Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Monday, August 30, 2010

Iman melahirkan keadilan sosial


Iman melahirkan keadilan sosal (rahmatan lil’alamin)

Imam Muslim meriwayatkan dari Abihurairah bahwa Nabi saw bersabda : Iman itu tujuh puluh lima cabang. Yang utama kalimat “La ilaha illallah”. Dan yang terendah menghalaukan gangguan di jalanan. Dan malu itu satu cabang dari iman (Simak Tarajamah “Lukluk wal Marjan” Muhammad Fuad Abdul Baqi, jilid I, halaman 15, hadis no.21).
• Menyingkirkan gangguan di jalanan mendatangkan kenyamanan beralu lintas (rahmatan lil’alamin).

Imam Bukhari, Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Nabi saw bersabda : Tidak sempurna iman seorang sengga ia suka ntuk saudaranya apa yang suska untuk dirinya sendiri Idem, hal 17, hadis no.28; Tarjamah Riadhus Shalihin” mam Nawawi, jilid I, halaman 194, hadis no.3).
• Di antara criteria, cirri adanya iman adalah memposisikan saudara sebagai diri sendiri, mengasihi saudara sebagamana mengasihi diri sendiri (mak “Riadhus Shalihin”, jilid I, halaman 240, hadis no.15).

Imam Bukhari, Muslim meriwayatkan dari Abihurairah bahwa Nabi saw mengatkan : Tidak beriman orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya (idem, halaman 290, no.3).
• Termasuk criteria, cirri adanya iman adalah menjaga, memelihara tetangga ta terganggu (rahmatanlin’alamin).
Imam Bukhari, Muslim juga meriwayatkan dari Abihurairah bahwa Nabi saw mengataan : Siapa yang percaya pada Allah dan hari kemudan, maka jangan mengganggu etangga, harus menghormat tamu, harus berkata baik atau diam (Simak Riadus Shalihin”, jilid I, halaman 291, hadis no.6; “Lukluk wal Marjan”, jilid I, alaman 18, hadis no.29).
• Juga criteria, cirri adanya iman adalah menghormati tamu, berkata baik.
Diriwayatkan oleh habrani dan Bazzar dengan sanad hasan bahwa Nabi saw mengatakan : Tidak sempurna iman seseorang ang makan kenyang sementara tetangganya lapar, padahal dia tahu hal itu.
• Juga criteria, cirri adanya iman adalah memiliki kepekaan dan kepedulian sosial.
Seluruh ajaran Islam berpangkal, berdasar pada iman yang termaktub dalam Kitabullah, alQur:an dan yang penjelasannya terdapat dalam Snnah RasulNa, alHadis. Ajaran Islam itu dapat juga disebut sebagai ajaran aklaq paripurna. Akhlaq paripurna Islam itu membawa, mendatangkan keadila sosial, kenyamanan bagi semua (rahmatan lil alamin).

Prof Dr TM Hasbi ash Shiddieqy dalam buknya “AlIslam”, jilid II, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1977, halaman 560-580 menyebutkan salah satu akhlaq parpurna Islam itu ialah “Membaguskan Pergaulan Dengan Keluarga dan Masyarakat” yang dirincinya menjadi 24 adab bergaul sesama Islam dan 5 adab bergaul dengan yang bukan Islam.

Dalam “Menjadi Muslim Ideal”, Dr Muhammad Ali alHasymi, terbitan Mitra Pustaka, 1999 terdapat uraian tentang “Muslim dan Keluarganya”, “Muslim dan Tetangganya”, “Muslim sesama Muslim”, “Muslim dan Masyarakatnya”

(Asrr BKS1008240545 written by sicumpaz@gmail.com)
.

Perjangan mewujudkan masyarakat Islam


Perjuangan mewujudkan masyaraat Islam

Tujuan perjuangan umat Islam yang pertama adalaah terciptanya kehidupan yang islamis di negaranegara Islam. Kemudian setelah itu adalah terwujudnya masyarakat Islam di masa depan. Banyak kendala, haling rintang ang akan dilalui dalam menuju kehidupan yang islamis, merata dalam Negara Islam sendiri. Antara lain kesenjangan antara politik pemerintah dan semangat Islam. Sarana pemerintah dan kehidupan masarakat, kaidah-kaidah hidup beserta nilai-nilainya serta tujuan jiwa dan akal, semuanya telah dibangn atas prinsip-prinsp jahili-sekuler.

Iperlukan upaa ang sungguh-sungguh, mengerahkan segala daa dan kemampuan yang dimiliki secara ptmal dan maksimal, menggalang kekatan bersaa yang ampuh. Kendala lain adala maraknya pemaaman yang bertentangan dengan Islam. Kekuatan musuh Islam jauh lebih besar dari yang dimilki umat Islam. Tujuan pun baru akan dapat dicapai apabila umat Isam memiliki dominasi yang kuat yang dapat menandingi kemampuan musuh.

“Dan siaanlah ntuk menghadai mereka kekuata apa saja yang kamu sanggupi, dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, yang dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu sendiri” (QS 8:6).

Dibutuhkan kesungguhan yang berlipat ganda. Dibutuhkan kekuatan iman, kesabaran, serta komitmen yang kuat terhadap masyarakat dan dunia Islam secara total, pemikiran yang kreatif, pengorbanan. Keimanan yang sanggup menganggap kecil segala pengorbanan yang diberikan. Setelah berketetapa hati, bertekad bulat, hendaklah bertawakkal, serahkan sepenuhnya kepada Allah>

(Asrir KS1008241445 written by sicumpaz@gmail.com)

Pergaulan bebas dan kriminal

Pergaulan bebas dan criminal

Pergaulan bebas antara pria dan wanita salah satu meningkatnya tindak criminal di dalam masyarakat. Dansa dansi, minum miras, pergaulan bebas menjauhkan dari agama, lupa kepada kewajiban, gemar pada kemewahan, ogah ibadah, berbusaa setenga telajang (telanjang paha, telajang dada), tak bertanggng jawab pada Alah, pada ibu bapa, pada masyarakat.

Pergaulan bebas ang disirami dengan arak dan judi ditambah dengan propaganda film, televise, bacaan yang bertopeng ilmu pengetahuan (TM Usman ElMuhammady : “Islamic Sociology”, Endang, Djakarta, 1951:44-45).

(Asrir BKS1008241700)

Jaman sudah berubah bung !

Jaman sudah berubah bung !

Ketika ada pihak yang menginginkan kembali ke UUD-45 versi asli dan Pancasla, maka ada pihak lain yang mendukung UUD-45 yang telah diamandemen. Alasannya konstitusi bukan kitab suci. Jaman berubah, konstitusi di manamana di dunia membuka peluang diamandeen.

Ketika ada pihak ang mengingikan sistim pendidikan pada era parlementer, yang serba bebas, demokratis, yang serba beragama, maka ada pihak lain yang mempertahankan sistim penddikan pada era presidensial, yang serta tak bebas, uniform, yang serba seragam.

Ketika ada pihak yang menginginkan teganya embali pola tatanegara, tataniaga kekhilafahan, yang merakyat, maka ada pihak yang mempertankan pola tatanegara, tataniaga jaili sekuler, yang materialis-kapitalis. Alasannya jaman berputar. Yang sudah terjadi tak dapat dimusnahkan. Pola tatanegara jahili sekuler tak dapat dirbah mejad pola tatanegara islami. Pola tataniaga jahii sekuler tak dapat dirubah menjadi tataniaga islami. Lembaga ribawi-bank tak dapat dirubah menjadi lembaga sadaqah-inffaq. Tata budaya, tata busana, media informasi tak dapat diolah menjadi islami.

Sayyid Quthb sejalan dengan imannya sangat optimis bahwa kehidupan yang islamis akan tercipta di Negara-negara Islam. Ia juga jakin terhadap kecocokan Islam sebagai suatu system yang mampu mengatur dunia, bahwa upaya mewujudkan kembali system masyarakat Islam bukanah suatu kemustahilan (“Keadlan Sosia dalam Islam”, Pustaka, bandung, 1994:339-341).

Mengacu kepada “Islam di Smpang Jalan” nya Leopod Weiss (Mammad Asad) menyimpulkan bahwa jiwa orang-orang Eropa saat ini sama seali tdak cocok untuk menerima ajaran-ajaran Islam. Dibutuhkan beberapa generasi lagi di mana Barat mau menyebarkan semangat Islam ke segenap penjur ( idem, 1994:347-348)

(Asrir BKS1008250930)

Stigma Khawarij dan Teroris


Cap Khawarij dan Teroris

Khawarij (Khariji) dan teroris adalah cap, label, sebutan, predikat yang diandangkan oleh pihak Islam tertentu terhadap pihak Islam lain yang bersebeangan. Yang dicap sama sekali menolak, tidak menrima cap tersebut. Yang mencap brdaya upaya memanipulasi nash untuk membenarkan cap yang mereka sandangkan itu. Mereka merasa sebagai ahli syar’I yang punya otoritas untuk member cap seperti itu. Padahal dalam terminology syari’at tak ada yang namanya teroris. Yang ada hanyalah bughat.

Dulu predikat khawarij itu disandangkan kepada mantan pasukan Ali bin Abi Thalib yang membangkang, memberontak, menolak kepemimpinan Ali sebagai pemimpin umat Islam yang sah, karena Ali mau bertahkim (berdamai ?) dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Kini yang namanya teroris disandangkan kepada yang memberontak, menolak keabsahan penguasa Muslim, membangkang terhadap pemerintahan Islam yang sah.

Dalam hadis-hadis yang dikategorikan mengenai sifat khawarij dan anjuran membunuhnya sama sekali tak ada menyebut predikat khawarij. Kaum khawarij ditumpas karena melawan, memberontak, menantang pemerintah yang sah. Para bughat juga ditumpas kaena menantang, melawan, memberontak pemerintah yang sah. Orang-orang Islaam yang memberontak kekuasaan pemerintah Islam yang sah ini tak pernah dicap kafir, baik oleh Ali, Ibnu Abbas, mapun oleh Umar bin Abdul Aziz.

Syari’at membedakan antara pemberontak (bughat) dengan pengacau (teroris ?). Tatacara menghadapi pemberontak mengacu pada ayat QS 49:9, sedangkan tatacara menghadapi pengacau mengacu pada ayat QS 5:33. Sayangnya, yang merasa diri ahli syari’at mengacaukan pengertian teroris dengan bughat.

Hal terlarang


Hal terlarang (yang diharamkan)

Semua hal yang terlarang, yang diharamkan Islam sangat disukai oleh setan dan pengikutnya (jahili-sekuler). Setan dan pengikutnya (jahili-sekuler primitif dan modern) menyukai hal-hal yang merusak, yang mengacaukan, yang kotor, yang jorok. Merusak, mengacaukan akidah, ibadah, muamalah, akhlaq. Merusak, mengaaukan agama, raga, akal-pikiran, keturunan, harta benda, kehormatan. Menyukai, menyenangi yang kotor, jorok, fahsya, munkar, maksiat, kekacauan, kerusuhan, keresahan, pertengkaran, perselisihan, bakuhantam.

Sepanjang masa selalu aja ada yang membela, mempertahankan ketertiban, kebersihan. Bersih akidahnya, bersih ibadahnya, bersih muamalahnya, bersih akhlaqnya. Inilah yang dilakukan oleh pemeluk Islam. Pertarungan antara pemeluk Islam dan penganut jahili-sekuler berlangsung sepanjang masa. Pertaraungan antara pembela ketertiban dan kebersihan dengan pembela kerusakan dan kejorokan.

(Asrir BKS1008151300 written by sicumpaz@gmail.com)

Akhlaq buah ibadah


Akhlaq buah ibadah

Akhlaq itu lebih tinggi dari moral, etika. Ada akhlaq terpuji dan ada pula akhlaq tercela. Yang berakhlaq terpuji disebut berakhlaq. Ada dua nama yang sangat menonjol di bidang studi akhlaq. Pertama AlGhazali (Simak antara lain Muhammad Zaky Mubarqak : “AlAkhlaq ‘ind alGhazaly”, Kaherah). Kedua Maskaaih dengan “Tahzib alAkhlaq” (Simak antara lain Prof Dr Omar Mohammad alToumy alSyaibany : “Falsafah Pendidikan Islam”; Prof Dr Hanka : “Lembaga Budi”).

Ajaran akhlaq adalah ajaran Allah yang disampaikan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. “Aku – kata Rasulullah aw – diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq”. Misi yang diemban Islam aalah menyebarkan akhlaq paripurna.

Dasar, sendi, asas dari akhlaq itu adalah iman kepada Allah dan iman kepada hari Akhir. Metoda, caranya memlalui ibadah. Ibadah itu berperan mendidik, melatih untuk bersikap taqwa. Taqwa itu berarti peka, sensitive. Peka secara spiritual dan social. Dalam kaitan dengan akhlaq, maka ibadah merupakan pendidikan, pelatihan untuk berakhlaq. Dengan demikian akhlaq itu berarti peka secara spiritual dan social.

Orang berakhlaq itu peduli akan Tuhannya, Nabinya, Agamanya, Masyarakatnya. Namun dalam tataran empiris, bagaimana mengwujudkan peningkatan akhlaq melalui jalur ibadah. Apakah dengan memperbanyak ibadah. Apakah ada kaitan antara banyak ibadah dengan tingkat akhlaq. Dan bagaimana pula meningkatkan mutu, kualitas ibadah. Setiap Jum’at para Khatib menyeru jama’ah untuk menigkatkan mutu, kualitas taqwa. Tapi tanpa diseertai denga cara yang praktis.

(Asrir BKS1008151515 written by sicumpaz@gnail.com)

Sunday, August 29, 2010

Sudut pandang

Sudut pandang

Pemahaman seseorang terhadap sesuatu tergantung dari sudut pandangnya terhadap sesuatu itu. Sudut pandang dipengaruhi oleh berbagai factor. Antara lain oleh latar pendidikannya, baik formal maupun non-formal. Oleh hal-hal yang ia saksikan, baik melalui mata, maupu melalui telinga, baik berupa bacaan, siaran-tayangan televise-radio. Oleh pengalaman, baik yang menyenangkan, maupun yang menyedihkan ((Simak antara lain TABLIGH, Vol.4, No.02/15 Mei-15 Juni 2006, hal 25 “Dakwah Kultural Muhammadiyah”, oleh Drs Syamsul Hidayat MA).

Karena berbeda pendidikan, pengalaman, pengamatan, maka berbeda pula pemahaman tentqang situasi masa ini. Ada yang memandang bahwa situasi kini adalah situasi damai, situasi aman, situasi untuk amar bil makruf. Selaiknya ada yang memandang bahwa situasi kini adalah situasi perang (darul harbi), situasi untuk nahi ‘anil munkar. Dengan menggunakan kacamata globalisasi, geopolitik, tampak nyata bahwa di mana-mana di dunia ini umat Islam diteror secara sistimatis, umat Islam jadi sasaran terror dari musuh-musuh Islam, baik musuh yang terang-terangan, maupun musuh yang sembunyi-sembunyi. Dunia ini adalah dunia perang, baik secara idiologis-akidah, mau pun secara fisik-qithal. Sudut padang tak dapat dinafikan, tak dapat dinegasikan oleh sudut pandang lain.

(Asrir BKS1008300515 written by sicumpaz@gmail.com)

Jangan usil urusan orang

Jangan usil

Jangan urusin yang bukan urusanmu. Jangan fikirkan yang bukan urusanmu. Ini mubazir, perbuatan yang sia-sia, yang membuang-buang enersi.

Yang bukan ustadz jangan memikirkan urusan dakwah. Yang bukan guru jangan memikirkan urusan sekolah. Yang bukan politisi jangan memikirkan urusan politik. Yang bukan ekonom jangan memikirkan urusan ekonomi. Yang bukan budayan jangan memikirkan urusan budaya. Yang bukan siapa-siapa jangan memikirkan apa-apa. Yang awam harus diam, tutup mulut, jangan ngomong. Cukup hanya mendengarkan, melihat, menyaksikan. Tak ada komentar, kritik, kecaman. Apakah bendar demikian ?

(Asrir BKS1008270515 writen by sicumpaz@gmail.com)

Tiada keteladanan dari sosok pendakwah


Tiada keteladanan

Setiap tahun, setiap Ramadhan di masjid tempat saya tinggal setiap malam setelah shalat tarawih diisi dengan santapan rohani yang disampaikan oleh penceramah-penceramah secara bergilir, bergantian terjadwal. Sehabis melakssanakan shalat witir, seluruh para jama’ah pada pulang. Masjid tinggal kosong melompong. Begitulah berulang-ulang, tahun berganti tahun.

Di antara isis ceramah adalah agar mengisi Ramadhan dengan tadarusan, membaca Qur:an dan i’tikaf di masjid. Namun saying seribu saying, ceramah tetap tinggal ceramah. Tak ada seorang pun penceramah yang siap memberikan contoh, yang siap mengajak dan membimbing jama’ah bertadarus, beri’tikaf setelah shalat witir sampai tengah malam.

Sama sekali tak terasa dampak ceramah tersebut. Hal ini karena tak ada keteladanan, tak ada sosok penceramah yang terpanggil memberikan contoh, telada kepada jama’ah tentang yang diceramahkannya. Penceramah jalan sendiri. Jama’ah jalan sendiri. Sebenarnya tak ada suasana berjama’ah.

Barangkali di masjid-masjid lain pun tak beda halnya dengan masjid tempat saya tinggal. Setelah shalat witir, masjid tinggal kosong melompong. Tak ada tadarusan, tak ada I’tikaf. Silakan lacak, telusuri sendiri.

(Asrir BKS1008282200 writen by sicumpaz@gmail.com)

Bagimana konsep matematika ibadah


Bagaimana konsep matematika ibadah

Disebutkan bahwa shalat berjama’ah di masjid dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendiri di rumah (Simak HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar dalam Terjemah “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, jilid II, halaman 160, hadis no.1, Terjemah “Bulughul Maram” Al’Asqalani, halaman 217, hadis no.421). Apakah ini berarti bahwa akhlaqseseorang yang secara rutin shalat berjama’ah di masjid 27 kali lebih baik dari yang shalat sendiri di rumah ? Apakah efektifitas shalat berjama’ah di masjid secara rutin dapat dilacak ditelusuri sesudah keluar dari masjid , bahwa kesalehan ritual dan kesalehan sosialnya meningkat 27 kali dari sebelumnya ?

Disebutkan bahwa shalat di Masjid Nabawi lebih baik dari 1000 kali daripada shalat di masjid lain, sedangkan shalat di Masjidil Haram lebih baik 100 kali daripada di Masjid Nabawi ( Simak HR Bukhari dan Muslim dari Abuhurairah, dalam Terjemah “AlLukluk wal Marjan” Muhammad Fuad Abdul Baqi, jilid I, halaman 474, hadis 881). Apakah ini berarti akhlak seseorang yang secara rutin shalat di Masjidil Haram lebih baik ribuan kali daripada yang shalat di masjsid lain. Apakah orang-oang yang bermukim di sekitar kedua masjid itu yang hanya dapat hak/fasilitas untuk memperoleh kebaikan ribuan kali ? Apakah setelah beribadah di Masjidil Haram (Haji atau Umrah) sikap mental (kesalehan ritual dan kesalehan social seseoang akan meningkat lebih baik ribuan kali dari sebelumnya ?

Disebutkan bahwa amalan sunat pada bulan Ramadhan bernilai seperti amalan wajib (Simak Terjemah “Riadhus Shalihin”, jilid II, halaman 463, hadis no.8, HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas). Apakah ini berarti akhlaq seseorang yang secara rutin melakukan amalan sunat lebih baik daripada yang hanya melakukan amalan wajib saja ? Apakah tolok ukur yang dapat digunakan untuk melihat bahwa kesalehan ritual (spiritual) dan kesalehan social seseorang itu meningkat ?

Bagaimana kaitan antara kepekaan/kesalehan ritual/spiritual dengan kepekaan/kesalehan sosial. Apakah semakin meningkat kepekaan/kesalehan ritual/spiritual akan semakin meningkat kepekaan/kesalehan sosial. Bagaimana kaitan antara ibadah dengan akhlaq. Apakah ibadah itu merupakan cara, metoda untuk meningkatkan akhlaq. Rasulullah diutus untuk meningkatkan akhlaq manusia.

Disebutkan bahwa haji/umrah adalah jihad para wanita (Simak HR Ahmad, Ibnu Majah dari Aisyah, dalam Terjemah “Bulubhul Maram”, halaman 352, hadis no.727). Bagaimana halnya kalau wanita yang sudah menunaikan ibadh haji/umrah itu kebetulan masih punya dana untuk menunaikan ibadah haji/umrah, apakah ia harus kembali menunaikan ibadah haji/umrah ? Bagaimana kalau saat itu di lingkungannya bertempat tinggal terdapat proyek keagamaan (seperti pembangunan masjid, madrasah) yang sangat membutuhkan dana pembangunan. Apakah ia harus mengutamakan mewakafkan hartanya untuk pembangunan proyek keaamaan ? Dan bagaimana kalau di sekitarnya banyak fakir-miskin yang sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apakah si wanita itu harus lebih mendahulukan menyantuni oang0oang papa ?

Di dalam sejarah pernah disebutkan seorang dermawan dan hartawan besar yang tidak sempat berzakat, namanya Ma’an bin Zaaidah. Ia hidup pada akhir pemerintahan Umaiyah dan awal pemerintahan Bani Abbas. Sumber kekayaannya amat besar, dan ia selalu member orang hadiah, murah tangan, sehingga setelah tahun habis dia tak dapat berzakat, karena hartanya yang tinggal tak sampai nisabnya (Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, Panjimas, juzuk II, 1983:91). Tentu saja pemberiannya bukanlah recehan, remahan. Kalau besarnya receh, remah taklah akan menguras kekayaannya.

Ada seseorang yang sudah menunaikan ibadah haji dan umrah, kini bermaksud akan berumrah bersama sekeluarga lagi. Pada saat yang sama beberapa saudara kandungnya hidupnya sangat memprihatinkan (melarat, manyarapih), membutuhkan modal usaha. Mana yang lebih mulia di sisi agama dan kemanusiaan, apakah member saudra bantuan modal usaha ataukah berangkat sekeluarga menunaikan ibadah umrah ?.

Disebutkan bahwa yang sempat beribadah pada malam lailatul qadar, maka nilai amal-ibadahnya meningkat lebih dari seribu kali daripada malam hari biasa. Apakah ini berarti juga nilai ketakaan, kekhusyu’annya meningkat lebih daripada seribu kali sebelumnya ? Ketakwaan, kekhusu’an itu mengandung, mencakup pengertian kepekaan, kesalehan spiritual (teologis, teosentris, domestic, individual)) dan social (sosiologis, antroposentris, public, intelektual) ?

Dalam hubungan ini ada terminologi Islam, yaitu “zuhud”. Zuhud adalah sikap hidup yang lebih peduli pada kesejahteraan sosial daripada kemewahan diri meskipun ia mampu.

(Asrir BKS1009140700 written by sicumpaz@gmail.com)

Ibadah membentuk kejujuran


Ibadah membentuk kejujuran

Adakalanya shalat kita batal, yang tahu hanya kita sendiri. Orang lain tak tahu. Namun kita akan mengulagi shalat kita, meskipun orang lain tak tahu penyebabnya. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri.

Ketika puasa, adakalanya kita punya kesempatan untuk makan, minum atau bergaul intim dengan pasangan yang sah, namun kitaa tak melakukannya, meskipun orang lain tak tahu, tak menyaksikannya. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri.

Ketika berihram (haji atau umrah), adakalanya kita punya kesempatan menangkap hewan buruan, namun kita tak melakukannya, meskipun oranglain tak ada yang melihatnya. Semata-mata karena takut kepada Allah, karena percaya bahwa Allah tetap melihatnya. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri.

Dalam perlawatannya ke Amerika Serikat sekitar tahun 1952, Hamka (ketika itu baru berusia 44 tahun) ketika menginap di sebuah hotel di Denver ditawari seorang perempuan muda untuk menemani tidurnya, namun Hamka menolaknya, meskipun tak ada orang lain yang tahu. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri (Simak antara lain Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk VII, Panji Masyarakat, 1982:62-63; juzuk XXI, Panjimas, 1982:5-6).

Kejujuran dalam terminology Islam adalah amanah. Lawannya khianat, cuang.

(Asrir BKS1008070600 written by sicumpaz@gmail.com)

Negara Islam Negara Sejahtera Adil Makmur


Negara Islam

Bung Karno (alm) dalam “Temukan Kembali Api Islam” (terbitan khusus Deppen RI No.354, hal 10-11) berkata, Negara berTuhan, neara harus berTuhan, negara harus menyembah kepada Tuhan.

Dalam terminology Islam, Negara berTuhan itu adalah Negara Islam, Negara rahmatan lil’alamin (QS 31:107), Negara sejahtera adil makmur, Negara yang berkadilan social secara menyeluruh, Negara baldatun thaiyibah wa rabbun ghafur (QS 34:15).

Negara Islam itu dasarnya iman kepada Allah, Pencipta alam semesta dan iman kepada Hari Akhir. Acuannya adalah kitabullah (alQur:an) dan Sunnah RasulNya (alhadis) serta siah Nabawiyah dan para sahabatnya. Tujuannya adalah kesejahteraan, keadilan, kemakmuran menyeluruh, bebas merdeka mengikuti hokum Allah.

Berangkaty dari iman, meliati muqarabah (taqarrub ilallah), zuhud (kepekaan social), qana’ah (kepedulian social), ta’awun (kesetiakawan social), menuju rahmatan lil’alamin (Keadilan social yang menyeluruh).

(Asrir BKS1008250915 written by sicumpaz@gmail.com)

Saturday, August 14, 2010

Abu Bakar Baasyir dapat cap Khawarij


Abu Bakar Baasyir dapat cap Khawarij

Awal Ramadhan Ja’far Umar Thalib (dari Lasykar Jihad) tampil di MetroTV mencaci maki Abu Bakar Baasyir (sama dari Solo) sebagai Khawarij. Dulu di malah ASSUNNAH (No.07/1993) ia mencap Jamaluddin AlAfghani sebagai Rafidhi, freemasonry. Koleganaya Luqman Ba’abduh dalam bukunya “Mereka adalah Teroris”, (2005) mencap Muhammadiyah, Persis, AlIrsyad sebagai Khawarij. Keduanya menyandang predikat ulama, tapi akhlaqnya sangat memprihatinkaan, tak beretika, tak santun, melecehkan, mengKhawarijkan, mengkafirkan yang berbeda paham, tak menghormati yang tua, tak mau mendengarkan taushiah, memanipulasi syari’at untuk membela paham, menuduh-nuduh tanpa bukti yang benar (Simak Abduh Zulfikar : “Siapa Teroris ? Siapa Khawarij”, 2006, halaman 47-348). Apa yang bias diperoleh, diteladani umat dari sosok yang menyandang predikat ulama seperti itu.

Abu bakar Baasyir dan Thagut

Abu bakar Baasyir (ABB) adalah sosok yang dimusuhi oleh thaghut (jahili sekuler). Bagaimana pun, thagut akan berdaya upaya memposisikan ABB dalam pandangan sebagai penyandang predikat teroris. Kesalahan, tuduhan, tudingan bisa saja dicari-cari, dikarang-karang. Kebenaran ditentukan oleh kekuasaan, kekuatan.

Kalau negeri ini masih tetap pada demokrasi (kurang ajar /) maka pendapat, pandangan, paham tak boleh diadili, diperkarakan. Paham ABB bisa disimak dari Fauzan AlAnshari (“Saya Teroris ?”, 2002), dari Umar Abduh (MetroTV 2010). ABB adalah pembela jihad fisabilillah. Jihad bukanlah teroris. ABB adalah Sayid Qutubnya Indonesia masa kini. Dalam pandangan ABB, Indonesia masa kini bukan lahan jihad fisik.

Hamka bicara Nabhani

Yang membuat dan menyebarkan berita fitnah tentang Sayid Jamaluddin AlAfghani dan Syekh Muhammad ‘Abduh pada mulanya dilakukan oleh Syek Yusuf bin Ismail Nabhani. Ia mengarang buku-buku tentang Tasauf antara lain “AlQudul uklah, fi madaihin Nabawyah” (Kalung leher dari mutiara, perihal memuji-muji Nabi). Di dalam kitab itu Nabhani memfitnah, mencaci maki ayid Jamaluddin AlAfgani dan Syaikh Muhamamd ‘Abduh. Nabhani mengarang-ngarang cerita fitnah tentang Jamaluddin AlAfghani dan Muhammad ‘Abduh, bukan berdasar pada sumber berita yang sahih, tetapi semata-mata berita isapan jempol dalam kayalnya. Dusta yang dibuat Syaikh Nabhani sangat laris laknya di Indonesia bertahun-tahun dalam kalangan golongan yang mempertahankan status quo yang benci kepada pembawa perubahan seperti Muhammadiyah, AlIsyad, PERSIS, Thawalib, POESA (Simak PANJI MAsyarakat, No.175, 15 Mei 1975, halaman 30-31).

Di antara ang memamah fitnah Nabhani pada masa alu adalah Syaikh Muhammad Jamil aho (Terkenal dengan predikat Angku Jao dari Padang Panjang) (Simak dalam bukunya : “Tatdzkiratul Qulub”, Nusantara, ukittnggi, 1956:53-59, cetakan keempat). Dan pada masa kini Ustadz Ja’far ‘Umar Thalib (Simak ASSUNNAH, Surakarta, No.07/I/1414-1993, hal 31 tanpa rujukan).

(Asrir BKS1007250930)

Monday, August 09, 2010

Mencari Islam yang hidup yang menghidupkan


Mencari Islam yang hidup yang menghidupkan

Islam yang bergelora, yang berkobar-kobar di dada. Islam yang menggerakkan, mendorong aktivitas untuk melaksanakan, menyebarkan kebakan ke se antero bumi (amal saleh, hasan, makruf, khair, birr) dan mencegah-tangkal keburukan (amal su:u, munkar, syaar, fajir, maksiat).

Islam itu bagaikan udara (oxygen) yang menghidupkan manusia (jiwanya). Anpa Islam, manusia tak bernyawa. Alirka Islam itu ke seluruh pembuluh kehidupan. “Wahai orang yang beriman. Sambutlah panggilan Allah dan RasulNya, apabila ia mengajak kamu kepada apa-apa yang menghidupkan kamu” (QS 8:24).

Isla itu agama peradabaqn, merubah manusia dari biadab ke beradab. Islam meletakkan bat pertama bagi kehidupan dan kemajuan (peradaban) ialah kemerdekaan jiwa manusia sendiri. Kemerdeaan dari ketakutan keada yang ta perlu dan tak pantas ditakuti. Yang pantas ditakuti hanyalah Allah Yang Maha Kuasa. Kebebasan dari penyembahan, pemujaan kepada ang selain Allah. Hanyalah Allah ang pantas disembah, dpuja. Yang pantas dipatuhi aturannya hanyalah Allah Yang Maha Kuasa. Pengabdian kepada Allah (ibadah yang tuus) merupakan sumber kekatan, keungglan (Simak antara lain M Natsir : “Fiqhud Dakwah”, Ramadhani, Semarang, 1981:33-31; dan simak juga Mushthafa alGhalayainy: AlIslam Ruh alMadaniyah”, AlWafa:a, Beiruet, 1935).

Sukarno ketika jadi Presiden RI pernah menyatakan dam pidatonya tahun 1964 bahwa ia telah melanglang buana ke dalam “the world of the mind”, dan menemukan bahwa Islam it6u adalah agama universal, dapat diterapkan di mana saja di muka bumi ini (Simak pidato Sukarno berjudul “Temukan Kembali Api Islam”, terbitan Deppen RI, No.354). Namun saangnya Skarno tak pernah berupaya menerakan Islam itu d Negara Republik Indnesia ini. Sukarno lebih menyukai gado-gado Pacasila (Humanisme, nasionalisme, Demokratisme, Sosialisme, Theisme) yang dia pusngut dari pemikiran Barat/Eropa.

Islam yang hidup, yang menghidupkan. Makrifatullah, mahabbatullah, ruhulIslam mendorong, menggerakkan pemeluknya ke taraf orang-orang saleh, menjelajah dunia ke segenap penjuru seraya mengajak dunia memeluk Islam. Jiwa merdeka tak gentar akan ancaman maut, sap menceburkan diri ke dalam kancah jihad f sabilillah. Semua dilakkan hanya semata-mata mengharap ridha Allah, bukan mengharapkan ridha manusia, bukan mengharapan popularitas diri bukan mengharapkan predkat pahlawan, dan lain-lain (Simak antara lain Prof H Bahrum Rangkuti : “AlQur:an, Sejara dan Kebudayaan”, Bulan Bintang, akarta, 1977:31-32; dari Fadlu Muhammad : “Les Tressors Spirituels”, Mauritius, The Muslim Association, 1964:10).

(Asrir BKS1008090630)




Ibadah membentuk kejujuran

Ada alanya shalat kita batal. Yang tahu hanya kita sendiri. Orang lain ta tahu. Namun kita akan mengulangi shalat kita ang batal itu, meskpun orang lain tak taku penyebab kebatalannya. Ha ini karena ada kejujuran dalam diri.

Ketika puasa, adakalanya kita punya kesemepatan untuk makan, minum atau bercampur dengan isteri/suami, namun kita ta melakukannya, meskipun orang lain tak ada yang tahu, tak menyaksikannya. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri.

Ketika berihram (haji atau umrah), adakalanya kita punya kesempatan menangkap hewan buruan, namun kita tak melakukannya, meskipun orang lain tak adayang melihatnya. Sematamata hanya karena takut melanggar aturan Allah, karena percaya bahwa Allah tetap melihatnya. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri.

Dalam perlawatannya ke Amerka sekitar tahun 1952, Hamka (ketika itu baru bersia 44 tahun) ketika menginap di sebuah hotel di Denver ditawari seorang perempuan muda untuk menemani tidurnya, namun Hamka menolaknya, meskipun tak akan ada orang lain yang tahu. Hal ini karena ada kejujuran dalam diri (Simak antara ain Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar:, juzuk VII, Panji Masyarakat, 1982:62-63; juzu XXI, Pustaka Panjimas, 1982:5-6).

Kejujuran dalam terminology Islam adalah amanah. Lawannya adalah khianat, curang. Jujur adalah sifat terpuji. Lebih terpuji lagi pada penguasa Penguasa yang jujur itulah yang jadi idaman masyaraat beradab.

(Asrir BKS1008070600)

Islam di tengah lumpur kemewahan


Islam di tengah lumpur kemewahan

Di tentah lumpur ke mewahan dunia (materialisme-kapitalisme) Islam tak mampu tumbuh subur berkembang, tatapi tumbuh kerdil (marangeh). Inilah dampak negative dari keserakahan, kerakusan akan dnia (takatsur, hubbun dunya) terhadap Islam. Kerakusan akan dunia akan melemahkan semangat kebanggan akan Islam..

“Demi Allah, bukan kemiskinan yang saya kuatirka atas kamu, tetapi saya khawatir kalau terhampar luas bagimu dunia ini, sebagaimana terhampar pada orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba sehingga membinasakan kamu ssebagaimana telah membnasakan mereka” (HR Bukhari, Muslim dari Amr bin Auf alAnshary dalam Terjemah “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, jilid I, halaman 401, hadis no.1, pasal “Keutamaan zuhud, tidak rakus pada dunia; simak juga HR Bukhari, Muslim dari Abi Said alKhudry dan “Lukluk wal Marjan” Fuad Muamamd Abdul Baqy, jilid I, halaman 323, hadis no.625 dan 626, Bab : Kekuatiran dan kemewahan hidup di dnia).

(Asrir BKS1008080545)

Noda-noda hitam dalam sejarah Islam

Berlumuran noda-noda hitam damal sejarah Isam. Sejarah Islam penuh dengan lumuran noda-noda hitam. Mulai dari penggugatan, pendongkelan akan legalitas/keabsahan kekhalifahan tsman bin ‘Affan. Berlanjut dengan aaksi perlawanan, pembangkangan pasukan Mu’awyah bn Abi Sufyan terhadap kekhafahan ‘Ali bin Abi Talib. Diteruskan dengan aksi perlawanan, pembangkangan Bani ‘Abbas terhadap kehalifahan Bani Umaiyah. Apai akhirnya dengan penumbangan kekhalifahan Bani Seljuk.

Para pemikir-pemikir Isam seyogianya secara serius merenungkan, melakukan inftrospeksi diri. Kenapa mat Islam anya betah diatur oleh Islam selama 25 tahun yaitu pada masa Rasulullah dan masa Khalifah Abu Bakar dan ‘Umar. Masyarakat Islam sejahtera adil makmur pada masa Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz hanya sekitar dua tahun. Setelah itu umat Islam mlai merasa gerah datur oleh Islam, meskipun masih ada yang menyeru agar kembal pada Islam (Qur:an dan Hadits). Kenapa pemerintahan Islam tak bisa bertahan, tak bisa langgeng lestari, hanya berusia pendek, sekitar 25 tahun ? (Simak antara lain Sayyid Quthb : “Keadilan Sosial Daam Islam”, Pustaka, Bandung, 1994:262).

Bangsa, umat ini hanya tertarik mengambil kapitalisme atau komunisme untuk menyelesaikan masalanya. Kenapa bangsa, umat ini tak tertarik pada solusi yang ditawarkan Islam untuk menyelesakan masalahnya ? Apakah karena para da’i, muballigh, pemikir, ideology Islam dpandang tak memiliki sifat, sikap AlAmin, orang kepercayaan, orang terpercaya ? Apakah karena solusi ang ditawaran tak lebih hanya sebatas wacana (diawang-awang, tak membumi, tak aplikatif) ? Sampai saat ini dunia anya tertarik pada Sistim Ekonomi Kapitalis (Adam Smith) atau Sistim Ekonomi Sosialis (Karl Marx) dan tak tertarik pada Sistim Ekonomi slam (Taqiyuddin?). Ataukah slusi yang ditawarkan tak dapat dipaami leh mereka ? “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka masing-masing” (HR Muslim). Terjemakanlah ajaran Islam sesuai dengan daya nalar objek dakwah (Simak antara lain M Natsir : “Fiqhud Dawah”, Ramadani, Semarang, 1981:162; PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, halaman 30).

Noda-noda hitam itu seluruhnya berkaitan, berhubungan dengan masalah ketatanegaraan. Siapa yang berhak menjadi Kepala Negara. Bagaimana susunan sistim pemerintahan. Dan lin-lain. Kini di kalangan non-Islam marak pertanyaan “Apa untungnya menjadi Negara Islam” (Silakan buka di google). Dan di kalangan Islam muncul pertanyaan “Apa perlunya Negara Islam” (Simak antara lain http://lintastanzhim.wordpress.com).

Jika dicermati secara sungguh-sungguh, daulah Islamiyah tak mengenal Trias Politica. Kepa Negara bertanggungjawab penuh atas tugas eksekutif (ri’ayah) dan yudikatif (qaadhi). Tak dikenal terminology intervensi, menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan.

(Asrir BKS1007250900)

Menangkal aksi pemurtadan


Menangkal aksi pemurtadan

Salah satu usaha, upaya yang barangkali efektif untuk menangkal aksi pemurtadan adalah berkumpul brsama secara rutin di masjid. Islam mewajibkan (wajib ‘ain atau wajib kifayah) agar secara rutin lima kali sehari berkumpul brsama di masjid melaksanakan shalat wajib (shalat maktubah). Pada saat-saat tersebut, imam (pemimpin mat) dapat memeriksa, mengontrol, memonitor sikon jama’ah (umat). Sekaligus baik antara sesama jama’ah (umat) maupun dengan imam (pemimpin mat) bisa saling memberi/bertukar informasi tentang situasi dan kondisi mat. Bersama-sama mencari, menemukan cara penyelesaan masalah. Insya Allah umat akan terbentengi dari aksi-aksi pemurtadan.

Abu Bakar Shiddiq menyarankan agar mat kembali ke masjid, kembali mengacu pada Quran serta kembali mengokohkan tali persaudaraan, tali persatuan. Hanya dengan demikian umat ini akan terpelihara dari rayuan, tipuan, godaan musuh. Taka an ada domba-domba yang akan dmakan serigala.

(Asrir BKS1008081100)

Sunday, August 01, 2010

Wanana Ideologi Negara Islam


Negara Islam itu apa ?

Kini marak bermunculan di kalangan non-Islam pertanyaan “Apa untungnya menjadi Negara Islam” dan di kalangan Islam sendiri pertanyaan “Apa perlunya negara Islam” (Silakan telusuri di google).

Seyogianya tokoh, pemikir, ideology Islam proaktif, serius menjelaskan secara gambling perbedaan antara Negara Islam dengan Negara sekuler. Apa bedanya sosok khalifah dengan raja, presiden, perdana menteri. Berapa lama jabatan khalfah. Kepada siapa khalifah bertanggngjawab. Siapa yang berhak menjadi khalifah. Bagaimana cara penghormatan terhadap khalifah. Bagamaa tatacara penghormatan dalam pasukan/militer Islam. Bagaimana cara pengawalan khalifah. Apakah system protokoler sesuai dengan asas demokrasi, asas persamaan (eqalite). Apakah Negara Islam itu mengenal pembagian kekuasaan (Trias Politica), liberte, egalite, fraternite, pemilu. Bagaimana wujud, bentuk kemerdekaan, kebebasan, persamaan, persaudaraan dalam Islam.

Apakah konsep musyawarah itu sama dengan demokrasi. Apa saja wewenang ulil-amri. Apakah sama dengan majeis permusyawaratan rakat. Apakah Negara Islam mengenal pemilu. Apakah Negara Isla itu mengenal Bank. Apakah Baitulmaal itu sama dengan Bank. Bagaimana wewenang Negara Islam terhadap kecerdasan dan kesejahteraan umat. Apa beda politik ekonomi Islam dengan olitik ekonomi kapitalis danpolitik ekonomi sosialis. Dan lain-lain (Telusuru di google “Penghalang tegaknya syari’at Islam” dan “Ajaran jahili sekuler”). Bagaimana kaitan antara watak kepemimpinan dengan sikap mental zuhud, qana’ah, wara’.

Negara Islam dibangun atas dasar akidah Islamiyah yang undasng-undangnya bersumber pada akidah tersebut. Dalam Islam, Negara merupakan saana untuk terlaksananya hukum-hukum Islam dalam semua urusan kenegaraan dan tersiarnya dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Negara Isam merpakan Negara kesatuan umat di bawah pemerintah pusat yang berdaulat penuh ke dalam dank e luar. Dasar undang-ndang dalam Isam adalah Qur:an dan tafsiran penjelasannya adalah unnah Rasulullah.

(Asrir BKS1007280730)