Dari Teologis Ke Sosiologis
Dari
Teologis Ke Sosiologis
Sudah sa’atnya ungkapan-ungkapan yang bersifat teologis
(religius, transcendental), yang abstrak pada akal, yang hanya dapat diimani,
agar dapat disampaikan, dikemas, diproyeksikan, dikonversikan, diterjemahkn
dalam ungkapan-ungkapan yang bersifat sosiologis (bahasa sosial-ekonomi, bahasa
sosial-politik, bahasa sosial-budaya) yang konkrit pada akal, sehingga dapat
dipahami (Ahlul Irfan SPd MM : “Dari Theologis Ke Sosiologis”, Buletin NADZIR,
Edisi 5, Mei 2001).
Ungkapan Teologis mencintai Allah dan Rasul-Nya” (QS
3:31) yang abstrak pada akal, agar diproyeksikan, dikonversikan, diterjemahkan
ke dalam ungkapan sosiologis “mencintai, menyantuni, memperhatikan kepentingan
publik (orang banyak, orang melarat, orang terlantar) yang konkrit pada akal
(QS 107:1-3, 9:60, 2:177, 3:92, 8:41).
Sabilillah, proyeksinya, konversinya, refleksinya adalah
kepentingan publik (Abul A’la al-Maududi : “Dasar-Dasar Islam”, 1984:190-191).
Tapi publik (orang banyak) bukanlh Allah
dan Rasul-Ny. “Sesungguhnya di hari kiamt nanti Allah berfirman : Wahai nak
Adam, Aku minta makanan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberiKu makanan.
Tahukah engkau, wahai anak Adam, sesungguhnya hambaKu si Fulan itu meminta
makanan kepadamu, tetapi engkau tiaa memberinya makanan. Ketahuilah, bila
engkau memberinya makanan, maka engkau mendapatkan rahmat keridhan di sisiKu
(Hadits Qudsi riwayat Muslim dari Abi Hurairah).
Ungkapan teologis “kebenaran ilahiyah” (QS 2:147) yang
abstrak pada akal, agar diproyeksikan, dikonversikan, diterjemahkan ke dalam
ungkapn sosiologis “opini publik, pendapat umum (orang banyak dari kalangan
orang mukmin) yang konkrit pada akal.
Ungkapan teologis “kedaulatan ilahiyah, kedaulatan hukum
ilahiyah” yang abstrak pada akal, agar diproyeksikan, dikonversikan,
diterjemahkan ke dalam ungkapan sosiologis “kedaulatan publik, kedaulatan
rakyat (theo democracy, divine democracy) yang konkrit pada akal.
Ungkapan teologis “ Allah tidak akan merubah keadaan
suatu kaum (komunitas), sehingga mereka merubah keadaan dari mereka sendiri (QS
13:11), agar dipahami dalam ungkapan sosiologis “Perubahan individu demi
individu akan berujung pada perubahan kolektif” (Ahlul Irfan SPD MM : “Agen
Perubahan Sosial”, Buletin NADZIR, Edisi 6, Juni 2001). Masyarakat akan makmur
sejahtera, apabila setiap orang berlomba memperbaiki kehidupannya masing-masing
(mengikuti metode deduksi prinsip ekonomi liberal kapitalis).
Ungkapan teologis “Carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS 28:76-77) agar
diproyeksikan, dikonvewrsikan, dipahami dalam ungkapan sosiologis, seagai
motivasi berbisnis, berusaha, agar berorientasi pada kebahagiaan akhirat,
kesejahteran sosial, kepentingan bersama, bukan pada kebahagiaan duniawi,
kesejahteraan individual, kepentingan perseorangan.
Ungkapan fenomena alam limbah industri dikonversikan,
diproyeksikan, ditafsirkan dalam ungkapan fenomena sosial komunitas buih (QS
13:17).
.Ungkapan
teologis “hablum minallah” (QS 3:112) mengadakan, menjaga, memelihara hubungan
dengan Tuhan, Alkhaliq (setia memenuhi, menjalankan risalah, seruan, janji
Allah, takut putusnya hubungan dengan Allah, takut turunnya amarah Allah,
mengharapkan keridhaan Allah, mendirikan shalat) (QS 13:19-24)) dikonversiskan,
diproyeksikan, dijabarkan, ditafsirkan, diimplementasikan dengan ungkapan
sosiologis “hablum minan naas” (QS 3:112) memikirkan, memperhatikan,
mengupayakan peningkatan keadaan sosial-ekonomi-budaya sesama makhluk Allah
(simak juga pengertian ungkapan “lita’arafu” dalam QS 49:13).
Pemicu putusnya hubungan dengan Tuhan dan insan adalah
pola hidup tamak, rakus, serakah, pola hidup kikir, pelit, kedekut, pola hidup
angkuh, pongah, congkak, pamer.
Ungkapan teologis
amal shaleh dijabarkan dalam ungkapan sosiologis amal sosial. Banyak beramal
kebajikan, beramal sosil, berbuat amal usaha operasional diberbagai bidang
untuk meningkatkan taraf, martabat, mutu dan tingkat kehidupan sosial-ekonomi-budaya
bersama (kemampuan dan keampuhan diri sendiri, keluarga, tetangga, bangsa,
ummat, lingkungan) menurut kadar kemampuan. Memanfa’atkan sebagian rezki,
penghasilan, pendapatan, kekayan, kepintaran, kesempatan, kemampuan untuk
kepentingan bersama, untuk kemakmuran, untuk kesejahteraan bersama (QS 2:3).
Menabur, menebar jasa. Menyebarkan berbagai kebajikan dan kebaikan bagi rahmat
alam semesta (QS 21:107).
Ungkapan teologis “berbuat baiklah seperti Allah berbuat
baik kepadamu” (QS 28:77) ditafsirkan dengan ungkapan sosiologis membalas
kejahatan dengan kebaikan” (QS 13:22) (Prof Dr Bahrum Rangkuti : “Al-Qur:an,
Sejarah, Kebudayaan”, Bulan Bintang, 1977:20-25).
Ungkapan teologis amalan dzikir ditafsirkan dalam
ungkapan sosiologis amalan fikir (QS 3:191). Pengertian, ungkapan teologis ulul
albab sebagai ahli dzikir dan ahli fikir (3:7-9, 3:190-195), diproyeksikan,
dikonversikan, diterjemahkan dalam ungkapan ulul albab sebagai pelaku amal
shaleh dan pelaku amala sosial (QS 13:19-24).
Dunia intelektual Islam masa kini amat sangat miskin
sekali dengan ilmuwan ekonomi sekalaibar Adam Smith, Karel Marx John Maynard
Keynes, meskipun Abul A’la Maududi, Quthub bersaudara, Yusuf Qardhawi, Mustafa
as-Siba’I, Zainal Abidin Ahmad pernah berbicara tentang Ekonomi, tentang
Lembaga Niaga, tentang Lembaga Riba (Bank), dan sebelumnya Ibnu Khaldun, Imam
Ghazali.
Sudah sangat mendesak, sangat diperlukan Diskusi Kajian
Islm dan Sosial, Kajin Islam dan Budaya, Kajin Islam dan Ekonomi, Kajin Islam
dan Politik secara rutin, sistimatis, berkala berkesinambungan, membahas karya
tulis semacam karya Abu A’la Maududi,
Quthub brsaudara, Mustafa as-Siba’I, Yusuf Qardhawi, Zanal Abidin Ahmad, dan
lain-lain
Labels: catatan serbaneka
0 Comments:
Post a Comment
<< Home