Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Wednesday, September 22, 2010

Konsep persatuan dalam Islam

Sepanjang masa selalu terdapat dua pihak yang saling berseberangan namun tak boleh berpecah belah. Semua harus berpegang pada Qur:an dan Sunah

Labels: , , ,

Thursday, September 09, 2010

Jaman sudah berubah

Jaman sudah berubah (2)

Dalam slang pendapat ada yang tak setuju dengan aturan sekolah ang mewajibkan agar setiap siswa harus mempunyai pakaian seragam haran, pakaian seragam olahraga, pakaian seragam pramuka, pakaian seragam pacara, dan lain-lain. Aturan penyeragaman seperti ini dipandang sebagai upaya sistimatis mengubur semangat kebebasan, kemerdeaan, deokrasi. Semangat penyeragaman, uniformasi ditumbuh kembangkan pada era sistim presidensial. Pada era sistm parlementer setiap siswa bebas berpakaian asalkan rapi, sopan, tanpa adanya penyeragaman. Namun yang lain berpendapat, berpandangan bahwa jaman sudah berubah. Jaman terus berputar, tak pernah kembali seperti semula. Berputar, melingkar sepert semula.

Perubahan dilatarbelakangi oleh pendidikan, baik formal maupun non-formal. Oleh yang disaksikan, baik melalui mata, maupun melali telinga, baik berpa bacaan, tontonan, siaran-taangan televise-radio. Oleh pengalaman, baik yang menyenangkan mapun ang menyedhkan. Perubahan dibentuk oleh pemahaman, persepsi. Sikap, tingkah laku ditentukan, digerakkan oleh pemahaman. Pemahaman diperdapat, diperoleh dari pendidikan, pengalaman, perasaan, bacaan, tontonan, lingkungan yang meruakan pintu masuk (input gate). Pemahaman merupakan hasl keluaran (output).

Yang lebih bereran, yang lebih dominant dalam membentuk sikap, tingkah laku adalah lingkngan sisal dari pada pendidkan sekolah, mapun pendidikan di rumah (oleh orangtua). Tanpa diajak, tanpa disuruh, tanpa diperintah oleh orangtua, anak-anak di desa dulu di setiap malam Ramadan ikut berkumpul tadarusan di masjid sampa waktu sahur. Anak-ana memposisikan dir sebagai anak. Bakan mantu memposisikan diri sebagai anak. Terasa suasana yang tua dihormati, yang kecil disayangi, yang sebaya dsetaraan. Suami-isteri memposisikan pasangannya sebagai pengacara, berupaya untuk tak melukai perasaan pasangannya, tak mengungkakan aib, kekurangan, kesalahan pasangannya.

Kini jaman sudah berubah. Di setiap malam Ramadhan setelah selesai shalat witir, masjid tinggal kosong melopong, bak di kota maupun di desa. Anak, mantu sdah tak memposisikan diri lagi sebagai anak, tetapi sebagai orang asing rang lain). Suami-steri tak lagi memposisikan pasangannya sebaga pengacara, tetapi sebagai jaksa, atau sparing arter). Dulu wanita malu masuk masjid dengan buka tenda (tanpa tutup kepala). Kini wanita tak sungkan berada di masjid telanjang dada (setengah telanjang).

(Asrir BKS1009081100 written by sicumpaz@gmail.com)

Jaman sudah berubah bung !

Ketika ada pihak yang menginginkan kembali ke UUD-45 versi asli dan Pancasla, maka ada pihak lain yang mendukung UUD-45 yang telah diamandemen. Alasannya konstitusi bukan kitab suci. Jaman berubah, konstitusi di manamana di dunia membuka peluang diamandemen.

Ketika ada pihak ang mengingikan sistim pendidikan pada era parlementer, yang serba bebas, demokratis, yang serba beragama, maka ada pihak lain yang mempertahankan sistim penddikan pada era presidensial, yang serta tak bebas, uniform, yang serba seragam.

Ketika ada pihak yang menginginkan teganya embali pola tatanegara, tataniaga kekhilafahan, yang merakyat, maka ada pihak yang mempertankan pola tatanegara, tataniaga jaili sekuler, yang materialis-kapitalis. Alasannya jaman berputar. Yang sudah terjadi tak dapat dimusnahkan. Pola tatanegara jahili sekuler tak dapat dirbah mejad pola tatanegara islami. Pola tataniaga jahii sekuler tak dapat dirubah menjadi tataniaga islami. Lembaga ribawi-bank tak dapat dirubah menjadi lembaga sadaqah-inffaq. Tata budaya, tata busana, media informasi tak dapat diolah menjadi islami.

Sayyid Quthb sejalan dengan imannya sangat optimis bahwa kehidupan yang islamis akan tercipta di Negara-negara Islam. Ia juga jakin terhadap kecocokan Islam sebagai suatu system yang mampu mengatur dunia, bahwa upaya mewujudkan kembali system masyarakat Islam bukanah suatu kemustahilan (“Keadlan Sosia dalam Islam”, Pustaka, bandung, 1994:339-341).

Mengacu kepada “Islam di Smpang Jalan” nya Leopod Weiss (Mammad Asad) menyimpulkan bahwa jiwa orang-orang Eropa saat ini sama seali tdak cocok untuk menerima ajaran-ajaran Islam. Dibutuhkan beberapa generasi lagi di mana Barat mau menyebarkan semangat Islam ke segenap penjur ( idem, 1994:347-348)

(Asrir BKS1008250930)

Wajah Islam masa kini

Wajah Islam masa kini
(Biang kehancuran)

Wajah Islam berubah-ubah mengikuti jaman. Adakalanya yang tinggal, yang tersisa dari Islam itu hanyalah namanya, sebutannya, predkatnya, katepenya. Yang tinggal, yang tersisa dari Qur:an hanyalah tulisannya, kertasnya, mushhafnya. Bahkan kini ada Qur:an mini, Qur:an maxi yang dipajang untuk tontonan, bukan untuk tuntunan. Juga ada lomba tilawatuil Qur:an, loba qira:atil Qur:an.

Di mana-mana masjid sering tnggal kosong melompong, tanpa berfungsi. Sekali-sekali diramaikan dengan kasidahan, nyanyian yang dikategorian religius-islamis, marawis, marhabanan, barzanjian. Dentitas keislaman diletakkan pada tongkrongan, penampilan. “Kami bersurban, maka kami beriman”. Agar tampak, terlihat Islam maka penamplan dirubah dengan memakai baju-baju “yang islami” seperti baju koko dan sarung, peci. Atribut-atribut artificial diperlukan untuk memperoleh pengakuan sebagai orang berian, orang Islam. Citra lebih penting dari kenyataan sebenarnya. Pelacur bisa tampil dengan memakai “baju sopan” berkerudung.

Baju koko, sarung danpeci bisa mengokohkan penampilan menjadi terlihat lebih beriman, lebih islami. Ramadan dan Lebaran telah menjadi komoditas. Yang sustansial berganti dengan yang artificial. Keimanan, kemusliman artificial merupakan wajah Islam masa kini (dicmot dari KOMPAS, Sabtu, 4 September 2010, hal 2, “Kami Bersurban, maka Kami Beriman”, oleh Agus Noor),

Ramadhan cenderung selebritis. Agama menjadi sarana untuk menampilkan kemuliaan diri melalui tayangan televise dan media lainnya. Ibadah menjadi budak nafsu untuk memuaskan kepentngan pribadi, kelompo, industri. Puasa menjadi budak kultur konsumtif yang cenderung hedonistis (Simak antara lain KOMPAS, Sabtu, 21 Agustus 2010, kolom 12 “Teroka : Puasa dan Kearifan Perempuan”, oleh Abidah elKalieqy; PARAS, No.37, Oktober 2006, hal 32-33).

Indikasi Islam hanya tinggal statusnya dan Qur:an tinggal naskahnya dapat dilacak, ditelusuri dalam hadis-hadis tentang biang kehancuran, antara lain dari sikap mental, prilaku umat Islam ang berpaling dari, ang meninggalkan Islam seperti berikut :

Meninggalkan, menyia-nyiakan, meremehkan, mengabaikan, melecehkan shalat. Mengumbar, memperturutkan syahwat, nafsu. Berbuat khianat, curang, mengabaikan amanah.Menganggap amanat sebagai ghanimah. Curang dalam berbisnis. Meminum-minum khamar. Saling menghujat. Menghujat dengan praduga. Berburuk sangka. Erbuat onar. Mengotori hukum dengan suap, sogok. Memanpulasi riba jadi jual beli. Meninggakan hidup qana’ah. Berpasangan dengan sejenis. Meyebar zna, pelacuran, prostitusi. Melegalisir prostitusi. Gemar berbuat kebatilan. Memandang wajar perpecahan. Bergelimang kemewahan. Bergelimang maksiat. Memanipulasi yang batil jadi yang sahih. Memanipulasi ang dsta jadi yang benar. Memanipulasi yang tercela jadi ang terpuji. Memaniplasi kesesatan jadi petunjuk, Memanipulasi yang terang jadi yang samar. Memanipulasi pengetahunan jadi kejahilan. Menganggap kekuasaan sebagai keuntngan. Mengaggap zakat sebagai pajak. Memposisikan isteri sebagai kepala rumah tangga. Mendurhakai ibu bapa. Memposisikan ibu bapa sebagai pembantu. Berisik dalam massjid. Berbusana tetapi telanjang. Berhukum dengan hukum thagut. Dan lain-lain.

(Asrir BKS1009051700 written by sicumpaz@gmail.com)

Karnaval Ramadhan Dari Tahun Ke Tahun

Ramadhan menyimpan ragam keistimewaan. Keistimewaan Ramadhan hanya terlihat dari : kepuasan berbuka, dan romantisme tarawih brsama. Tahun berganti tahun, namun puasa tak meningkatkan olah batin kita. Tingkat pengalaman keagamaan (religious experience), apalagi tingkat kesadaran keagaman kita (religious conscious) tetap saja seperti tahun-tahun yang lalu, bahkan mungkin menurun.

Setiapa tahun Ramadhan hadir menyediakan paket yang kental dengan santapan rohani : puasa, tarawih bersama, lailatul qadr, kmbali kepada kesucian (idul fitri).

Paket rohani Ramadhan selalu dikmas oleh keistimewaan berkategori budaya. Yang muncul hanyalah “panggung teater, karnaval, atau pertunjukan ibadah”, yang mementingkan gebyarnya, warna-warna menyoloknya, sound effectnya, tampilan visualnya, dan sebagainya. Agama dijadikan sebagai sarana untuk menampakkan kemuliaan diri melalui layer televise dan media lainnya.

Yang tampil hanyalah “arena teater”. Aktornya bias pejabat, artis, hartawan dengan acara begitu meriah, glamour. Dengan acara buka puasa bersama, sahur off the road bersama anak jalanan, punk, pelacur, hingga pembagian zakat kepada fakir miskin. Para seleberitis, wadam, pelacur yang biasa tampil seksi di televisi mendadak memakai kerudung, semacam Cut Tari yang lagi dirundung pembuatan/penyebaran video porno. Semua berbondong-bondong memenuhi majelis taklim.

GerakRamadhan didukung oleh berbagai industry, media massa, dan stasiun televise. Mereka berpacu memanfa’atkan momen Ramadhan untuk meraih keuntungan seanyak-banyaknya. Ramadhan dijadikan komoditas berciri kapitalis. Acaranya, gayanya, orangnya, bahkan sosok da’inya tetap saja itu ke itu tak berubah ke yang positip.Susah untuk berhusnuz zhann, berpositive thingking terhadap para da’i yang akrab tampil bersama para seleberitis di televisi.

Penguasa, pedagang sibuk memoles barang dagangannya dengan label-label Islam. Masyarakat semakin komsumtif, sibuk menghamburkan anggarannya.

Dari tahun ke tahun, puasa Ramadhan hanya sekadar gerak rutin dan tren kegairahan beragama, tak memberikan nilai transformatis kepada diri kita dan masyarakat.

Ibadah hanya bagaikan gerak tanpa jiwa. Salat tanpa getaran hati. Masjid hanaya sebagai tempat saluran penyerahan dana zakat fitrah. Haji dan umrah sebagai paket wisata. Usai Ramadhan tak ada bekasnya. Ibadah menjadi buda nafsu untuk memuaskan kepentngan pribadi, kelompok, industri. Puasa menjadi budak kultur konsumtif yang cenderung hedonistis. Ramadhan cenderung selebratif. (Dipetik dari PARAS, No.37, Oktober 2006, halamana 32-33; simak juga “Sisi lain dari ‘optimisme’ Perkembangan Islam”, oleh Abu Afzalurrahman, dalam ALMUSLIMUN, No.198, September 1986, halaman 63-76; SUARA MASJID, 1 September 986, halaman 51-57; PANJI MASYARAKAT, No.38, 1 Januari 1978, halaman 31, “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXVIII, halaman 185, KOMPAS, Sabtu, 21 Agustus 2010, hal 12, “Teroka : Puasa dan Kearifan Perempuan”).

Pengelola televise memosisikan Ramadhan layaknya komoditas. Unsur Islami ditempatkan sebagai kemasan belaka. Lelucon yang ditayangkan saat sahur atau menjelang berbuka puasa sering mengarah kepada dialog yang jorok atau cabul. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pernah mencatat 50 judul sinetron yang mengambil tema mistis dan kekerasan yang ditayangkan. Teguran KPI kalah keras dengan upaya penyiaran untuk mendapatkan profit sebagai dampak kapitalisme yang meenganuti lembaga. Demikian menurut Sunarto, dosen Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi UI (SUARA AISYIYAH, No.10, Oktober 2007, halaman 35).

Berapa banyak dibacakan kepada kita ayat-ayat alQur:an namun hati kita bagaikan batu atau bahkan lebih dahsyat lagi. Betapa Ramadhan telah datang kepada kita silih berganti sementara kondisi kita laksana oraaaaaang-orang yang sengsara. Tak ada pemuda di antara kita yang meninggalkan perbuatan buruk lalu bergabung bersama mereka yang suci dari dosa (Ibnu Rajab al Hambali : “Mutiara Ramadhan Yang Teabaikan:, 2005:93).

(Asrir BKS0709260800)

Evaluasi efektifitas dakwah

Fakta yang tampak dipermukaan bahwa syi’ar agama terasa meningkat. Evaluasi terhadap fakta ini perlu dilakukan.

Media elektronika. Berapa jumlah pemirsa televisi yang mengikuti mimbar Islam, kuliah Ramadhan, kuliah Subuh (Mutiara Subuh, Hikmah Pagi, Hikmah Fajar, Diambang Fajar) ? Berapa jumlah pemirsa Muslim yang telah dibina, diIslamkan melalui Dakwah Televisi ? Berapa jumlah pemirsa Non-Muslim yang telah diIslamkan melalui Dakwah Televisi ? Seberapa jauh dampak dakwah terhadap pola dan tayangan televisi ? Berapa jumlah infak da’i televisi bagi perkembangan dakwah dan peningkatan hidup rakyat melarat ?

Media cetak. Berapa jumlah pembaca yang tertarik akan buku-buku tentang Islam ? Berapa jumlah pembaca Muslim yang telah diIslamkan melalui buku-buku Islam ? Berapa jumlah pembaca Non-Muslim yang telah diIslamkan melalui buku-buku Islam. Seberapa jauh dampak dakwah melalui buku-buku Islam terhadap pola pikir dan tingkah laku. Berapa jumlah infak penerbit buku-buku Islam bagi perkembangan dakwah dan peningkatan rakyat melarat.

Dakwah tatap muka. Berapakah jumlah peserta taklim. Berapa jumlah peserta taklim yang telah berhasil dibina, diIslamkan. Berapakah jumlah tambahan peserta taklim setiap tahun ? Berapa jumlah tambahan jama’ah shalat subuh tiap tahun ? Berapa jumlah tambahan jama’ah Jum’at tiap tahun ?

Nahi Munkar. Berapa jumlah pengurangan tingkat tindak kejahatan tiap tahun (perkosaan, pelaccuran, pengguguran, kumpul kebo, penodongan, pembantaian, perampokan, penyiksaan, perjudian, dll) ?
(Menyoal efektifitas dakwah dalam mengantisipasi perkembangan dakwh Islam seperti dikemukakan dalam ALMUSLIMUN, No.198, halaman 65, 76)

(Azrir BKS0008171700 written by sicumpaz@gmail.com)

Keadilan sosial dalam Islam

Keadlan Sosial dalam Islam

Sayyid Qutub menulis buku “Keadlan Sosial Dalam Islam” (al’Adalah alIjtima’iyah fl Islam). Menurut Sayyid utub, keadilan sosial dalam Islam (dalam semua hal) ditegakkan atas tiga dasar. Ertama, kebebasan jiwa ang mutlak. Kedua, persamaan kemanusiaan yang sempurna. Ketiga, jaminan sosial yang kuat (1994:43). Selintas mirip dengan slogan, semboyan revolusi Perancis “liberte, egalite, fraternite”. Tetapi semboyan revlusi Perancis “kemerdekaan, persamaan, persaudaraan” tetap tinggal menjadi semboyan belaka, akrena belum dapat diwujudkan did ala masyarakat (smak ZAA Ahmad : “Dasar-dasar Ekonomi Daa slam”, AIDA, Djakarta, 1952:41). Penyebabnya karena belum ada kebebasan jiwa yang mutlak, yang anya memperhambakan diri kepada Allah Yang maha Esa. Yang ada analah penghabaan diri kepada materi, kepada harta enda (sekularsasi).

Gus Uwik (anggota Lajnah Fa’aliyah DPP HTI) memaparkan bahwa kesejahteraan sosial di bawah naungan daulah Islamiyah terwujud/tercipta atas tiga factor. Pertama, politik yang berkeadilan. Kedua, jaminan Negara aan kebutuhan pokok yang layak. Ketiga, jaminan pendidikan terbaik dan gratis. Keadilan parpurna pemerintahan Islam diungkapkan Gus Uwik dari data/fakta histories antara lain sebagai berikut :

1. Pemberian sertifikat tanah (Tahun 925H/1519M) kepada para pengungsi Yahudi ang lar dari kekejaman inkuisasi Sepanyol asca jatuhnya pemerintaan Islam di Andausia.
2. Surat ucapan terima kasih dar Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim Khalifah ke Amerka Serikat yang sedang dilanda kelaparan pasca perang dengan Inggeris (abad 18).
3. Surat aminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia dan mencari eksil (suaka) ke Khalifah (30 Jumadil Awal 1121H / 7 Agustus 1709M).
4. Pemberian idzin da ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang telah berimigrasi ke Rusia, namun ingin kembali ke wilayah Khilafah, karena di Rusia mereka justru tidak sejahtera (13 Rabi’ul Akhir 1280H / 5 September 1865M).
5. Pasukan Khilafah Turki Usmani tiba d Aceh (1565-1567), termasuk para ahli senjata api, penemba dan para teknisi untu mengamankan wilayah Syamatiirah (Sumatera) dari Portugis. Dengan bantuan ini Aceh menyerang Portugis di Malaka. (AL-WA’IE, No.101, Tahun IX, 1-31 Januari 2009 / Muharram 1430H, hal 15, Hijrah Menuju Sistem Islam”, ole Gus Uwik).

Wacana Ideologi Daulah Islamiyah

Jalur menuju daulah Islamiyah
(Wacana Ideologi Daulah Islamiyah)

Mengacu pada Dr Yusuf ardawi (“AlHallul Islamy”, Pedoman Ideologi Islam, Gema Risalah, bandung, 1988), maka untuk menuju Daulah Islamiyah yang pernah diwacanakan ada beberapa jalur. Pertama, dengan dekrit pemerintah, pengemuman pemerintah. Kedua, dengan kekuatan militer, dengan kekuatan senjata. Ketiga, dengan pendidikan dan bimbingan (tarbiyah dan taklim). Keempat, dengan pengabdian masyarakat (aksi sosal, tabligh).

Hasan alBannan dengan Ikhwanul Musliminnya di Mesir, maududi dengan Jama’ah Islamiyahnya di Pakistan, Hasan Turabi di Sudan, dan lain-lain menempuh jalur politik, jalur parlemen dan jalur dakwah. Nabhani dengan Hizbut Tahrirnya juga menempuh jalur politik dan jalur dakwah. Sedangkan Abu Bakar Baasyir menempuh jalur dakwah dan jalur jihad. Berbeda dengan sema itu Kartosuwirjo sangat komit dengan Islam menempuh jalur perjuangan bersenjata dengan memproklamirkan berdirinya Negara karunia Allah, Negara Islam Indonesia (NII) pada 27 Agustus 1948.

Lain lagi dengan Prof Raijiah Garaudy (Roger Garaudy), mantan pakar strategi Marxis (anggota politburo Partai Komunis Perancis) dalam teori penegakan Islamnya mengemukakan, bahwa agar syari’at berguna untuk diterapkan di berbagai masarakat manusia, maka Islam harus menjadi milik golongan tertindas (kelas proletar ?) dan harus memberi ruh harapan dan semangat hidup bagi semua.

Upaya penegakan daulah Islamiyah kandas, terhalang, terhadang oleh Jaringan Trio Fir’aunisme-hamanisme-Qarunisme (Globalisasi/nternasionalisasi dalam sistim Politik, Militer, Hukum, Ekonomi, Bank, Asuransi, Industri, Sains, Teknologi, Informasi, Komunikasi). Semuanya dibawah kendali, dibawah control Amerika Serikat danpendukungnya dari ahudi (Yudaism) dan Nasrani (Christioanism). Semuanya direkayasa, dirancang, diciptakan, didominasi untuk kepentingan mereka dan pendukungnya.

(Asrir BKS1009060600 wrtten by sicumpaz@gmail.com)

Khilafah tanpa Khalifah

Khilafah tanpa Khalifah

Melalui berbagai media, antara lain Buletin Dakwah AL-ISLAM, Tabloid MEDIA UMAT, Media Politik dan Dakwah AL-WA’IE (?), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) antusias, aktif, serius mengusung Wacana Ideologi Daulah Islamiyah KHILAFAH. HTI adalah bagian/cabang dari Hizbut Tahrir di Indonesia. Hizbut Tahrir berskala Internasional berpusat di ordania.

Farid Wajdi menulis bahwa “Hizbut Tahrir mempunyai kepemimpinan politik yang bijak yang dipresentasikan oleh Amirnya al-‘Alim ‘Atha bin Khalil Abu Rasythal, dibantu oleh sejumlah tokoh yang luar biasa dalam memimpin Hizb. Kepemimpinan Hizb mempunyai kesadaran politik ang sempurna tentang situasi internasional serta menguasai ilmu dan fakih tentang hukum-hukum Islam (AL-WA’IE, No.101, Tahun IX, 1-31 Januari 2009). Namun saangnya, keamiran sosok tokoh Hizb belum dikenal (diperkenalkan) di kalangan luas.

Wali aFattaah pernah dibai’at (20 Agstus 1953) oleh Jama’ah
Dari data/fakta historis, tampaknya Khalifah/khilafah bisa lebih dari satu. Untuk masa kini rasanya belm ada sosk amir/imam/khalifah ang dapat diterima oleh semua pihak. Bahkan belum ada mujaddid/reformer yang diperkirakan akan muncul setiap seratus tahun. Barangkali yang dapat disimak adalah nama-nama hli Tafsir dan Ali Fiqih ang muncul sekali seabad. Sedangkan nama Ahli Siasah (Plitisi Islam/Muslim) rasanya belum tampil pada masa kini. Bisa-bisa mengusung Khilafah tanpa Khalifah.

(Asrir BKS1009080430 written by sicmpaz@

Friday, September 03, 2010

Menghadapi konfrontasi dengan Malaysia

Presien hendaknya menyatakan negara dalam status siaga dan mengobarkan semangat bela negara dengan hati panas kepala dingin serta memerintahkan pasukan darat, udara, laut siaga menghadapi kemungkinan terburuk. TKI diperintahkan meninggalkan Malaysia dan dipekerjakan di tanah air. Pihak-pihak yang memanfa'atkan situasi untuk mendapatkan keuntungan diancam sekeras-kerasnya.

Mencari Presiden yang anti kapitalisme


Mencari Presiden yang anti kapitalisme

Menurut Presiden Sukarno (alm) Perang Salib juga disebabkan oleh karena Timur Tengah pada waktu itu adalah satu daerah vital untuk lalu lintas perdagangan dari Tiongkok meliwati Asia Tenggara, meliwati Timur Tengah, masuk ke Lautan Merah, masuk ke kota Venesia, terus tersebar ke Eropa Barat. Dominasi dari daerah ini tidak menguntungkan kepada rakyat-rakyat di Erop barat pada waaaaaktu itu. Dominasi itu, sebetulnya dominasi ekonomi, politik yang dipecehkan oleh pihak Inggeris dengan mengirim Richard the Lion-hearted ke daerah itu dengan semboyan : Islam itu jahat, harus diusir (Deppen RI, Penerbitan Chusus 354, halaman 23).

Menurut Asa Bafagih Soal Timur Tengah tidak kunjung selesai disebabkan oleh karena Negara-negara besar Inggeris, Perancis, Amerika Serikat dan Uni Sovyet sama-sama punya kepentingan dengan Timur Tengh yang menyimpan sumber minyak bumi (BBM) yang sangat diperlukan bagi pengembangan industry mereka (DIALOG, No.1, hal 20 : “Mngapa Soal Timur Tengah Tidak Kunjung Selesai”, oleh Asa Bafagih).

Sifat-karakter kapitalisme itu ada disebutkan Allah dalam QS 104:1-3 ialah tiga macam :
1. penimbunan capital (jam’a mala) yang dinamakan “concentrative kapitaal” (simak juga QS 102:1-2).
2. perhitungaan yang rasional, dengan sedikit tenaga dan ongkos untuk mencapai sebesar-besar hasil (wa’addadah) yang dinamakan “Easionaisatie”.
3. usaha menguasai sendiri untuk selama-lamanya dengan berusaha menutup segala kesempatan bagi oang lain (yahsabu anna malahu akhladah) yang dinamakan “monopolie” (ZA Ahmad : Dasar-Dasar EkonomiDalam Islam”, Antara, Djakarta, 1952:46).

“Bermegah-megahan telah elahirkan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur” (QS 102:1-2).
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dan mengira bahwa hartanya itu apat mengekalkannya (QS 104:1-3).

FAHAM Materialisme-Kapitalisme (Takatsur-Lumazah) mlahirkn kolonialisme. Kolonialisme dengan mengatasnamakan agama Kristen menjarah harta kekayaan rakyat jajahan dan membawanya ke negeri leluhurnya. Kini Neo Kolonialisme-Imperialisme-Liberalisme juga menguras harta kekayaan Negara-negara berkembang dengan berbagai car. Tujuan menghalalkan semua cara. Aturan, kebijakan, tindakan ditata atas nama rakyat untuk menguntungkan pemodal (investor). Sumbr daya nasional dimanfa’atkan untuk kepentingan asing, bukan untuk kepentingan rakyat banyak. Negara berkembang jadi sapi perahan Negara industry maju. Negara berkembang dibuat tak berdaya. Sistem kapitalis, persaingan bebas dan globalisasi telah meluluhlantakkan sendi ekonomi dan kedaulatan ngara berkembang. Nasib Negara berkembang ditentukan oleh Negara maju. Ketergantungan pada Negara maju membuat Negara brkembang tunduk pada tekanan Negara maju. Negara berkembang kini benar-benar menjadi Negara jajahan baru.

Presiden, penguasa yang merakyat, yang berpihak kepada rakyat adalah yang memiliki sifat zuhud. Zuhud adalah sikap hidup yang lbih mempedulikan kesejahteraan rakyat banyak daripada kemewahan, kemegahan diri, meskipun ia punya kemampuan dan kekuasaan untuk itu. Sikap hidup zuhud itu bertolak belakang secara diametrl dengan ikap hidup tkatsur, lumazah. Sikap hidup zuhud itu anti kapitalisme, anti materialism. Presiden yang ounya sikap hidup zuhud, yang anti kapitalisme, yang anti materialism itulah yang dibutuhkan rakyat banyak.

(Asrir BKS1008230715 written by sicumpaz@gmail.com)