kitab-kitab pusaka Islam tulisan tangan yang masih tersisa sedikit, dan dari pembakaran. Karena di zaman pemusnahan besar-besaran itu, pengaruh dari kesempitan faham pendeta-pendeta beribu-ribu jilid kitab-kitab ilmiyah yang bermutu tinggi, pusaka perpustakaan Islam yang disimpan oleh pribadi-pribadi Muslim telah dikumpulkan ke tanah lapang di muka gereja-gereja, lalu dibakar habis. Mereka merasa bangga karena tela “berpahala” menghancurkan sumber ilmiah buah renungan Kaum Muslimin dari berbagai cabang ilmu. Kemudian setela dilihat di negara-negara tetangga orang mendirikan “library” yang besar-besar, sebaga Leipzig, di Sarbon, di Paris, di Cambridge dan lain-lan, semuanya diperkaya dengan ‘Perpustakaan Islam”, barulah orang Spanyol menyesali kefanatikan mereka dan barulah dusahakan kembali mencari dan mengumpulkan kitab-kitab Pusaka Islam yang masih tersisa, dikumpulka di Ecorial, yang kemudian jadi pokok utama dalam membangunkan Orientalisme dalam kalangan Sarjana-sarjana Spanyol. (idem, PANJI MASYARAKAT, No.194, hal 8).


Apakah Islam hancur karena penghancuran di Spanyol. Untuk mejawab ini lebih baik disimak saja perkataan Sir Thomas SArnold Sarjana Orientalis Inggeris dalam bukunya “Preaching of Islam”, yang telah disalin ke dalam bahasa Arab dengan judul “AdDa’watu ilal Islam” (Dakwa kepadaIslam, yang telah disalin ke dalam bahasa Arab dengan judul “AdDa’watu ilal Islam” (Dakwa kepadaIslam, yang telah disalin ke dalam bahasa Arab dengan judul “AdDa’watu ilal Islam” (Dakwa kepadaIslam, yang telah disalin ke dalam bahasa Arab dengan judul “AdDa’watu ilal Islam” (Dakwa kepadaIslam). Pada Kata Pendahuluannya tertera demikian :

“Meskipun imperium yang besar telah kucar kacir sendi-sendinya sesudah itu, dan telah runtuh kekuatan Islam dari segi politik, namun serbuannya dari segi rohani masih tetap berlangsung dan tidak pernah terputus. Dan setelah serbuan bangsa Monggol menghancurkan Baghdad pada tahun 1258 sampai kebesaran Daulat Abbasiyah tenggelam ke dalam genangan darah, dan Ferdinand Rajo Leon dan Castilia telah mengusir Kaum Muslimin dari Cordova (1236M), dan Granada, benteng terakhir Islam di Spanyol telah membayar upeti kepada raja Kristen, namun di waktu itu pula tiang-tiang Agama Islam telah kokoh berdiri di jazirah Sumatera, dan sedang bersiap-siap akan mencapai kemajuan yang gilag gemilang di pulau-pulau Melayu yang lain. Dan di saat-saat Islam sedag merana karena kelemahan di segi politik, klihat dia mencapai kemenangan yang tiada taranya dalam menaklukkan dari segi rohani”. Demikian Sir Thomas Arnold.

Yang paling hebat pula ialah Perang Salib (Crusade) yang berlalu seak 1097 sampai 1270M (173 tahun) dengan 8 kali angkatan perang di bawah pmpinan raja-raja Eropah yang besar-besar. (“Tafsirt AlAzhar”, juzuk XXVIII, hal 184).

Sampai delapan kali Angkatan Perang Salib itu datang memerangi Islam, tetapi niat menghancurkan Islam itulah pula yang membangkitkan kesadaran mat Islam, sehingga sesudah berpecah belah, mereka bisa amenyusun kekuatan dan menebus kekalahan. Timbullah pahlawan-pahlawan Islam yang menebus kembali kekalahan dan mencapai kemenangan. Perang Saliblah yang menimbulkan pahlawan-pahlawan sebagai Sulthan Nuruddin Zanki dan Salahuddin AlAyubi. Seketika Raja Inggeris Richard yang diberi gelar “Hati Singa” terpaksa mengakui kekalahannya dalam perdamaian dengan Salahuddin, sehingga Palestna terpaksa mereka serahkan kembali ke tangan kaum Muslimin (th 1192) setelah mereka kuasai 92 tahun lamanya, terjadilah sat sejarah Islam yang gemilang, yaitu tidak ada pembalasan sakit hati, tidak ada pembalasan dendam atau penyembelihan 70.000 Muslim, tidak ada permusuhan. Kaum Salib yang masih ingin tingggal di Paalestina diberi perlindungan dan mana yang ingin meninggalkan negeri itu, dipersilakan berangkat.

Ahli sejarah mengakui bahwa maksud hendak menghancurkan Islam di pangkalannya itu tidaklah berhasil. Malahan bangsa-bangsa Barat dengan raja-rajanya itulah yang pulang dengan tangan hampa, bahkan ad yang tertawan, dan Palestina kembali ke angan Kaaum Muslimin (idem, PANJI MASYARAKAT, No.194, hal 6).

Memang dengan menanamkan penjajahan selama 400 tahun, sambil menyebarkan agama Kristen, baik penjajahan Portugis dan Spanyol, atau penjajahan Perancis, Inggeris dan Belanda dan memang tertekan kaum Muslimin dalam dunia politik 400 tahun lamanya. Tetapi roda berputar terus. Negeri-negeri Islam mencapai kemerdekaannya satu demi satu.

Perkongsian internasional Yahudi dengan Kristen (konspirasi Zionis Israel dan Anglo Sakson plus. Menurut Henry Rowlandson, angsa-bangsa di sekitar Tigris (Dajlah) dan Furat (Eufrat), yaitu anak-cucu Israil mengembara ke Eropah. Mengenai ini, simak “Tafsir AlAhar”, juzuk VII, hala 302; Muhammad Zulkarnain/Eddy Crayn Hendrik : “Si anak Yacub yang suka membuat tanda”, MAKALH KULIAH KRISTOLOGI, XVII/98) berusaha menghancurkan Turki yang sampai kepada permulaan abad ke-20 masih menjadi tonggak teguh Islam. Kekuatan penjajah berhasil menjatuhkaan Sulthan Abdul Hamid dari singgasana Turki Osmani, karena dia tidak mau menyerahkan Palestina kepada Yahudi. Akhirnya Khalifah penghabisan, yaitu Abdul Majid II bisa dimakzulkan dan Khalifah dihapuskan sama sekali, dengan memakai tangan putera Turki sendiri Kemal Attaturk. Kerajaan-kerajaan Barat Kristen membuat propaganda besar bahwa dia adalah Islam Modern, bahwa Attaturk patut ditiru kalau orang Isla di tempat lain ingin maju.

Tetapi Attaturk hanya popular di kala hidupnya dan berkuasa dari tahun 122 sampai meninggalnya 1938, artinya hanya 16 tahun. Namun di samping dia telah timbul Pahlawan Islam yang lain-lain yang jauh lebih besar dalam hati kaum Muslimin sedunia dari KEMAL Attaturk. Dalam politik telah timbul orang-orang sebagai Raja Abdul Aziz Ibnu Saud dan puteranya Faisal bin Abdul Aziz, dan Ali Jinnah pendiri Pakistan. Dalam alam fikiran timbul Syaikh Hassan AlBanna di Mesir, Abul A’laAlMaududi di Pakistan dan dalam dunia Filsafat dan Perbaharuan fikiran timbul Maulana Muhammad Iqbal.

Dunia Kristen menyangka habislah kekuatan Islam dengan habisnya Khalifah di Istambul. Tetapi dengan hilangnya Khalifah, persatuan dunia Islam sekarag lebih kokoh dari pada masa Khalifah masih ada. Badan-badan Islam Internasional, baik secara swasta atau pemerintah telah timbul dan hidup kian lama kian subur.

Negara-negara penjajah membelanjai dengan tenaga tidak terbatas penyelidikan terhadap Islam untuk diselidiki di mana segi kelemaannya dengan menimbulkan Orientalisme dan Orientalis. Tetapi lama kelamaan sarjana-sarjana Muslim modern tela bagkit pula menyelidiki sendiri dan dengan alat-alat penyelidik yang dipakai musuh itu seala tuduhan mereka itu telah ditangkis, dan kian lama kian jelas “korupsi” (manipulasi) ilmiyah yang ditimbulkan oleh kaum orientalis itu, sehingga buat selanjutnya mereka telah mesti lebih berhati-hati.

Di beberapa negara, terutama dalam neger-negeri yang telah dikasai kaum Komunis suara Islam seakan-akan telah hilag. Karena diperangi dengan cara sistimatis. Namun tekanan-tekanan yang dirasakan di negara-negara tidak ber-Tuhan itu tidaklah mengurangi jumlah kaum Muslimi. Kalau 50 tahun yanglalu orang menyebut kaum Muslimin sekitar 350 milliun (juta) di seluruh dnia, namun sekarang dalam perhitungan tidak kurang 650 sampai 700 milliun (jutaa0.

Di Turki yang dicoba dengan segala kekerasan dan tangan besi dihapuskan oleh Kemal Ataturk sebagai seorang pionir dari sekularisme Barat, namun mur sikap melengah dari Islam itu hanya sepajang kekuasaan Attaturk. Setelah di mati, ternyata bahwa kecintaan bangsa Turki kepada Islam tidak pernah berkurang.

Di Indonesia sendiri, konon sebelum Islam masuk ke kepulauan Nusantara, agama dan kebudayaan Hndulah yang berkuasa hamper 1500 tahun. Islam merdeka berkembang hanyalah kira-kira dari abad ke-13 sampai abad ke-17. Setelah itu masuklah penjajaan Barat yang dimulai oleh Portugis (1511) dan diikuti oleh penjajahan Belanda yang dimulai tahun 1596. Hanya sekitar 3 abad sja Islam dapat berkuasa. Hanya sekedar di masa itu Raja-Raja dan Sultan-Sultan Islam dapat mengembangkan Islam. Tiga setenga abad lamanya penjajahan Belanda dengan alat kekuasaan yang kokoh dan teratur. Kekuasaan Islam tidak ada lagi.

Tetapi cobalah perhatikan. Lima belas abad kebesarankebudayaan Hindu dan agamanya di seluruh kepulaua Nusantara dan Semenanjung tanah Melayu, namun sisa yang masih mempertahankan pusaka Hindu hanya tinggal sekitar dua juta orang di pulau Bali. (inilah barangkali Hindu Indonesia militan yang sampai kini tak bisa dimasuki Islam).

Tiga ratus lima puluh tahun kekuasaan Belanda, namn yangmemeluk agama Kristen, yang disiarkan dengan segenap kekuasaan alam amsa 350 tahun, tidaklah sampai 10% (sepuluh persen) dan seluruh bangsa Indonesia yang pada waktu “Tafsir AlAzhar” ditulis ada sekitar 130 juta. Lebih dari 100 juta aalah pemeluk agama Islam. (Bandingkan dengan di Semenanjung Iberia/Spanyol, di mana Islam tak berhasil melahirkan generasi Eropah Muslim).

Setelah Indonesia merdeka, kegiatan Zending dan Misi Kristen berlipat ganda dari pada semasa penjajahan. Segala sekte yang ada di Amerika termasuk sekte Mormoon yang membolehkan beristeri berpa kuat saja, namun yang berbalik dan kembali kepada Islam sesudah mereka dibujuk masuk Kristen dengan yang, dengan makanan (beras) dan dengan pakaian (kain baju), membuktikan bahwa masukna orang kepada agama Kristen itu hanya karena bujukan harta. Setelah mereka sadar akan diri, mereka pun kembali ke pada agama nenek moyangnya.

Kerap kali kejadian, penyusun “Tafsir AlAzhar” (Hamka) didatangi oleh pemuda-pemuda yang ingin kembali kepada agama nenek moyangnya (islam). Ketika ditanyai apakah mereka tidak keberatan bersunat (berkhita), mereka menjawab bahwa mereka sudah berkhitan sejak dahulu. Sebab adalah mereka sebagai orang jawa yang berkebudayaan Islam mengakibatkan mereka harus berkhita sebelum mereka dibujuk masuk Kristen.

Sekitar tiga empat tahun sesudah dapat dihancurkan perlawanan kaum Komunis (Gestapu, Gerakan 30 September 1965), penyebar agama Kristen membuat propaganda ke seluruh dunia bahwa telah 4 juta orang islam masuk Kristen. Dan dinia Islam sendiri pun merasa cemas, sehingga beberapa orang pemimpin dan lama datang ke Indonesia menyelidiki berita itu.

Tetapi setelah diadakan sensus kenegaraan ang lengkap ternyata bahwa jumlah ummat Islam tidaklah berkurang 4 juta an jumlah pemeluk Kristen tidaklahbertambah 4 juta. Hasil pemilihan umum untukanggota DPR(Dewan Perwakilan Rakyat) 1971 memberikan gambaran yang lebih jelas bahwa tambahan 4 juta itu tidak ada, malah pemeluk Kristen banyak yang menceburkan diri k alqm Golkar (Golongan Karya), karena merasa bahwa tiak akan berhasil perjuangan mereka kalau hanya mengandalkan dari Parpol 9Partai Politik) bercorak agama.

Diakui bahwa bukanlah kosong saja usaha mereka. Diakui bahwa sebahagian kecil usaha mereka berhasil juga. Tetapi mereka pun akan mengakui bahwa hasil yang mereka dapat tidaklah sepadan dengan belanja yang mereka keluarkan. Diakui bahwa ada pula suatu waktu semaaaaaaangat Muslimin dalam perjuangan agamanya jadi kendor. Di waktu itulah kecurian ummat. Sebagian pesan Nabi saw : “Bahwa kambing yang biasa ditangkap serigala, ialah yang terpencil dari rombongannya”. (Sehubungan dengan itu, perlu pula di kaji ulang grafik, turun naik semangat, pemahaman, penghayatan, kesadaran beragama umat Islam).

Sebagai contoh terbesar tersebut diatas, yaitu dengan hilangnya jabatan Khalaifah ternyata kebangkitan Islam tidak terhalang. Persatuan kaum Muslimin dan kesetia kawanannya sekarang lebih mendalam dari pada di zaman ada Khalifah. Di zaman ada khalaifah Sunni di Turki, kaum syi’ah di Iran tidaklah mengakuinya. Namun sekarang setia kawan Islam lebihlengkap, karena kesadaran yang mendalam. Dalam lingkaran yang kecil di Indonesia pun demikian pula. Dalam hapusnya kekuasaan Raja-Raja islam Indonesia karena drebut penjajah, disangka oleh Belanda Islam aka lemah. Padahal di awal abad ke-20 timbul kesadaran kaum Muslimin dalam politik, sosial dan ekonomi. Gerak kebangunan Islam dianjurkan oleh pemuka-pemuka kaum Muslimin dan Perkumpulan-Perkumpulan Islam. Artinya bahwa gerak jihad kaum Muslimin itu timbul dari kesadaran mereka sendiri. ( Kisruh politik di Timur Tengah dan Afrika Utara pada penggal awal tahun 2011 mengindikasikan bahwa Islam itu tak pernah diterapkan secara menyeluruh, tak mendatangkan keadilan antara rakyat dan penguasa, antara yang miskin dan yang kaya, antara yang syia’ah dan sunni, dan lain-lain).

Dari semuanya itu dapatlah disimpulkan bahwa usaha hendak memaamkan cahaya Allah dengan mulut tidaklah membawa hasil, bahkan Allah menyempurnakan cahayanya. (“Tafsir AlAzhar”, juzuk XXVIII, hal 186-187).

“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agam) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayaNya, meskipun orag-orang kafir benci” (QS 61:8).

(rewritten by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103011015)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home