Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Thursday, March 31, 2011

Menjadi Muslim Ideal

Menjadi Muslim Ideal

“Menjadi Muslim Ideal” demikian judul terjemahan buku “The Ideal Muslim” karangan Muhammad Ali alHasyimi, oleh Ahmad Baidowi, terbitan Mitra Pustaka, Yogyakarta. Ajakan “Menjadi Muslim Ideal” dipahami sebagai “Menjadi Muslim Wasathan, Kaffah, Rahmatan lil ‘alamin, Sunni, Ahlus Sunnah wal Jaama’ah, Paripurna”.

Muslim Paripurna mencakup seluruh unsurnya. Muslim akidahnya, ibadahnya, munakahahnya, mu’amalahnya, jinayahnya, jihadnya, dakwahnya, akhlaknya, politiknya, ekonominya, sosialnya, budayanya, semuanya. Sesuai dengan dosisnya yang pas, mengandung unsure moderat, konfirmis, ekstrim, radikal, militant.

Muslim Wasathan. Lembut pada tempatnya. Keras pada tempatnya. Melakukan sesuatu pada tempatnya. Akidahnya bersih dari noda syirik, takhyul, khurafat, klenik, magik, mitos, animisme, dinamisme. Ibadahnya bersih dari bid’ah. Mu’amalahnya bersih dari tradisi, budaya fahsya, munkar.

Muslim Rahmatan lil ‘alamin. Membawa rahmat bagi semua. Membawa kedamaian bagi semua. Damai bagi manusia. Amai agi hewan, tanaman. Damai bagi non-Muslim. Damai bagi alam semesta. Bahkan damai bagi lawan/musuh dalam pertempuran/perperangan. Semuanya bersih dari dendam, marah, kesumat. Semata-mata lillahi ta’ala. Damai, sejahtera itu adalah salah satu makna, arti dari Islam itu sendiri. Setiap Muslim adalah juru selamat, pembawa kedamain. Semoga keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, keberkahan menyertai semua. “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103290700)

Islam rahmatan lil ‘alamin

Islam kaffah, Islam paripurna adalah yang menerapkan ajaran Rasulullah saw secara utuh, lengkap, meliputi ibadah, munakahah, mu’amalah, jinayah, akhlaq, IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB. Bila Islam diterapkan secara utuh mengikuti ajaran Easulullah, maka dengan idzin Allah akan terwujud komunitas, masyarakat sejahtera adil makmur, masyarakat yang rahmatan lin’alamin, negeri yang baldatun wa rabbaun ghafur.

Konsepsi, prinsip dasar bagi terwujudnya masyarakat marhamah, masyarakat rahmatan lin ‘alamin di antaranya adalah : menyebarkan salam, perdamaa, kedamaian, kerahmatan, keberkahan, kebajikan, mengindari, menjauhi perbuatan munkar, makar, onar, keresaha, kerusuhan, permusuhan, kekacauan’ menumbuhkan kebersamaan, kesetiakawanan, mengendalkanlisan dan perbuatan, tidak melakukan perbuatan yang sia-sia, dan lain-lain.

“Sebarkan salam di antara kamu” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Muslim dari Abu Hurairah dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Keutamaan Salam dan Perintah Menyebarkannya” ). ‘Janganlah engkau pandang rendah apa saja dari kebaikan, walaupun engkau berkan saudaramu hanya dengan muka yang manis” (HR Muslim dari Abidzarr, daLAM “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Menerangkan berbagai macam jalan Menuju Kebaikan” ). “Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah teleh berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat keruskanan di muka bumi” (QS 28:77). “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS 5:2). “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilllah karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS 5:8). “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari prbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan” (QA 16:90). Rasulullah saw menjamin sorga bagi siapa yang sanggup menjaga lidaha (yang di antara dagunya) dan kelamin (Yang di antara pahanya) (Simak HR Bukhari, Muslim dari Sahal bin Sa’ad, dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Beberapa larangan ghibah dan perintah Memelihara Lidah”).

Seluruh ajaran Rasulullah adalah tentang akhla paripurna yang menjurus kepada terwujudnya ketertiban, keamanan, kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kemakmuran. Dengan kata lain akan terujud masyarakat madani, civil society (civilization). Simaklah ayat-ayat alQur:an dan alHadits, antara lain dalam buku Dr Muhammad Ali alHasyimi : “Menjadi Muslim Ideal” (The Ideal Muslim : The true Islamic Personality as difined in the Qur:an and Sunnah), kitab Imam nawawi : “Riadhus Shalihin”.

Antara pengakuan dan identitas

Bila seseorang mengaku sebagai orang Indonesia, tetapi mengakui pula lagu Wihelmus atau Kimigayo atau Long Live The King atau Rayuan Kelapa ata lainnya sebagai lagu kebangsaan Indonesia, atau mengakui pula bendera tiga warna atau benderah putih merah, atau bendera lainnya sebagai bendera Indonesia, apakah pengakuannya tersebut bisa diterma ? Dan bagaimanakah seharus sikap orang Indonesia kepadanya. Apakah akan membiarkan pengakuannya itu ? Ataukah akan menyuruhnya untuk mencabut pengakuannya itu ? Ataukah akan menghadapinya dengan bentrokan fisik ?

Bila seseorang mengaku sebagai orang Islam, tetapi mengakui pula ada Nabi setelah Nabi Muhammad, atau mengakui pula ada Qur:an yang lain, apakah pengakuannya tersebut bisa diterima ? Dan bagamana seharusnya sikap orang Islam terhadapnya ? Apakah akan membiarkan pengakuannya itu ? Ataukah akan menyuruhnya untuk mencabut pengakuannya itu ? Ataukah akan menghadapnya dengan bentrokan fisik ?

Hanya satu jalan yang benar

Tajuk KORAN TEMPO, Minggu, 13 Februari 2011, hal A2, yang ditulis oleh Putu Setia dengan judul “Sesat” benar-benar sesat menyesatkan. Disebutkan bahwa “Ahmadiyah bukan sesat, mereka hanya memilih jalan yang berbeda”. “Memilih jalan yang berbeda itu tidak berarti sesat, karena tujuan yang hendak dicapai sama saja”. “Orang harus menghormati semua jalan, tak boleh ada celaan dan penistaan”.

Logkanya benar-benar “benar”, benar semu, benar palsu, benar manipulatif, benar sesat menyesatkan. Yang benar itu hanya satu. Yang lain dari itu adalah sesat. Untuk menjadi seorang Indonesia, anya ada satu jalan, satu cara yang benar, yaitu dengan memiliki kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia. Tak ada jalan, cara lan yang benar. Jalan, cara lain adalah jalan, cara yang salah, yang sesat.

Berpikir ilmiah

Logika (Ilmu Berpikir, Ilmu Mantiq) warisan peninggalan Socrates, Plato, Aristoteles adalah cara, metoda berpikir benar, berpikir lurus. Hasil dari logika adalah kebenaran relative, kebenaran nisbi. Sedangkan Kebenaran absolute, kebenaran mutlak adalah dari Yang Mutlak, dari Tuhan, Penguasa alam semesta. Kebenaran nisbi disebut juga dengan kebenaran objektif. Yang menyimpang dari kebenaran nisbi disebut kebenaran subjektif.

Untuk dapat memperoleh kebenaran objektif disebutkan haruslah dengan menggunakan metoda ilmiah modern, yatu dengan terlebih dahulu membebaskan diri dari segala prasangka (zhanni, asumsi, presumption), pandangan hidup (way of life) dan kepercayaan (agama) yang ada pada diri (Simak antara lain Muhammad Husein Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, Tintamas, Jakarta, 1984:114). Dengan demikian, maka untuk dpat memperoleh kebenaran objektif mengenai agama haruslah keluar dulu dari agama yang dianut (Simak juga Adian Husaini : “KEMI”, Gema Insani, Jakarta, 2010:162, tentang Metodologi Studi Agama-agama dari Kelompok Sekularisme-Pluralisme-Liberalisme). Yang memiliki pemahaaman seperti ini dise but dengan vriydenker, freethinker, liberalis, pemikir bebas (dari agama).

Prinsip berpikir ilmiah kontemporer adalah : empiris, rasional, objektif imparsial, relativisme moral, agnostic, aksoma spekulatif, pendekatan parsial. Sedagkan berpikir ilmiah agamawi/religi adalah : metaempiris, intuitif, objektif partisipatif, aabsolutisme moral, eleplisit, aksioma agama, pendekatan holistic.

Langkah metoda ilmiah. Pertama pengumpulan data atau informasi secara objektif (penelaahan sumber) melalaui penelitian. Keda perumusan hipotesa (kaidah/prinsip). Ketiga prediksi (penyusunan teori). Keempat pengujian hipotesa. Sedangkan cara yang ditempuh ulama fiqih menentukan kaidah-kaidah ushul adalah seperti berikut . Pertama menela’ah sumber syar’iat. Kedua merumuskan kaidah-kaidah ushul dari sumber syari’iat. Edua merumuskan ketentuan hukum dengan kaidah-kaidah ushul. Keempat memeriksa ketentuan hukum dengan sumber syar’iyah. Kelima merumuskan kembali kaidah-kaidah ushul.

Menyikapi Musuh Islam

Yang tak mengakui bahwa “Tak ada Tuhan selain Allah” dan tak mengakui bahwa “Muhammad adalah Rasul/Utusan Allah” di segi akidah (keimanan, kepercayaan, ideologis) selama ia tak menampakkan permusuhan secara nyata-konkrit (seperti tindakan caci maki, agitasi, provokasi, intimidasi). Terhadap mereka yang memusuhi Islam secara ideologis ini, Islam hanya bersikap “Maka barangsiapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan barangsapa yang ngin kafir biarlah ia kafir” (QS 18:29), “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS 109:6), “Tak ada paksaan untuk memasuki agama Islam” (QS 2:256), “Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu” (QS 42:15).

Yang tak mengakui bahwa “Tak ada Tuhan selain Allah”, tetapi mengaku bahwa ada pula Nabi/Rasul setelah Nabi Muhamad, adalah juga musuh Islam di segi akidah (keimanan, kepercayaan, ideologis), selama a tak menampakkan permusuhan secara nyata-konkrit (seperti tindakan caci maki, agitas, provokasi, intimidasi). Terhadap mereka ini Islam membolehkan memperlakukan mereka sebagai objek dakwah dengan jalur mujadalah, adu hujjah/argmentasi).

Terhadap mereka yang terang-terangan menampakkan kebencian. Permusuhan terhadap Islam seperti tindakan caci maki, agitasi, provokasi, intimidasi, Islam membuka pintu balasan yang setimpal. Bahkan dalam perperangan sekali pun ada batas-batas yang sama sekali tak boleh dilewati (Simak antara lain QS 2:190).

Yang memusuhi Islam secara ideologis (akidah) biasanya disebut dengan kafir. Kekafiran tersebut menyebabkan terputusnya hubungan pertalian darah, seperti hubungan waris-mewarisi, hubungan nikah-menikahi, hubungan imam-mengimami, hubunan shalat-menshalati, dan lain-lain.

Umat Islam masa kini, khususnya para ulama haruslah mengkaji ulang, dan memahami secara mendalam latar belakang yang menyebabkan umat Islam masa lalu membakar Masjid Dhirar, memerangi Musailaamah alKadzab dan pengikutnya. Dengan demikian penerapannya dapat dilakukan secara tepat.

(Simak antara lain karya tulis Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz tentang “Yang Membatalkan Keislaman”, dalam “Petunjuk Jamaah Haji dan Umrah”, susunan Badab Penerangan Haji Saudi Arabia; Sayyid Quthub : “Petunjuk Jalan”, Bab IV, “Jihad fi Sabilillah”)

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1102080500)

Cukup yang mencakupi

Cukup yang mencakupi

“Adalah Rasulullah saw gemar sekali pada kalimat do’a yang singkat, tetapi meliputi semua maksud dalam berdo’a dan meninggalkan selain itu” (HR Abi Daud dari ‘Aisyah ra dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Do’a-do’a’).

“Kebanyakan do’a Nabi saw : Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan hindarkan kami dari api neraka” (HR Bukhari, Muslim dari Anas ra dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi pasal ‘Do’a-do’a’).

Nabi saw menunjukkan do’a yang dapat menghimpun/mencakup semua itu : “Ya Allah saya mohon kepdaMu sebaik-baik yang diminta oleh Nabi Muhammad saw dan saya berlindung kepadaMu dari kejahatan/bahaya yang Nabi Muhammad saw minta perlindunganMU daripadanya, Engkaulah tempat meminta bantuan pertolongan dan Engkau pula yang menyampaikan, dan tiada daya, dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah” (HR Tirmidzi dari Abu Ummah dalam “Riadhus Shalinin” Imam Nawawi, pasal ‘Do’a-do’a).

Saya telah membaca empat kalimat berulang tiga kali (setelah shalat shubuh) yang niscaya cukup memadai, yaitu : “Aku mensucikan Allah dengan memujiNya sebanyak bilangan makhlukNya, dan sebesar keridhaanNya akan diriNya, dan seberat timbangan‘arasyNya, dan sepanjang hitungan kalimatNya” (HR Muslim dari Ummul Mukminin Juwairiyah binti alHarits ra dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Anjuran dan Keutamaan Berdikir’).

“Berhemat dalam melakukan ta’at” (Salah satu pasal dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi).

“Saya telah shalat bersama Rasulullah saw, maka shalatnya sedang, dan khutbahnya juga sedang-sedang” (HR Muslim dari Abu Abdullah (Jabir) bin Samurah ra dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Berhemat dalam melakukan ta’at’).

“Jangan marah” (HR Bukhari dari Abi Hurairah dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Sabar’). Marah itu menghimpun berbagai kejahatan.

Rasulullah saw mengajarkan suatu kalimat yang cukup menyimpulkan pengertian Islam, yaitu : “Katakanlah aku percaya kepada Allah, kemudian tetap konsekwen mendisiplinkan diri terhadap pengakuan” (HR Muslim dari Abu Amru (Sufyan) bin Abdullah atsTsaqafy ra dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Istiqamah’).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103300815)

Pemberdayaan umat dengan ibadah (Mengayakan Jiwa)

Pemberdayaan umat dengan ibadah (Mengayakan Jiwa)

Ibadah dapat pula dipandang sebagai lahan pendidikan, pelatihan untuk memberdayakan umat menjadi orang-orang bertakwa (QS 2:21).

Orang bertakwa itu sebenarnya adalah sosok unggul yang memiliki potensi (keberdayaan0 dalam kecerdasan (quotion), kepekaaan (sensitivitas), kepedulian (ketanggapan, responsibilitas) yang tujuh, yaitu : Spiritual, Intelegensia, Emosional, Visi, Organisasi, Kepemimpinan, Sosial.

Orang yang menjalankan ibadah itu proaktif melaksanakan amal shaleh, amal sosial, bekerja tulus (ikhlas) penuh rasa syukur, bekerja benar (ihsan) penuh tanggungjawab, bekerja tuntas penuh integritas, bekerja keras penuh bersemangat, bekerja serius (ihtisab), penuh kecintaan, bekerja kreatif penuh sukacita, bekerja tekun (yakin) penuh keunggulan, bekerja sempurna penuh kerendahan hati (tawadhu’), melakukan amar makruf nahi munkar, baik secara perorangan, maupun secarakolektif, berjama’ah (kifayah). “Allah menyukai oang yang bekerja secara professional”.

Diperlkan kemauan dan kemampuan untuk merubah sikap mental kaya materi menjadi sikap mental kaya hati, kaya jiwa. “Bukan kayak arena banyak harta, tapi kaya itu adalah kaya hati, kaya jiwa”. Hati, jiwa, semangat, spirit, mental perlu diberdayakan agar memiliki sikap mental positif, dinamis, konstruktif, optimis (akhlak terpuji), bukan sikap mental negative, statis, destruktif, pesimis (akhlak tercela). Perilaku sabar, tawakkal, jihad itu berkonotasi positif, konstruktif, optimis, bukan berkonotasi negative, destruktif, pesimis.

Yang kaya hati itu pemurah, dermawan, suka memberi, suka membantu, suka menolong, tidak pelit, tidak bakhil, tidak kikir, tidak kedekut, tak suka minta-minta, sabar, gigih, tekun, ulet, pantang menyerah, tak berputus asa. Optimis, tidak pesimis, tidak pemalas, kreatif, menghargai waktu, suka bekerja, tak berbuat sia-sia, tak menyia-nyiakan kesempatan, memiliki sikap mental ta’arufu, ta’awunu, takafulu, tahabu, tawadu, tarahamu, ta’athafu. Ringkasnya yang kaya hati itu memiliki sikap mental positif, akhlak mahmdah, akhlak karimah, dan tak memiliki sikap mental negative, akhlak madzmumah.

(written by sicumpaz@gmail.com in sidumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0512151230)

Bagaimana berbisinis secara Islami ?

Bagaimana berbisnis secara Islami ?

Salah satu dampak negatif dari penanaman modal asing adalah semakin melebarnya kesenjangan sosial ekonomi di tengah masyarakat (GERAKAN KELUARGA SEJAHTERA MUHAMMADIYAH, No.12, 1995, hal 3).

Pakar ekonomi UGM drs Dumaisy MA mengemukakan bahwa denganmunculnya mall (supermarket) maka took-toko kelontong atau yang membuka usaha bisnis eceran (ritel) akan kehilangan konsumen kelas atas (SUARA AISYIYAH, Yogyakarta, No.10/1997, hala 30).

Di Payakumbuh, Sumater barat terdapat beberapa usaha makanan kecil (snack) seperti kelamai dan batih dengan sejumlah besar tenaga kerja (industri rumah tangga). Bila usaha tersebut dilakukan dengan cara mekanisasi (menggunakan mesin-mesin modern) maka produktivitas meningkat yang sekaligus meningkatkan pendapatan pengusaha. Tapi sebagian besar tenaga akerja akan tersingkir, kehilangan mata pencahariannya.

Kalau pedagang mi tek-tek yang bermodal pas-pasan, yang sepaanjang malam mengelilingi kampong, sambil memukuli wajannya, yang berada pada “jalur lambat” harus berlomba dengan pemodaliliaran, yang berada pada “jalur cepat” akan sama dengan mengadu banteng dengan kambing buta yang sakit tebese (HARIAN TERBIT, Senin, 16 Agustus 1999, hal VI, ‘Memasung rezki tukang baso’, oleh IS Saiful Rahim).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS110331130)

Ahli neraka ?

Ahli neraka ?

Menurut pengaku Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah), bahwa criteria/cirri khash Sunni adalah bermazhab, baik dalam urusan fiqih (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali), aqidah (Asy’ari, Maturidi), tasauf (Naqsyabandi, Qadiri, Syazali, Syatari, Sanusi). I shalat berushalli, membacaqunut pada shalat shubuh dengan mengangkat tangan, shalat tarawih 20 raka’at, taambah 3 raka’at witir, berdzikir dan berdo’a sesudah shalat, shalat qabliah Jum’at, membaca “saidina” dalam bershalawat, dan lain-lain.

Yang bermazhab haruslah membela taqlid, menolak ijtihad, menolak seruan kembali kepada Quran dan Hadits secara langsung. Setiap mazhab harus berbangga dan membela mazhabnya. Yang tak bermazhab bukanlaah Sunni. Yang bukan Sunni adalah Ahli neraka (Fin-naar). (Untuk apa harus belajar Ushul Fiqih, Mushtah Hadits, Ilmu Mantiq, kalau nanti hanya harus taqlid, terlarang ijtihad, berpikir kritis ?).

Bahwa hadis-hadis tentang iftiraqul ummah (ummatku pecah tujuh puluh tiga golongan) harus diyakini sebagai kebenaran mutlak, sebagai nash yang qath’i, yang shahih-sharh. Harus diyakini bawa ulama telah sepakat (ijma’, ittifaaq) atas kesahihan hadis-hadis itu, tak ada perselisihan (khilaf, ikhtilaf) mengenai kesahihannya. Yang tidak meyakini, yang meragukan, yang mempersoalkan kesahihannya bukala Suni, tetapi Ahli neraka. Diyakinkan bahwa umat Islam harus terpecah atas 73 firqah/keompok/golongan. Satu kelompok adalah Sunni (fil-jannah). Yang lainnya (72 kelompok) adalah Ahli neraka (fin-naar).

Yang termasuk Ahli neraka (fin-naar), yang bukan Sunni adalah kelompok Khawarij, Jahmiyah, Qadariyah, Mu’tazilah. Juga orang-orang masa kini, setelah tiga abad pertama hijriyah (setelah masa tabi’t-tabi’in, setelah imam yang empat, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) yang menyeru kembali kepada kitab dan Sunnah (Quran dan Hadits) secara langsung, yang menyeru untuk berijtihad dan meninggalkan taqid.

Juga pengikut Ibnu Taimiyah, Ibnu Wahhab (Wahabi), Jamaluddin Afghani, Muhammad Abduh, Rashid Ridha, Hasan alBanna, Yusuf ardawi, Musthafa almaraghi, Muhammad alBahi, Ahmad hassan, Abdul Karim Amarullah, danlain-lain yang sepaham dengan mereka. Pengikut Ibnu Taimiyah, pendapatnya tentang ziarahkubur, dan tentang thalaq menyalahi pendapat ulama lain. Pendapatnya tentang akidah dikategorikan masuk golongan “mutasyabhat”.

Wahabi (pengikut Ibnu Wahhab) hanya berdasarkan pada Quran dan hadis sja, dan tidak menyertakan ijma’ dan qiyas. Tidak membolehkan berziarah (untuk mengkeramatkan) kubur. Tidak membolehkan orang bertawassul. Jamaluddin Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Amad Hassan, Abdul Karim Amarullah dan pengikutnya dikategorikan sebagai “sesat menyesatkan”.

Pengaku Sunni mengumandangkan seruan agar meresapkan ke dalam diri sendiri dan ummat bahwa aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai aqidah alfirqatun najiyah (firqah yang selamat). Bahwa biang pemecah umat adalah yang tak bermazhab, yang tak mau taqlid, yang mengajak pada ijtihad, yang mengajak kembali kepada Kitab dan Sunnah secara langsung. Mereka adalah Ahli neraka (ahli bid’ah, ahli syubhat, ahli dhalalah, ali ahwaa).

(Simak antara lain :
- “Pedoman Pokok Dalam Kehidupan Keagamaan Berdasarkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah”, oleh KH Tb M Amin Abdullah albantani, 1984.
- Maalah ASSUNNAH, Surakarta, No.07/1414-1993, ‘Iftiraqul ummah’.
- “Tadzkiratul Qulub”, oleh Muhammad Jamil Jaho, 1956:54-56.
- PANJI MASYARAKAT, No.498, 21 Maret 1986, hal 36-37.
- “Tafsir alAzhar”, oleh Prof Dr Hamka, tentang ayat QS 6:159; juzk XI, hal 188.
- “Tafsir Ibnu Katsir”, tentang ayat QS 3:105.
- “Thabaqatus Syafi’iyah”, oleh KH Siradjuddin Abbas, 1975:13-14.

Identitas Sunni

Menurut pengaku (bukan pemangku) Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) KH Tb M Amin Abdullah Al-Bantani (Penata Praja Tingkat I di Sekretariat Propinsi awa Barat 1968-1971) dalam kitabnya ‘Pedoman Pokok Dalam Kehidupan Berdasarkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah (halaman 122, 124, 125, 127, 128, 172), bahwa criteria/cirri khash Sunni adalah bermazhab, baik dalam urusan fiqih (Hanafi, Maliki, Syafi’I, hambali), aqidah 9Asy’ari, Maturidi), tasauf (Naqsyabandi, Qadari). Yang tak bermazhab bukanlah Sunni. Setiap mazhab harus berbangga dan membela mazhabnya. Sunni terpecah pada mazhab-mazhab.

Wahabi (pengikut paham Muhammad ibnu Abdillah Wahhab) termasuk yang bukan Sunni, karena hanya berdasarkan pada Quran dan Sunnah saja, dan tidak menyertakan ijmak dan qiyas. Karena tidak membolehkan orang berziarah ke kubur. Karena tidak membolehkan orang bertawasul. Karena shalat tarawih delapan raka’at di tambah wwitir tiga raka’at dengan satu salam. Karena tidak membaca do’a qunut dalam raka’at terakhir dari itir pada malam pertengahan bulan Ramadhan yang terakhir. Karena tidak membaca adzan dua kali pada waktu Jum’at. Karena tidak membaca ucapan “ash-shalatu khairum minan naum” pada adzan subuh. Karena tidak melarang talfiq. Karena dituduh mengkafirkan kaum Muslimin yang tidak sepaham dengan mereka (tnpa disebutkan sumber rujukannya.

Pengikut Ibnu Taimiah juga termasuk yang bukan Sunni, karena pedapatnya tentang ziarah ke kubur dan tentang thalaq menyalahi pendapat Ulama pada jamannya. Karena pendapatnya tentang aqidah dikategorikan mask gologan “Musyabbhat” (tanpa disebutkan sumber rujukannya). Ajaran Ibnu Taimiyah yang dianggap sejalan dengan ajran Sunni adalah bahwa ijma’ ulama itu aalah m’shum, benar, bebas dari salah, wajib dipegangi sebagai dasar hokum di samping Quran dan Sunnah. Bahwa seseorang akan dapat manfa’at (pahala) dari perbatan orang lain. Tampaknya KH Tb M Amin Abdulla Al-Bantani tidak berlaku jujur, karena tidak menyebutkan sumber rujukan yang menjadi sasaran krtiknya terhadap paham ahabi dan bnu Taimiyah. Takmilatul majmu’ X/417-7 menyebutkan Ibnu Taimiyah telah ruju’.

“Untuk mengetahui bahwa seseorang ulama menganut Mazhab Syafi’i” – kata KH Sirajuddin Abbas – “dapat diyakini dari bermacam-macam bukti, di antaraanya :
- Dilihat dari amal ibadahnya setiap hari umpamanya ia sembahyang berushalli, ia membaca Qunut pada sembahyang Subuh dngan mengangkat tangan, ia sembahyang tarawih 20 raka’at tambah 3 raka’at witir, ia dzikir dan mebaca do’a sesudah sembahyang, ia melaksanakan sembahyang qabliyah Jum’at, ia membaca Saidina dalam bershalawat, ia mendo’akan orang-orang yang sudah wafat dan lain-lain sebagainya.

- Dilihat dari pekerjaan-pekerjaannya, umpamanya ia mendirikan madrasah-madrasah, pondok-pondok pesantren, majlis-majlis taklim, yang di dalamnya diajarkan kitab-kitab Mazhab Syafi’I, umpamanya Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Mahalli, Iqna’, Fathul Wahhab, Minhajut Thalibin, Mughni alMuhtaj, dan lain-lain.

- Ia berpidato, bertabligh di hadapan umum menfatwakan amal ibadat menurut Madzhab Syafi’I atau ia menjadi ketua pengadilan agama dan lantas ia menghukum menurut dasar-dasar kitab-kitab fiqih Madzhab Syafi’i (“Thabaqatus Syafi’iyah”, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 1975:13-14).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103261230)

Istiqamah

Istiqamah

Rasulullah saw mengajarkan ungkapan/kalimat yang menyimpulkan pengertian Islam, yaitu : “Katakanlah aku percaya kepada Allah, kemudian tetap istiqamah (mendisiplinkan diri terhadap pengakuan itu)” (HR Muslim dari Sufyan bin Abdullah atsTsaqafi ra dalam ‘Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Istiqamah”, simak juga terjemah/tafsir ayat QS Fushshilat 30 dan Ahqaaf 12-13).

Istiqamah berarti konsekwen, tetap, tak bergeser pendirian. Tetap berpendirian bahwa “Tak ada Tuhan selain allah” dan bahwa “Nabi Muhammad itu Rasul, Utusan Allah”. Tetap berpendirian bahwa Quran itu firman Allah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menjadi acuan, rujukan, panduan, referensi hidup seluruh manusia.

Tak akan pernah menganut paham syirik, takhyul, khurafat, klenik, magik, mitos, animisme, dinamisme, nihilisme, positivissme, sekularisme, pluralisme, liberalisme dan yang semacam itu. Tak akan pernah menggugat, mengkritisi, mengecam, menantang, melawan, menyepelekan, mengesampingkan Quran dan Sunnah. Tetap berpendirian bahwa hanya Quran dan Sunnah yang akan membawa manusia kedalam kebenaran, keselamatan, kedamaian, keberkahan.

Rasulullah saw telah meninggalkan dua warisan/pusaka bagi manusia. Quran dan Sunnah. Selama manusia tetap istiqamah berpegang kepada keduanya, maka manusia tak akan pernah sesat dalam hidup ini. Quran itu mengandung berita masa lalu yang tela terjadi dan berita masa nanti yang akan terjadi. Hukum sebab akibat. Undang-undang, aturan hukum yang tegas, yang harus diterapkan, bukan yang samar, yang main-main. Yang menghukum dengan Quran pasti adil. Yang berkata dengan Quran pasti benar. Yang beramal dengan Quran pasti akan dapat pahala. Yang mengajak dengan Quran pati akan dapat petunjuk. Yang mengesampingkan Quran pasti akan dimurkai Allah. Yang mengambil acuan selain Quran pasti akan disesatkan Allah. Quran itu acuan, rujukan, panduan, referensi, pedoman yang tangguh. Pengingat yang bijak. Petunjuk jalan yang lurus. Quran itu tidak akan dapat diselewengkan oleh hawa logika. Dengan Quran pola pikir akan jernih, tak akan kacau. Quran itu tak akan rusak karena sering dipakai. (Simak HR Hakim dalam “Tafsir AlAzhar” Prof Dr Hamka re tafsiran ayat QS 21:5-6).

Tetap berpendirian, berikrar bahwa “Aku rela berTuhankan Allah, beragamakan Islam, bernabikan Muhammad saw, berimamkan Quran”. “Allah is our aim. Rasulullah saw is our leader. AlQuran is our rule of life. AlIslam is our way of live. Jihad is our way. Die fi sabilillah is our highest aspiration”.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS110330100)

Emha Ainun Nadjib bicara mantra (kekuatan komp;osisi dan repetisi mantra)

Emha Ainun Nadjib bicara mantara

Menurut Emha Ainun Nadjib, Muhammadiyah kurang akrab dengan budaya sehingga menyebabkan kurang tanggap, padahal banyak sekali kekayaan di sana yang patut dikenali. Semua masih perlu banyak belajar. Tak terlalu cepat mengambil kesimpulan, keputusan dan tudingan tanpa mempelajari proses pengambilan datanya, proses analisanya, proses simulasi sosial budayanya, sehingga terjebak dalam mempersoalkan hal yang sama-sama belum belum paham betul (SUARA AISYIYAH, No.2, Th ke-88, Februari 2011, hal 14, ‘Ijtihad Kesenian & Kebudayaan Merupakan Sunnatullah’).

Menurut teori, telaah, analisa budayawan Emha Ainun Nadjib, bahwa “komposisi dan repetisi suatu mantra atau ‘hizib’ merangsang penggumpalan energi atau ‘quwwah’ (magi ?) yang kemudian digerakkan oleh ‘iradah’”. “Musik mantra dan izib : Menyingkirkan Badai …” (MINGGU PAGI, Minggu ke-3, Desember 1991). “satu komposisi rapal (lafaz ?) tertentu bisa menjelmakan yang seharusnya terluka menjadi takterluka, yang tak terambolkan menjadi terambolkan, yang secara rasional tak mungkin menjadi mungkin. Sebuah menu ‘hizib’ (bacaan ?) tertentu mampu membuat yangtak tertembus menjadi tertembus, membuat yang secara normal tak tersentuh menjadi tersentuh, yang biasanya tertutup menjadi terkuakkan”.

Dengan meneriakkan nama wali, seperti “Imam Lapeooooo”, atau “Syaikh Habaaasy”, orang dapat selamat dari bahaya. Mereka secara sosiologis-empirik telah berinteraks dan bersenyawa sedemikian rupa dengan kepercayaan dan rasa syukur mat atas manfa’at hidup sang wali (percaya penuh akan qudrah wali ?). Tapi dengan meneriakkan kalimah thaiyibah “Allahu Akbar”, orang tak dapat selamat dari bahaya (karena tak percaya penuh akan kudrat ilahi ?) (“Surat Kepada kaajeng Nabi”, Mizan, Bandung, 1997:181-182).

Dari teori, analisa Cak Nun tersebut, ta jelas, hendak dibawa kemana umat ini ? Apakah agar percaya penuh akan qudrah ilahi, ataukah agar percaya penuh akan qudrah wali (klenik ?).

Dalam praktek kehidupan nyata, Mahbub Djunaidi sempat merasa aneh “kita mangaku percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi kita juga percaya kepada Nyi Roro Kidul, Dewi Siluman yang dipandang sakti” (KOMPAS, 28 aret 1993, hal 9, Asal Usul : ‘Interupsi’). Budayawan Jakob Sumardjo menggiring pembacanya agar menerima ‘klenik’ sebagai salah satu unsur keragaman dalam “Makna Kesatuan Indonesia” (KOMPAS, Sabtu, 12 Maret 2011, hal 6, Opini). Keragaman, keberagaman, kebhinekaan, pluralisme dipahami sebagai talbis, campur aduk, sinkretisme.


Dalam hubungan dengan wali ini, Prof Dr Hamka pernah menceritakan bahwa bagi pengikut thariqat Syaikh Samman di madinah, kalau ada bahaya, cukup panggl saja “Ya Samman”. Niscaya terkabul. Malahan ada yang berkata, kalau diminta kepada Allah dengan langsung : “Ya Allah” akan ditolak dengan marah oleh Allah “Mengapa diminta langsng kepadaKu, padahal WaliKu telah ada, yaitu Syaikh Samman”. Penganut kepercayaan semacam ini telah membawa terang benderang Tauhid kepada gelap gulita Syirik, yaitu jadi pengikut thagut ( Simak “Tafsir AlAzhar”, juzuk III, 1984:28, ayat QS 2:257).

Mengenai karamah kalimah thayyibah dapat disimak dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah ketika Rasulullah beristirahat di suatu lembah (arah Najed), seorang Badwi datang berdiri menghunus pedang kepada nabi seraya berkata “Siapakah yang dapat membelamu daripadaku ?” jawab Nabi “Allah”. Maka langsung pedang itu ia sarungkan kembali, dan tida dibalas oleh Nabi (Simak “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Yakin dan Tawakkal”).

Mengenai jampi (ruqyah) orang sakait dengan ayat-ayat Quran, terdapt dalam kitab hadis di bahwa judul “Thibb” (Penobatan). Mengenai hizib (darusan ?) terdapat riwayat dari Muslim yang bersumber dari Umar, bahwa Rasulullah bersabda “Siapa yang ketiduran dari membaca hizb di waktu malam, kemudian dibacanya di waktu pagi, maka seolah-olah telah dibacanya di waktu malam”.

Istilah mantera lafal guna-guna), magi (sihir) dan yang berhubungan dengan itu adalah asing, setidaknya tidak akrab dengan Islam.

(Simak juga :
- Dr Abdullah Azzam : “Aqidah”, GIP, 1992:23, tentang mustajabah Asmaul Husna, dalam do’a Al-‘ala bin Al-Hadrami)

(written by sicumpaz@gmail.com in sicmpas.wordpress.com as Asrir at BKS9805080930)

Wednesday, March 30, 2011

Investasi

Investasi

Kewajiban asasi yang harus dipenuhi oleh seorang pemilik harta adalah “infaq fi sabilillah”, yaitu kewajiban untuk menafkahkan atau mempergunakan harta milik itu pada jalan yang dibenarkan oleh Allah swt.

Salah seorang di antara rajadiraja konglomerat, pemilik harta terbesar adalah Qarun. Ia adalah salah seorang kaum Nabi Musa as (Bani Israel) yang harta kekayaannya super-banyak, sehingga anak-anak kunci gudang-gudang kekayaannya amat berat dipikul oleh kuli-kuli yang kuat-kuat (semacam tenaga Hercules barangkali).

Tetapi kemudian ia aniaya (cuek) kepada bangsanya sendiri. Kaumnya memperingtkannya agar ia jangan trlalu bersukaria. Agar ia menaruh perhatian untuk mendapatkan kebahagiaan di kampong akhirat dengan membelanjakan kekayaan yang diberikan Allah kepadanya untuk kepentingan/keutuhan masyarakat bangsanya yang memerlukannya, tetapi jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga melpan (modal) kebutuhan nasib/bagian hidupnya di dunia.

Kekayaan haruslah dimanfa’atkan untuk kesejahteraan hidup bersama, harus mempunyai fungisi sosial, dengan menggerakkan dan memutarkannya dalam proses produksi, sehingga dapat mempertinggi kemakmuran hidup bermasyarakat sebagai keseluruhan (prodktif), sekaligus menimbuni kemelaratan ummat yang banyak di sekitar kemewahan berlimpah-limpah di kalangan beberapa gelintir orang-orang kaya.

Islam mengajarkan agar menyebut-nyebut nikmat Allah dengan bersyukur, agar menafkahkan sebagian rezki yang dianugerahkan Allah. Dalam rangkaaplikasi-terapinya, tak ada saahnya bila secara rutin setiap tutup tahun buku setiap konglomerat bekerjasama dengan Yayasan Dhua’afa menyelenggarakan temu muka dengan para dhu’afa.

Diundang hadir paara dhu’afa, tokoh-tokoh LSM, para konglomerat. Pada perteman itu diumumkan jumlah kekayaan (bukan dari keuntungan) diinvestaskan untuk kepentingan umum. Dibagi-bagikan kepada pada dhu’afa. Agar yang melarat (fuqaraa, masakin, ibnus-sabil, anak jalanan, gelandangan, orang terlantar, tuna-wisma) dapat meakukan kegiatan dan usaha, sehingga mampu menafkahi dirinya, keluarganya dengan baik, dengan sumber pencaharian yang tetap.

Agar yang terbelit hutang (ghaarimin) dapat melunasi hutangnya. Agar proyek-proyek kesejahteraan masyarakat (fisabilillah) dapat dibangun. Agar tenaga operatif-administratif pengelola zakat (‘amilin) dapat menerima honornya. Agar yang tertindas oleh belenggu perbudakan (firriqab) dapat terbebas. Agar dakwah pada muallafati qulubuhum memiliki kekuatan yang kokoh, memiliki dana dakwah/pendidikan.

Sekaligus merintis mempelopori menjajagi kemungkinan dibentuknya suatu Perseroan/Badan Usaha Dhu’afa untuk menghimpun zakat, infaq, sadaqah untuk kepentingan fakir-miskin yang bergerak di bidang industri kecil, menengah, besar, yang dapat menyerap yang melarat sebagai tenaga kerja (karyawan)ny dan membagikan keuntungannya kepada yang melarat pula, dalam rangkapenyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

Ajakan ini dilatarbelakangi oleh ancaman terhadap yang tidak mau mengajak mmberi makan oang miskin. Kemiskinan bisa saja karena nasib/suratan takdir (kmiskinan bawaan). Bisa karena musibah/bencana, kebakaran, kehilangan. Bisa karena tidak memiliki kemampuan/ketrapilan. Bisa karena gangguan fisik atau psikis. Bisa pula karena salah memaahami perihal kehidupan di dunia. Bisa karena kecerobohan/kelalaian. Bisa karena kurang semangat kerja, cepat merasa puas. Bisa akibat sistim yang timpang disebabkan antagonisme oleh sebagian kelompok mapan(kemiskinan structural/rekayasa).

Yang miskin perlu diberi nasehat supaya sabar dan tawakkal. Diberi santnan konsumtif. Diberi pendidikan/pelatihan untuk merubah pola piker yang salah terhadap kehidupan dunia. Yang miskin structural perlu diberi santunan/bantuan modal yang produktif agar mampu berinisiatif dan kreatif di masa yang akan dating. Sistim yang timpang harus diubah hingga semua mendapatkan kemudahan/fasilitas secara adil.

Membagi-bagikan kekayaan kepada orang miskin bukanlah ajaran komunisme seperti yang dipahami oleh sementara orang (KOMPAS, 1-6-97, “Asal Usul”). Dikisahkan bahwa hartawan besar Ma’an bin Zaaidah adalah seorang dermawan yang tidak sempat berzakat, karena murah tangannya pada setiap tutup tahun buku, harta kekayaannya tak mencukupi nisab/wajib kat.

Hartawan Abdullah bin Ja’far menyerahkan sebagian besar kekayannya kepada seorang budak yang mau mempererat ikat pinggangnya karena kasihnya terhadap seekor anjing yang kelaparan. Ketelaanan Rasulullah saw yang tidak pernah menolak permintaan yang meminta (Simak antara lain terjemah/tafsir ayat QS 9:34, 51;19, 28:76-77, 93:11, 2:3, 9:60, 69:34, 9:8, 2:286, 2:177, 3:92; “Rasulullah dan pengemis buta” dalam www.cahayasirah.com, dan lain-lain).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS9708081230)

Pemimpin yang mendahaulukan kepentingan rakyat

Pemimpin yang mendahaulukan kepentingan rakyat
Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) pada tahun 2010 menganugerahkan Walikota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Walikota Yogyakarta sebagai penerima penghargaan. Keduanya dianggap sebagai pemimpin yang berhasil menerapkan praktik pemerintahan yang balk dan bersih.
Jokowi dinilai mampu merelokasi arca berdagang pedagang kaki lima tanpa kekerasan yang biasanya melibatkan Satpel PP. Kini, lahan Taman Banjarsari yang dulunya kumuh disulap menjadi lahan terbuka hijau. Sebelumnya, tak satupun walikota yang mampu memindahkan pedagang dari areal tersebut dan selalu melahirkan gejolak. Jokowi secara nyata mendayagunakan pedagang misalnya dengan memberikan kios gratis disamping kemudahan perizinan dalam berusaha. Selain melakukan komunikasi langsung secara intensif dan terbuka kepada para pedagang.
Adapun Herry Zudianto dapat membebaskan masyarakat Yogjakarta dari kegelapan. Sebelumnya, fasilitas pelayanan terutama penerangan jalan selalu gelap, meski tagihan selalu naik. Di era kepemimpinan Herry, seluruh tiang listrik mulaidipasang meteran agar ragilun dapal dipertanggungjawabkan secara terbuka dan transparan. Berikutnya, adalah membuat sistem informasi dan keluhan (UPIK/Unit IM.iv.m ,. Informasi dan Keluhan). Masyarakat bebas bcrkeluhkesah, atau mengadukan layanan publik yang akan segera direspon oleh Herry.
Hal menarik lainnya mereka gemar menyambangi masyarakat. Tanpa prosedur ketat, apalagi iring-iringan forijdcryang kerap membuat macet dan gaduh. Sebaliknya, masyarakat pun bebas berkunjung atau bertamu ke rumah dinas walikota-nya. Nyaris tanpa mekanisme rumit yang lazim terlihat layaknya seorang petinggi negara, atau pejabat.
Alhasil integritas dan keberpihakan mereka sebagai pelayan publik mampu membentuk persepsi positif mayoritas masyarakat terhadap kepemimpinannya. Tanpa harus merogoh kocek mahal untuk belanja iklan kampanye politik, keduanya didaulat untuk memimpin Surakarta dan Yogyakarta dua periode. Kala mayoritas elit menilai kekuasaan lurus serba formil, prosedural, birokratis. Herry dan jokowi merombak hal itu. Seraya menegaskan menjadi pemimpin harus punya empati dan kekuasaan bukan untuk dimiliki.
(Koran Tempo, Jum'at, 29 Oct 2010, halaman A6, "Desakralisasi Citra dan Kekuasaan" oleh Ali Ramadhan)

Meneladani Sebastian Pinera
Setiap kitaadalah pemimpin. Pemimpin di bidang masing-masing. Karena itu, siapa pun kita dan di mana pun kita(apa pun status dan posisi kita) hendaknya berupaya meneladani sikap Presiden Cile Sebastia Pinera. Berpihak kepada rakyat. Peduli akan sesame. Buang tata kerama protokoler. Sistim protokoler itu anti demokrasi, anti egalitarian, memisahkan atasan dari bawahan. Jauhkan sikap arogansi. Meneladani Sebastian Pinera tidak hanya diharapkan dari pemimpin formal. Tapi dari kita semua. Kita semua juga adalah pemimpin secara informal.
Agar dapat memiliki kepekaan dan sikap mental peduli akan sesame secara otomatis, Islam menuntun, membimbing agar biasa hidup qana’ah, zuhud, wara’. Zihid adalah sikap hidup yang giat, gesit mendapatkan kekayaan untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan diri pribadi.
(Asrir BKS 1010170500 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Bangsa badut
Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da'i dan lain-lain.
Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.
Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.
(Asrir BKS1010220600 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Antara orientasi pengabdian dan orientasi kekuasaan

Antara orientasi pengabdian dan orientasi kekuasaan
Ada yang berorientasi pengabdian dan ada pula yang berorientasi kekuasaan. Bagi yang berorientasi pengabdian, di mana pun bisa berperan mengabdikan, memanfa’atkan yang dimiliki untuk kepentingan bersama. Petani, pedagang, pengusaha, pendidik, dokter, arsitek, tekisi, buruh, karyawan, pegawai, militer, nelayan, dan lainnya bisa mengabdikan, memanfa’atkan yang dimilikinya untuk kepentingan bangsa, negara.
Salah satu contoh yang berorientasi pengabdian adalah Muhammad Yunus dari Bangladesh, peraih Nobel Perdamaian. Harmoko menyebut Muhammad Yunus sebagai pejuang dan pekerja gigih dalam mengentaskan kemiskinan di Bangladesh. Melalui Grameen Bank Prakalpa (semacam proyek Bank Pedesaan) Muhammad Yunus memberikan kredit kepada penduduk miskin. Hasilnya dapat dirasakan oleh penduduk Bangladesh. Muhammad Yunus memerangi kemiskinan melalui kredit bank yang dipimpinnya. Muhammad Yunus bukanlah aktivis dari Lembaga Swadaya Masyarakat, bukan pula seorang politisi, namun tetap menyatu dengan penderitaan rakyat. Muhammad Yunus bisa dijadikan teladan bagi pengentasan kemiskinan (POSKOTA, Senin, 30 Oktober 2006, hal 10, Kopi Pagi : “M Yunus dan Si Miskin” oleh Harmoko. Simak juga SUARA ‘AISYIYAH, No.1, Th ke-84, Januari 2007, hal 31, “Kesrempet”. “Dokter ekonomi yang malas blamana tak mampu mengangkat derajat hidup warga melarat”).
Barrack Obama membuktikan politik pengabdian. Ia cari lowongan untuk penganggur, mendirikan pusat pendidikan remaja, memaksa gubernur membongkar asbestos karena bahan bangunan itu sumber kanker, memperluas anti kenakalan remaja, membuat sistem manajemen pembuangan sampah, serta memperbaiki jalan rusak dan selokan yang tersumbat (KOMPAS, Sabtu, 5 Januari 2008, hal 13, “Sebuah Tuntutan Perubahan”, oleh Budiarto Shambazy).
Romomangun menata perkampungan kumuh sepanjang Kalicode Yogyakarta dan penghuninya menjadi lokasi yang asri berwawasan arsitektur dengan penghuninya yang terangkat harkat-martabatnya.
Bagi yang berorientasi kekuasaan, maka “pengabdian” hanyalah kemasan untuk memoles kehausannya akan kekuasaan. Yang berorientasi kekuasaan, hanya berupaya memenuhi kerakusannya akan kekuasaan. Ia tak pernah menyatu dengan penderitaan raykat, tak pernah merasakan penderitaan rakyat. Bagaimanapun banyak perusahaannya, bagaimanapun berlimpah kekayaannya, ia tak pernah memikirkan untuk memanfa’atkan kekayaannya itu untuk mengurangi pengangguran, untuk mengurangi kemiskinan, penderitaan rakyat, untuk menanggulangi bencana. Dalam benaknya hanyalah untuk memanfa’atkan kekayaanya untuk mendapatkan kekuasaan. Dengan kekuasaan, ia dapat menguasai, mengendalikan semuanya. Segala jalan bisa ditempuh untuk mendapatkan kekuasaan.
Pemimpin yang berorientasi kekuasaan, kebijakannya tak pernah berpihak kepada rakyat. Seluruh kebijakannya hanya untuk kepetingan diri. Acuannya adalah ajaran Machiavelli. sedangkan yang berorientasi pengabdian, kebijakannya berpihak kepada rakyat. Di kalangan Islam, acuanya adalah Muhammad Rasulullah saw, Umar bin Khaththab, Umar bin Abdul Aziz. Di kalangan Kristen, acuannya adalah Yesus Kristus. Di kalangan Hindu, acuannya bisa Mahatma Ghandi.
Sedikit di kalangan penguasa adalah mereka yang dikenal dengan despot yang arif. Sejarah mencatat adanya penguasa yang punya rasa pengabdian yang disebut dengan despot yang arif, yang bijak, yang cerdas seperti yang ditampilan oleh Peter yang Agung 1689-1725) dan Katharina II (162-1796) dari Rusia, Friedrich II Agng (1740-1786), Joseph II (1765-1790) dari Prusiaa (Jerman).
Secara umum, raja-raja Jawa sejak Mpu Sindok (sebelumnya Sanjaya) tampil sebagai despot yang arif, yang bijak, yang cerdas (Anwar Sanusi : “Sejarah Indonesia untuk Sekolah Menengah”, I, 1954:22,28).
Prof Dr A Syalabi dalam bukuna “ Negara dan Pemerintahan dalam Islam” (hal 38) menls bahwa kewajban yang utama dari pemerintah Islam ialah bekerja untuk kebahagiaan rakyat. Pemerintah Islam harus berusaha agar rakyat senang. Pemerintah haruslah berjaga-jaga agar rakyat dapat tidur dengan aman dan tenteram.
Islam membawa prinsip-prinsip yang lebih murni dari pada yang dicita-citakan setiap orang. Prinsip-pirnsip itu dapat disimpulkan dalam beberapa patah kata saja. Pertama, keadilan. Kedua, Kepala Negara yang miskin.
Islam menyerukan persamaan di waktu sistem hidup berkasta-kasta telah berurat berakar di seluruh penjuru alam. Islam menyerukan keadilan di kala keadilan itu dipandang suatu kelemahan dan kehinaan.
Islam menyeru agar seorang Kepala Negara bekerja untuk kebahagiaan rakyat, bukan untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Islam menciptakan Kepala Negara model baru yaitu Kepala Negara yang miskin. Kepala Negara yang harta kekayaannya habis dibelanjakannya pada jalan Allah, untuk kepentingan umat. Kepala Negara yang hidupnya sangat sederhana, sandang, pangan, papan yang dipakainya sama dengan yang dipakai orang-orang miskin (“Sejarah Kebudayaan Islam”, jilid I, hal 338-329).

Pendidikan agama Islam di sisi lain

Pendidikan agama Islam di sisi lain
Berpijak pada paedagogik, pendidikan agama Islam tidak sama dengan pengajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam terbatas hanya semata-mata untuk mendidik anak-anak Islam, bukan anak-anak sembarang. Anak-anak bukan Islam tidak dituntut untuk mengikuti Pendidikana Agama Islam (PAI). Pendidikan agama Islam melalui semua bidang studi, semua bidang kegiatan, intra maupun extra kurikuler.
Pengajaran agama Islam hanya terbatas pada satu bidang studi Ke-Islaman (Pelajaran agama). Semua anak didik, baik Islam maupun bukan bisa saja mengikuti Pengajaran agama Islam, tidak terbatas semata-mata untuk anak-anak Islam.
Semua bidang studi dan semua bidang kegiatan merupakan wadah sarana untuk menyemaikan benih ruh Islam, ruh Tauhid, ruh Jihad, ruh Madaniah, untuk menaburkan, menebarkan pola pikir Islam, pola Moral Islam, ringkasnya untuk mentransfer IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB Islami secara integrated (kaffah), tak ada yang terlepas dari semangat Islam.
Islam disemaikan keseluruh bidang studi, ke seluruh bidang kegiatan, tanpa kecuali. Anak didik dididik untuk mengikuti shalat jama’ah fardhu, melaksanakan shaum Ramadhan. Pelaksanaan wudhuk anak didik dikotrol secara tgeratur. Anak didik dididik menggunakan busana yang mengikuti tuntunan Islam, mengikuti kepramukaan yang mengacu pada Islam.
Anak didik dididik mengikuti kegiatan olahraga yang memantulkan ruh jihad, bukan semata-mata untuk pembinaan kesehatan fisik, apalagi untuk pamer kebolehan prestasi pada lomba. Kesehatan fisik dapat dibina melalui puasa. Perlombaan untuk membangkitkan ruh jihad, bukan untuk merebut prestasi duniawi.
Anak didik dididik mengikuti kesenian yang mengacu pada Islam, bukan semata-mata untuk bersantai-santai. Islam tak mengenal l’art pur l’art. Menghibur diri dapat melalui shalat. Kesenangan dapat diperoleh dalam shalat.
Seluruh bidang studi dan kegiatan hendaknya dibersihkan dari hal-hal yang menyalahi Islam. Teori rente (dalam bidang studi Matematika dan Ekonomi0), teori generatio spontanea (dalam bidang studi Bilogi), teori relativitas (dalam bidang studi Fisika Kwantum) misalnya perlu dikonfrontir dengan Islam tentang ke validitasnya.
Malapetaka yang menimpa umat Islam dewasa ini bermula dari polah tingkah umat Islam itu sendiri. Umat Islam harus berani jujur mengakui kekeliruan sendiri tanpa mengkambing-hitamkan yang di luar Islam. Semua ini dalam rangka mengaca diri sendiri, menuding diri sendiri, bukan pihak lain. Nilailah diri sendiri sebelum pihak lain sempat menilai. L’histoire repite. Sejarah berulang. Apakah sejarah akan mengulas melindas gilas ? Marilah bertanya pada sejarah. Wal’ashri.
Semula umat Islam sepakat meletakkan landasan Indonesia Merdeka berdasarkan ke-Tuhanan dengan kewajiban melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluknya. Serta merta dengan dalih tasamuh (toleransi), kesepakatan itu dicabut, bukan karena darurat (terpaksa), tetapi semataa-mata mabuk tergodaa akan sanjungan keagungan toleransi Islam.
Umat Islam tidak istiqamah (tidak konsiten), tidaka tahu mensyukuri nikmat kesepakatan. Faidza farghta fanshab. Meskipun sudah jauh terlambat, umat Islam kemudian berusaha meralatnya untuk mengembalikan kesepakatan tersebut, tetapi apalah artinya. Jatuh pada lobang pertama, menyusul jatuh pada lobang-lobang berikutnya. Selalu jatuh ketipma tangga. Untuk menghibur diri, tak apalah terlambat dari pada tak ada sama sekali. Sayang terlambatnya sudah sedemikian jauh.
Semula umat Islam berangkat dari nasionalisme ummatan wahidah, bukan nasionalisme "ashabiyah. Tapi belakangan umat Islam sudah nyenyak terlena dalam sangkar nasionalisme ‘ashabiyah. Sudah beberapa kali pemuka-pemuka Islam diberikan kesempatan oleh Allah untuk memegang tampuk pimpinan, tetapi tak mampu meralat salah langkah. Dengan tangan-tangan umat Islam sendiri, Islam itu diasingkan dari umat Islam itu.
Budaya takbur melanda dunia dewasa ini. Umat Islam tak luput dari budaya takbur itu. Yang berkuasa tak mengindahkan suara yang dikuasai, apalagi bila yang dikuasai itu tak disenangi. Sudah beberapa kali pemuka-pemuka Islam menyampaikan suaranya tapi tak pernaha digubris oleh yang berkuasa. Yang Mulia tak mengacuhkan yang tak terkenal, apalagi yang tak dikenal. Sudah berapa banyak suara umat baik dalam tatap muka, dalam surat tertutup, dalam surat terbuka yang diacuhkan. Sudahkan dijawab salam umat baik lisan maupun tulisan ?
Suasana budaya takbur mengencangkan belenggu kungkungan, yang menampakkan gejala kebangkitan neo-feodalisme. Manusia dibeda-bedakan tingkat ranking kelasnya. Lapisan bawah cepat dipensiunkan. Lapisan tengah, batas usia pensiunnya lebih panjang. Lapisan atas berbahagia menikmati batas usia pensiun terpanjang. Lapisan bawah tak mampu berbuat apa-apa,cukup nrimo. Lapisan bawah sekedar umpan peluru. Peraturan tentang batas usia pensiun hanya menguntungkan lapisan atas, pengambil keputusan. Lapisan bawah tinggal terima jadi. Apa salahnya bila batas usia untuk pensiun ditetapkan sama (tidak dibeda-bedakan) mulai dari bawah sampai atas ?
Pemuka-pemuka Islam ahli pendidikan dinantikan mengemukakan amandemen, bandingan terhadap undang-undang pendidikan. Pasal-pasal mana yang tak perlu, yang harus dihapuskan. Pasal-pasal mana yang perlu ditambahakana. Pasal-pasal mana yang perlu dirubah, direvisi, diperbarui, diperbaiki. Bagaimana seharusnya bunyi rumusan redaksional dari pasal yang diperbaiki itu. Seyogianya umat Islam mengarahkan perhatian kesini, meninggaalkan membicarakan hal-hal yang tak menguntungkan bagi keselamatan kesaatuan umat. Suara-suara umat hendaknya dimonitor, dipantau, diperhatikan bagaimana pun remehnya, baik yang langsung face to face, maupun yang tak langsung yang tersebar dalam media massa. Pemain belakang mengoper bola ke pemain tengah, pemain tengah mengoper ke pemain depan, pemain depan menyarangkan ke gawang. Tak ada yang terbuang. Tak ada yang diremehkan.
# Terpesona akan keunggulan kemajuan sains dan teknologi Barat, umat Islam mengoper bidang studi keilmuan tanpa melakukan amandemen, perubahan, perbaikan, tanpa membersihkannya dari yang tak Islami, tanpa mengisinya dengan ruh iIslam.
# Pendidikan agama Islam berusaha menggerakkan kesadaran beragama dan kesadaran beramal anak didik agar : Beriman teguh (bertakwa). Berakhlak tinggi (berbudi luhur). Berpengetahuan luas (berkecerdasan tinggi). Berkemampuan (berketerampilan tinggi0). Berkehidupan baik. Kuat beribadah. Giat beramar makruf, nahi munkar. Giat beramal tolong menolong.
# Upaya menyingkirkan bidang studi Islam dari kurikulum umum tak pernah berhenti.
# Guru-guru Muslim dan penulis-penulis buku pelajaran sekolah (SD-SLTP-SMU) diharapkan kiranya dapat memanfa’atkan bidang studi sebagai wadah, srana bagi penyampaian pesan ajaran Islam.
# Kendala yang mengungkung berupa target kurikulum (garis besar pelajaran – sitim pendidikan nasional).
# Dibuhkan kemantapan tekad untuk membebaskan diri dari lilitan kungkungan terseut.
# Nabi Musa ditugaskan membebaskan Bani Israil. Nabi Musa mempertanyakan apakah memperbudah manusia (Bani Israil) itu merupakan jasa baik (nikmat) penguasa ? (QS Syu’ara 26;17-22).
# Sanusi Pane meradang, bukan beta budak negeri mesti menurut undangan mair.
# Bila sampai waktunya, Chairil Anwar mau bebas, tak mau terikat oleh rayuan tradisi.
# IPA kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kitab tauhid.
# IPS kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kitab akhlak.
# PKK, Orkes, Matematika, Linguistik kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning.
# Akhlak Islam berasal dari tuntunan Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw mengenai sopan santun di segala lapangan (IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB).
# Untuk sementara sebaiknya perguruan Islam menyisipkan bidang Sejarah Perkembangan Sains dan Teknologi, Qur:an, Sains dan Teknologi, Falsafah Pendidikan Islam sebagai extra kurikuler.
Materi Sejarah Perkembangan Sains dan Teknologi seperti termaktub dalam buku A History of Invention, karangan Egon Larsen yang diterjemahkan oleh Mohammad Ridwan dkk, terbitan Djambata, Jakarta, 1981.
Materi Qur:an, Sains dan Teknologi seperti termaktub dalam buku Al-Qur:an wal "Ulumul "Ashriyah, karangan Prof Dr Syaikh Thanthawi Jauhari yang diterjemahkan oleh Drs Muhammadiyah Ja’far, terbitan al-Ikhlas, Surabaya, 1984.
Materi Falsafah Pendidikan Islam seperti termaktub dalam buku Falsafat Tarbiyah al-Islamiyah, karangan Prof Dr Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang diterjemahkan oleh Dr Hasan Langgulung, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1983
# Sebagai bahan rujukan barangkali dapat digunakan karya-karya tentang Sains dan Teknologi sejenis karya Ustadz Thanthawi Jauhari, Dr Maurice Bucaile.
Demikian diantara suara umat, suara hati ke hati, yang sempat direkam.

Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media untuk menanmkan agama ke dalam jiwa

Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media untuk menanmkan agama ke dalam jiwa
Ilmu-ilmu terpecah-pecah atas beberapa pecahan, diantaranya : Ilmu Agama (Tafsir, Hadits, Musthalah, Fiqih, Ushul, Tauhid), Ilmu Bahasa (Nahwu, Sharaf, Bayan, Ma’ani, Badi’, ‘Arudh), Ilmu Teoritis : Ilmu Ke-Tuhanan (Theologi, Metafisika), Ilmu Mantik (Logika, Rethorika), Ilmu Pasti (Arithmatika, Matematika, Mekanika), Ilmu Pengetahauan Alam (Fisika, Kimia, Biologi, Geologi, Astronomi), Ilmu Pengetahuan Manusia (Anthropologi, Sosiologi, Psikologi), Ilmu Praktis (Pengobatan, Pertanian, Pertukangan, Perdagangan, Pergaulan, kesenian, Olahragaa, Kemiliteran).
Ilmu Teoritis dan Ilmu Praktis termasuk ke dalam Ilmu Umum (Ilmu "Ashari, Ilmu Dunia).
Sesungguhnya takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama (orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. (QS Fathir 35:28)
Orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (QS Ali Imran 3:191, Hud 11:120)
Islam dimusuhi dengan caraa-cara baru melalui brosur-brosur, film-film agama, kunjungan dari rumah ke rumah, drama-drama radio dan televisi (Sanggar Prativi ?), lagu-lagu qasidah modern (Fantastique Group ?), novel-novel (Marga T ?), komik-komik (Zaldy ?).
Di antara tujuan pendidikan adalah : meningkatkan ketaqwaan, mempertinggi akhlak, memperkuat kepribadian. Tujuan tersebut diikhtiarkan mencapainya melalui masing-masing bidang studi. Masalahnya :
# Bagaimana caranya menyajikan Matematika agar lebih akrab dengan khazanah, suasana Islam ?
# Bagaimana caranya menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar lebih yakin akan Keagungan dan Kemahakuasaan Allah, pencipta alam semesta ?
# Bagaimana caranya menyajikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) agar lebih bergairah berperan menunaikan amanah amar makruf, nahi munkar ?
# Bagaiamana caranya menyajikan Pendidikan Kewarganegaraan agar lebih tunduk kepada Hukum Ilahi ?
# Bagaimana caranya menyajikan Pelajaran Bahasa Asing agar lebih peka menangkis ajaran-ajaran yang memusuhi Islam ?
# Bagaiamana caranya menyajikan Pendidikan Jasmani agar lebih peka menghadapi pihak-pihak yang memusuhi Islam ?
# Bagaimana caranya menyajikan Pendidikan Kesenian agar lebih akrab dengan khazanah, suasana Islam, dan lebih percaya diri ?
# Bagaimana caranya menyajikan Pendidikan Ketrampilan agar lebih akrab dengan mata-usaha yang berpedoman kepada petunjuk-petunjuk Islam, dan lebih kreatip ?
Pada masa kebangkitan dan kemajauan dalam bidang ilmiah dalam dunia Islam, filsafat merupakan senjata yang ampuh bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam. Tampak pengaruh orang-orang bekas penganut-penganut agama Yahudi, Nasrani, Majusi dan bermacam-macam agama lain, yang telah memeluk Islam. Mereka menyerang Islam dengan memasukkan keragu-raguan ke dalam agama Islam dengan bersenjatakan filsafat dan logika Yunani.
Kaum Mu’tazilah menyelami filsafat untuk mempertahankan agama Islam, meskipun banyak di antara mereka itu memakai senjata tersebut untuk menikam diri sendiri. Mereka menerima aspirasi dari filsafat Yunani, tanpa rasa rendah diri. Pengaruh Yunani pada peradaban Islam terbatas pada pengetahuan dan filsafat.
Aspek peradaban Yunani yang menjijikkan buat Islam, mereka tolak, seperti penyembahan berhala, kontes atletik dan sport, lukisan dan ukiran telanjang, musik, drama, seni, organiasi, politik, ekonomi dan sosial.
Kaum Mu’tazilah memakai filsafat sebagai senjata untuk mempertahankan Islam terhadap serangan dan tantangan musuh-musuh Islam. Mereka mengadakan konfrontasi ilmiah untuk mempertahankan akidah Islam. Mereka bergerak membela akidah, memelihara sunnah dan menangkis bid’ah, meskipun ada yang memandangnya tidak banyak diandalkan.
Pada satu dua abad yang lalu, perbedaan antara keterbelakangan materi orang Muslim dengan enersi yang mengagumkan dan hasil nyata Eropah, sudah sangat menyolok. Kaum modernis sangat mengagumi peradaban Barat (Eropah). Mereka menaruh penilaian yang tinggi terhadap nilai-nilai Barat. Mereka menggambarkan, bahwa peradaban Barat itu jauh lebih tinggi dan unggul dari Islam dan perdabannya dalam segala hal. Mereka memandang, bahwa menampilkan apa-apa yang berbau Islam dalam lingkungan hidup modern sekarang ini adalah semacam ketololan yang menimbulkan ejekan dan hinaan. Mereka kagum terhadap keunggulan ilmu-ilmu fisika, dan juga ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh filsafat Barat.
Mereka berpendapat, jika orang Muslim dapat menelan ilmu pengetahuan melalui pendidikan modern, maka orang-orang Muslim akan menjadi sama kuatnya, sama progresifnya, dan sama kayanya. Mereka yakin sekali, bahwa ini merupakan jalan yang benar ke pada arah kelangsungan Islam dalam panggilannya ke pada manusia modern.
Mereka berkeyakinan, bahwa pendidikan dan sains Barat modern adalah kunci kemakmuran dan kejayaan. Kaum Muslimin mundur dalam kemajuan duniawi karena tidak mempelajari sains Barat modern. Rasa rendah diri yang diakibatkan oleh penyerahan diri terhadap kekuasaan penjajah, menggiring mereka memungut kebudayaan dan pandangan hidup materialistik, yang diarahkan demi kegunaan dan keuntungan.
Mereka memandang perlu menggalakkan usaha-usaha pengembangan sistim pendidikan baru (Barat modern) ke seluruh pelosok. Pandangan mereka ini diterima tanpa kritis. Mereka berusaha memadukan Islam dengan kehidupan modern. Mereka bermaksud menafsirkan syari’at Islam (fikih dan hukum-hukum syara’) menurut tafsiran yang sesuai dengan generasi baru dan peradaban modern, dengan suatu cara yang bebas dari pengaruh penafsiran klassik (salaf).
Mereka menyerang sistim pengajaran tradisional yang tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan modern. Usaha mereka ini telah membuka pintu pembaratan (westernisasi) bagi generasi berikutnya.
Anjuran supaya Ilmu Umum diajarkan di Madrasah, di Minangkabau sudah mulai sejak tahun 1911 dan sudah dilaksanakan sejak tahun 1931. Sebab musabanya ialah karena Ilmu Umum itu dipandang penting untuk kemajuan hidup duniawi. Dalam majalah Al-Munir (yang terbit di Padang mulai tahun 1911) murid-murid surau (pesantren) dianjurkan supaya mepelajari Ilmu Umum dan bahasa Barat (Eropah).
Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja dan papan tulis ialah seklah Adabiah (Adabiah School) di Padang, yaitu madrasah (sekolah agama) yang pertama di Tanah Air yang didirikan tahun 1901 oleh Syaikh Abdullah Ahmad. Pembahsan dan penyelidikan soal-soal agama secara mendalam sudah mulaia di Minangkabau sejak tahun 1918.
Yang mula-mula melakukan pendidikan Islam untuk masyarakat umum dengan tabligh, pidato, khutbah, ialah Syekh Muhammad Jamil Jambek, kira-kira tahun 1911. Syekh M Thaib Umar adalah yang mula-mula mengarang kitab khutbah Jum’at dan Hari Raya dalam bahasa Melayu yang dicetak dan disiarkan di seluruh Minangkabau, kira-kira tahaun 1918. Khutah Jum’at dalam bahasa Melayu yang pertama dilakukan adalah di Lantai Batu, Batu Sangkar, Minangkabau, kira-kira tahun 1918.
Pada tahun 1920 di Minangkabau sudah tersebar 5 (lima) majalah Islam yang diusahakan oleh Sumatera Thawalib : Al-Munir (Padang), Al-Bayan (Parabek, Bukittinggi), Al-Imam (Padang Japang, Padang Panjang), Al-Basyir (Sungayang, Batu Sangkar) dan Al-Itqan (Maninjau, Bukittinggi).
Upaya pelaksanaan anjuran pengajaran Ilmu Umum di Madrasah dilakukan dengan menyerapnya secara utuh, dan lupa menyesuaikannya (mengadaptasinya) dengan semangat, suasana, lingkungan Madrasah. Tujuan umum masing-masing Ilmu Umum hendaknya mengacu pada tujuan Ilmu Agama yang sejalan.
Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hendaknya sejalan dengan tujuan Ilmu Tauhid, yaitu agar tumbuh rasa kagum akan Ke-mahakuasaaan Pencipta alam semesta, dan ciptaannya. Ya Tuhan kami, bukanlah Engkau jadikan ini dengan percuma (sia-sia). (QS Ali Imran 3:191).
Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hendaknya sejalan dengan tujuan umum Ilmu Tarikh, yaitu memperkokoh keimanan dan keyakinan. (QS Hud 11:120)
Tujuan umum Ilmu Bahasa untuk dapat membela agama dari serangan musuh-musuh agama. Barangsiapa yang mempelajari bahasa sesuatu kaum, maka ia akan selamat dari tipu daya merekaa. Ilmu Bahasa diajarkan sebagai sarana pertolongan untuk mengetahui tipu daya dan politik licik musuh-musuh agama, yang tertuang dalam bahasa mereka.
Tujuan Pendidikan Jasmani secara umum adalah untuk memelihara, menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh, serta membela diri dan kehormatan agama. Silat (cabang Seni Beladiri), Kasidahan (cabang Kesenian), Bertani, Berternak, Bertukang diajarkan sebagai bidang studi extra kurikuler.
Materi Ilmu Umum hendaknya disajikan berdasarkan pada tujuan umum yang sejalan dengan tujuan umum Ilmu Agama, merupakan tnash-nash agama yang berhubungan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial kemasyarakatan.
Bahan bacaan untuk Ilmu Bahasa sebagian dipungut dari karya orientalis.
Contoh-contoh soal hitungan untuk Matematika diambilkan dari alat peraga yang berindikasi identitas Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh, zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga (rente).
Di samping itu juga diperkenalkan dengan sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika
Untuk semua ini, sebagai bahan acuannya dapat digunakan kitab Tafsir Thanthawi Jauhari. Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari ini diolah ke dalam beberapa buku bidang studi : Geografi, Antropologi, Fisika, Biologi, Kosmografi, dan seterusnya (Jilid 10, hlm 70, 92, 120, Thariq al-Ittihad). Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari merupakan manifestasi hasil-usaha seorang Muslim untuk menggali isi kandungan al-Qur:an, sesuai dengan ilmu dan keahliannya, yang banyak menitik beratkan uraiannya dalam ilmu alam dan biologi.
Pengajaran Ilmu Agama hendaknya dapat menumbuhkan akhlak mahmudah, moral esensial, sikap mental positip, serta menjauhkan akhlak madzmumah, moral artifisial, sikap mental neatip.
Pendidikan Ibadat (Shalat, Shaum, Zakat, Haji) hendaknya dapat menumbuhkan sikap mentalkhalifah fil ardh, sikap mental inventor, bukan hanya sekedar sikap mental operator, apalagi bukan sikap mental imitator.
Pendidikan Moral Islam cukup sudah untuk menumbuhkan sikap mental kreatip, tanpa perlu lagi berpaling ke pada moral lain, baik yang berasal dari dalam maupun luar tanah air.
Natijah dari semua itu adalah sebagai berikut :
# Pengertian Ilmu Agama secara definitip masih samar.
# Kaum Mu’tazilah mengutip filsafat dan logika Yunani untuk membela akidah, memelihara sunnah dan menangkis bid’ah.
# Kaum Modernis menjiplak pendidikan dan budaya modern untuk menyaingi kemajuan duniawi Barat.
# Ilmu untuk hidup. Hidup untuk amal. Tujuan akhir Ilmu adalah untuk amal (ibadah ke pada Yang Maha ‘Alim).
# Ilmu Agama hendaknya disenyawakan (compounded) dengan Ilmu Umum, bukan hanya sekedar dicampurkan (combined).
#Teori ilmiah senantiasa berkembang. Kitab Tafsir Thanthawi Jauhari masih segar untuk acuan (rujukan) buku-buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Memadukan "Islam Pedoman Hidup Yang Lengkap" ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (pasti-alam/sosial-budaya)

Memadukan "Islam Pedoman Hidup Yang Lengkap" ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (pasti-alam/sosial-budaya)
Catatan berikut bukanlah dari kalangan guru atau pendidik, apalagi ilmuwan, tapi hanyalah dari kalangan yang peduli akan pendidikan. Diharapkan kiranya pada suatu ketika nanti, ada yang berkesempatan merintis menyelenggarakan suatu sekolah/perguruana yang berco9rak Islamai secara terpadu (integrated), tak terpisah antara pengetahuan agama dari pengetahuan umum (Sekolah Umum plus pengetahuan agama).
Usaha perintisan ini tentu saja dimulai dari bawah, yaitu dari Sekolah Dasar (SD), sebagai dasarnyaaaaaaaaa. Dalam hal ini diharapkan beberapa pokok masalah berkenaan dengan SD Islami terpadu tersebut sebagai berikut :
Maksud dan tujuan :
# SD tersebut dimaksudkana agar para lulusannya memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melanjutkan pelajarannya pada sekolah lanjutan, yaitu sekolah yang lebih tinggi.
# Anak didik yang tak berhasil memasuki sekolah lanjutan, dipersiapkan memiliki sekurangnya salah satu cabang ketrampilan atau keprigilan, sehingga memiliki bekal untuk terjun ke dalam masyarakat dan dunia kerja.
# Anak yang selesai mengikuti pendidikannya, diharapkan sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakan ibadah seperti : shalat wajib, puasa wajib, amal zikir sehari-hari.
# Anak dsdik diharapkan sudah dapat memiliki akidah keyakinan yang memadai sebagai dasar pedoman memahami dan menghadapi hidup dan kehidupan.
Bahan pelajaran/kurikulum :
# Materi pelajarannya disesuaikan sekurang-kurangnya minimal menyamai kurikulum SD Umum.
# Pelajaran agama tidak dipisahkan secara mutlak dari pelajaran umum, tetapi sebaliknya pelajaran umum tersebut diolah kembali dulu (direvisi) dengan menggunakan pedoman pokoknya pelajaran agama, dan baru kemudian hasil olahan tersebutr disajikan ke pada anak didik.
# Pelajaran IPA direvisi (diproses) dengan pelajaran tauhid, sehingga pelajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan roh akidah, roh tauhid, roh iman.
# Pelajaran IPS direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, pelajaran tarikh, kisah, riwayat, ibarat, sehingga pelajaran IPS juga dapat digunakana sebagai sarana untuk membentuk akhlak karimah, budi luhur mulia, menumbuhkan ruh jihad dan ruh ijtihad.
# Pelajaran Matematika direvisi (diproses) dengan roh agama, nafas agama, jiwa agama, sehingga dapat tumbuh rasa kebanggaan akan hasil usaha, ciptaan, penemuan para ilmuwan Muslim dulu, serta mengenalkan alat peraga yang bernafas Islam, seperti sajadah, mushalla, mihrab, mesjid, menara, kullah, kolam, sawah, ternak, kiblat, mukenah, dan lain-lain disamping segitiga, segiempat, bujursangkar, trapesium, kubus, kerucut, dan lain-lain. Juga mengenalkan hitungan yang bernafaskan agama seperti zakat, fitrah, nisab, hisab, raka’at, dan lain-lain, serta menjauhkan dari hitungan yang di luar agama, seperti : bunga, rente, dan lain-lain.
# Pelajaran bahasa direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, dan tarikh yang membangkitkan kecintaan ke pada Rasul dan agama dan menumbuhkan keinginan untuk meneladani tingkah rasul, yaitu dengan menyajikan bacaan dan contoh-contoh kalimat yang berjiwa agama.
# Pelajaran agama ditekankan pada kemampuan membaca al-Qur:an dan dapat pula memaahami bebeapa ayat al-Qur:an dan beberapa Hadits. Makna ayat-ayat al-Qur:an dan Hadits ini dapat pula dipelajari dan dipahaminya pada pelajaran IPA dan IPS. Di samping itu pelajaran ibadah praktis berkenaan dengan kaifiat shalat, puasa, dzikir yang bersumber dari nash yang shahih.
# Pelajaran kesenian dan olehraga hendaklah disesuaikan dengan kemauan dan kehendak agama.
# Pelajaran ketrampilan/keprigilan diberikan sebagai pelajaran pilihan wajib (fakultatif) di antara berbagai macam ketrampilan seperti : bertukang (tukang batu, tukang mebel), berkebun, berternak (ternak ayam, ternak bebek), memasak, menjahit, sablon, bengkel (sepeda, elektronika), dan lain-lain yang dapat dimanfa’atkannya bila ia tak sanggup melanjutkan sekolahnya, dan di samping itu hasil prakteknya dapat pula dihimpun sebagai dana sekolah/perguruan.
Dana/biaya :
# Dana diusahakan dengan menghimpunnya dari para umat Islam sendiri baik yang kaya mapun yang sederhana (fis sharra wad dharra) sesuai dengan kemampuan dan keikhlasannya, baik yang berupa donatur tetap maupun yang berupa dermawan insidentil, maupun berupa infak, shadakah, zakat, wakaf, derma, sumbangan dari umat Islam.
# Uang sekolah dari anak didik, yang disesuaikan dengan kemampuan orangtuanya, dan diusahakan seminimal mungkin.
# Hasil penjualan dan hasiul kegiatan praktek anak didik pada pelajaran ketrampilan.
Peralatan/perlengkapan :
# Semua biaya peralatan dan perlengkapan disesuaikan dengan dana yang ada.
# Selain gedung dan mebel, diperlukan perlengkapan untuk praktek pelajaran ketrampilan (pra karya), laboratorium, juga perpustakaan untuk menunjang pelajaran formal.

Monday, March 28, 2011

Extra kurikuler

Extra kurikuler
Pendidikan terpadu dapat berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama ( yang objek kajiannya ajaran Islam) sebagai kurikulum inti plus pengetahuan umum (yang objek kajiannya pemenuhan kebutuhan duniawi) sebagai kurikulum penunjang (extra kurikuler.
Dan dapat pula berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang (Sekolah Umum plus pengetahuan agama).
Kurikulum penunjang terdiri dari mata pelajaran (bidang studi) pilihan (fakultatif) dan sarana penunjang.
Pada madrasah (pondok pesantren) Thawalib/Diniyah di Padang Panjang pada masa madrasah berkelas (dengan sistim perguruan) sekitar tahun duapuluhan (1910-1930), sebagai kurikulum inti diajarkan hanya Pengetahuan Agama 9terdiri dari dua belas macam Ilmu Agama, termasuk bahasa Arab sebagai mata pelajaran penunjang).
Keduabelas macam Ilmu Agama tersebut (beserta buku yang dipakai) adalah sebagai berikut :
# Fiqhi/Hukum Islam (Matan Taqrib, Fathul Qarib, Muhazzab, Bidayatul Mujtahid).
# Ushul Fiqhi/Ilmu Asas Hukum (Matan Waraqat, Syarah Waraqat, Jam’ul Jawami’).
# Tauhid/Ilahiyat (Matan Sanusi, Syarah Sanusi, Umul Barahin, Risalatut Tauihid).
# Tafsir (Jalalain, Baidhawi, Muhammad ‘Abduh/Rasyid Ridha).
# Hadits (Arba’in, Jawahirul Bukhari, Shahih Bukhari/Muslim).
# Musthalah Hadits (Matan Baiquniah, Syarah Baiquniah).
# Mantiq/Ilmu Tatapikir (Matan Sulam, Syarah Sulam),
# Balaghah/Ilmu Seni Sastra Arab (Ma’ani, Bayan, Badi’) (Jauhar Maknun, Talkhis).
# Sharaf (Matan Bina, Kailani, Taftzani, Ibnu ‘Aqil),
Nahwu (Tatabahasa Arab) (Matan Ajrumiah, Mukhtashar, Syekh Khalid, Azhari, Qatrun Nada).
Di samping buku tersebut di atas, pada madrasah Tarbiyah di Candung Bukittinggi diajarkan pula buku/kitab : Inayat-al-Thalibin, al-mahalli (untuk Fiqhi), Ihyaa Ulumud-Din (untuk Tasauf/Ilmu Kerohanian).
Sebagai kurikulum dan sarana penunjang (ekstra kurikuler) pada Madrasah Thawalib/Diniyah disediakan pula :
# Kursus Bahasa Asing (Belanda, Inggeris, Perancis, Jerman) menurut pilihan/selera masing-masing.
# Taman Bacaan yang memiliki koleksi : buku pengetahuan agama dan umum, majalah seperti : Fikiran Rakyat, Soeloeh Indonesia Moeda, Daulat Rakyat, Benih Indonesia, Nationale Comentaten, Peninjauan, Abad ke-XX, koran/harian seperti : Fajar Asia, Oetoesan Indonesia, Bintang Timoer, Pewarta Deli, Keng Po, Sin Po, Sin Tik Po.
# Organisasi pelajar (semacam OSIS) dengan kegiatan minggu : latihan muhadharah (belajar berpidato), pembacaan terjemah karya sastra asing, bimbingan belajar seperti : seni musik, seni lukis, jahit-menjahit, sulam-menyulam.
# Pendidikan kepanduan (biangnya kepramukaqn) yang sesewaktu melakukan perkemahan/camping.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler seperti tersebut di atas membuat pelajar dan lulusan/alumni Madrasah Thawalib/.Diniyah bersikap lebih maju )progressif), wawasan politiknya lebih luas (militant), lebih banyak terlibat dalam kegiatan politik praktis menuntut kemerdekaan Indonesia. Juga mereka dapat kenal dengan karya-karya pujangga perancis, Inggeris seperti Gustave Flauber, Honore Balzac, Cone Dayle, Charles Dicken.
Dewasa ini ada terdapat kecenderungan perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang, sebagaimana terlihat pada Kegiatan Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) di ITB Bandung setiap pagi Minggu.
Sebagai kurikulum penunjang untuk pelajar sekolah umum (SLTP/SMU) diberikan Materi Mentoring mingguan, antara lain : membaca al-Qur:an, Pengertian Islam, al-Qur:an Pedoman hidup, Islam dan Sunnatullah, Sunnah dan Ijtihad, Akhlak Muslim, Akhlak Terpuji, Akhlak Tercela, Ibadah Praktis, Shalat, Puasa, Zakat, Islam dan Perspektif Sejarah, Pribadi Muslim, Kepemimpinan, Ibu-Ayah-Anak serta hubungannya, Pendidikan sepanjang hayat, Tugas Khilafah, Pengertian Dakwah, Jejak Risalah, Do’a Inti Ibadah, Masalah Islam, Kisah-kisah uswah, Teladan Muslimah, Adab dalam Islam, Khulafaur-Rasyidin, Shahabat-shahabat Rasulullah, Mujahid dan Mujtahid, Tauhid, Membina Masjid.
Di samping itu diberikan pula bimbingan belajar : Matematika, IPA, IPS, Bahasa, Ketrampilan : Kelistrikan/montir, Percetakan/grafika, muballigh/mujadalah/muhadharah, Kesenian : angklung/drumband, Olahraga : senam massaaal (senam berirama), seni beladiri, serta Pelayanan Sosial : kunjungan sosial, santunan sosial, bimbingan keluarga, pelayaanan kesehatan/klinik, dan dilengkapi pula dengan : Pelayanan buku (perpustakaan), Pelayanan penerbitan (materi pengajian), kebendaharaan : dana/baitulmal, koperasi remaja (warung pelajar).
Pondok Modern dan Madrasah masa kini merupakan perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama dan pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengajaran ketrampilan sebagai kurikulum penunjang, yang barangkali dapat disebut sebagai Pondok Kewirastaan seperti yang pernah dirintis di Kandang Ampek Kayu Tanam (termasuk wilayah INS Mohammad Syafi’I sebelum masa Kemerdekaan).
Di saming upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan sementara para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk menerangkan ide, cita, kehendak, keingingan, kemauan ajaran Islam.
Ada yang menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains, Fisika, Biologi), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam.
Muncullah karya-karya ilmiyah yang cukup baik sebagai konsumsi ekstra kurikuler bagi madrasah Islam dan sekolah umum.

Memadukan Islam dan Kurikulum

Memadukan Islam dan Kurikulum
Memadukan "Islam Pedoman Hidup Yang Lengkap" ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (Pasti/Sosial-Budaya).
Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media (sarana) untuk menanamkan/memperkokoh/memperkuat akidah Isslam ke dalam jiwa.
Karena Islam itu merupakan segala-galanya, maka yang penting adalah mengintegrasikan pendidikan agama ke dalam semua bidang studi (Dr H Aminuddin Rasyad, dkk : "Pengabdian Dalam Bidang Pendidikan", SESOSOK PENGAbdi, yabm, Jakarta, 1990, hlm 59).
Secara terus menerus perlu dicarikan metoda yang paling baik untuk :
# mengajarkan materi pokok (aqidah, ibadah, akhlaq, al-Qur:an, hadits, tarikh).
# memasukkan Ilmu-ilmu Islam lewat materi penunjang (Matematika, Fisika, Biologi, IPS dan IPA).
# mengislamkan materi kreatif (Seni, Olahraga/bermain dan budaya). (Moh Amin Masrur, SIP, Dunia Main)
Lahirlah metoda Iqra (Yogya), metoda Qirati (Semarang), metoda Barqy (Surabaya) sebagai alternatif metoda belajar al-Qur:an (Tabloid JUM’AT, No.36, Tahun II, 7-20 Muharram 1412H, hlm VII).
Pendidik Muslim hendaknya memadukan, menyatukan, menggabungkan (baik secara formal maupun informal) kurikulum (pengetahuan umum) dan dasar keislaman (al-Qur:an, Hadits, pengetahuan agama Islam) dalam memantapkan dan mengokohkan akidah Islam dan kesadaran beribadah.
Pendidik Muslim hendaknya menggabungkan, menyatukan kurikulum pelajaran dengan kehidupan seorang Muslim dalam pembentukan pola pikir dan kepribadian yang Islami.
Guru Sejarah/Tarikh hendakanya juga menjelaskan bahwa bagi Allah ada sunnah-kauniyah atau sunnah alam yang tetap beredar dan berjalan atas umat maupun individu.
Guru Sejarah hendaknya juga memberitahukan bahwa kemajuan dan kemunduran ummat adalah mengikuti sunnatullah.
"Bagi tiap-tiap ummat ada ajal" (Tarjamah QS Yunus 10:49, A’raf 7:34).
Pelajaran IPS direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh, kisah, riwayat, ibarat, sehingga pelajaran IPS juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk akhlak karimah, budi luhur mulia, menumbuhkan ruh jihad dan ruh ijtihad.
Pelajaran IPS disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial kemasyarakatan.
Pelajaran IPS hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang dikandung dalam kitab akhlak.
Guru Geografi, Geologi, Geofisika, Kosmografi hendaknya mengajarkan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, Maha Pencipta, Maha Pengatur, Maha Penguasa, Maha Bijaksana, Maha Tahu, berupaya memberikan rangsangan untuk tertarik memikirkan, merenungkan kejadian alam ini sebagai ciptaan Allah.
Guru Fisika, Kimia, Biologi hendaknya memanfa’atkan penemuan ilmiah untuk memantapkan kepercayaan, keyakinan akan kemahaesaan, kemahabijakan, kemahakuasaan Allah swt, merujuk ke pada ayat al-Qur:an yang berhubungan dengan itu.
Pelajaran IPA direvisi (diproses) dengan pelajaran tauhid, sehingga pelajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana untuk menanmkan roh akidah, rah tauhid, roh iman.
Pelajaran IPA disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta).
Pelajaran IPA hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kita tauhid.
Teori evolusi Darwin, teori generatio spontanea (dalam bidang studi Biologi), teori relativitas ( dalam bidang studi Fisika Kwantum) misalnya pertlu dikonfrontir dengan Islam tentang validitasnya.
Teori yasfikud-dima, teori homo homini lupus, teori exploitation de l’home par l’home, yang lemah mangsa yang kuat, teori seleksi alam perlu diluruskan.
Guru Matematika hendaknya menjelaskan dengan contoh-contoh yang islami, seperti menjelaskan hitungan bilangan dengan contoh-contoh : Hisab, hitungan zakat, hitungan warisan (faraidh), menjelaskan cara penulisan skema, grafik, statistik dengan menjelaskan skema zakat, warisan, statistik jema’ah haji, statistik penduduk negara-negara Islam. Masalah-masalah hitungan matematika hendaknya dikaitkan dengan pikiran yang Islami.
Teori rente (dalam bidang studi Matematika dan Ekonomi) perlu dikonfrontir dengan Islam tentang ke-validitasannya.
Pelajaran matematika direvisi (diproses) dengan roh agama, nafas agama, jiwa agama, sehingga dapat timbul rasa akebanggaan akan hasil usaha, ciptaan, penemuan para ilmuwan muslim dulu, serta mengenalkan alat peraga yang bernafas Islam, seperti sajdah, mushalla, mihrab, masjid, menara, kullah, kolam, sawah, ternak, kiblat, mukenah, dan lain-lain, di samping segitiga, segiempat, bujur sangkar, trapesium, kubus, kerucvut, dan lain-lain. Juga mengenalkan hitungan yang bernafaskan Islam, seperti zakat, fitrah, nisab, hisab, raka’at, dan lain-lain, serta menjauhkan dari hitungan yang di luar agama, seperti : bunga, rentge, dan lain-lain.
Contoh-contoh untuk Matematika diambil dari alat peraga yang berindikasi identitas Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh, zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga (rente).
Di samping itu juga diperkenalkan dengan sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika.
(Dalam hubungan sumbangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan, antara lain tertera pada "Contributions of Islamic Civilation to World Culture" dalam buku "Muhammad The Educator", karya Robert L Gullick, Jr, terbitan Institute Of Islamic Culture, Lahore, Pakistan, 1969 (third impression). Masih dalam hubungan ini, Muhammad Quthub dalam bukunya "Islam Kini dan Esok", terbitan Gema Insani Press, Jakarta, menyebutkan bahwa Ibnu Majid memperkenalkan peralatan-peralatan kebaharian kepada Fasco da Gama, dan bertindak sebagai pemandunya meneruskan perjalannya ke wilayah Indonesia. Juga menyebutkan bahwa orang pertama yang mengekspos kemungkinan pembuatan bom atom adalah seorang ilmuwan besar mesir yang Muslim Dr Musthafa Musyrifah, setelah mempelajari teori Einstein pada awal tahun 1930-an).
Guru Bahasa/Sastra hendaknya menyajikan materi bahsan yang berisi pemikiran yang islami.
Pelajaran bahasa direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh yang dapat membangkitkan kecintaan ke pada Rasul dan Islam, serta menumbuhkan keinginan untuk meneladani tingkah Rasul, yaitu dengan menyajikan bacaan dan contoh-contoh kalimat yang berjiwa Islam.
Guru Kesenian hendaknya menyajikan nyanyian yang bernafaskan Islam.
Pelajaran kesenian dan Olahraga hendaknya disesuaikan dengan kemauan dan kehendak Islam.
Pelajaran ketrampilan/keprigilan, Kesenian, Olahraga hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning.
Pendidikan Moral hendaknya dapat menumbuhkan sikap mewntal kreatip.
Di samping upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan sementaraa para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk meneroipong ide, cita, kehendak, keinginan, kemauan ajaran Islam.
Ada yang menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam.
Penerbit buku-buku Islam hendaknya lebih banyak menerbitkan buku-buku karya ilmiah yang menggunakan IPA/ips UNTUK MEMAHAMI Islam, yang cukup baik sebagai konsumsi ekstra kurikuler bagi madrasah agama dan sekolah umum.

Bahan kajian

Bahan kajian
Apakah benar letak geografis mempunyai pengaruh terhadap tradisi, kebiasaan, adat, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, watak kesatuan sosial, warna kulit, bentuk tubuh, kecenderungan, aaktivitas, akhlak, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun (1332-1406) di dalam Muqaddimah Kitab Al-I’barnya hlm 275-344 ?
Ibnu Khaldun stressed the influence of climate and the important bearing of the natural landscape in moulding civilisation and in determining physical, mental, and the moral characteristics. He pointed out that persons living near the equator are dark-skinned because of the intensity of the sun’s rays. He accounted for the cheerful, carefree, exuherant character of the negroes on the basis of the high temperature of the country. He found the inhabitants of the temperate zones conspicuous for intelectual and physical endowments, the prophets and thinkers arose in these middle zones where dwell the Arabs, Persians, Romans, Greeks, Israelites, Indians and Chines (Robert L Gullick, Jr : "Muhammad The Educator", 1969, hlm 70, TM Usman El-Muhammady : "Islamic Sociologi", 1951, hlm 18).
Apakah benar letak bumi berpengaruh pada ihwal manusia, seperti diungkapkan Montesquieu (1689-1755) dalam "L’Espirit des Lois" (SUARA HIDAYATULLA, No.02/X/Juni 1997, hlm 12).
Apakah benar bahwa semua bangsa yang hidup di bawah bayangan udara hangat katulistiwa semuanya hidup serba malas-malasan. Sedangkan yang hidup di tanah berempat musim selalu bergiat dan kerja keras ? (KOMPAS, Senin, 31 Agustus 1992 : "Dari Primitif Ke Nonblok").
Apakah benar negeri-negeri beriklim panas (tropis) cenderung anarkis, sulit diatur, konvensional, semaraut, cupet (picik), emosional ? (Muhammad Qutub : "Islam Kini dan Esok", 1994, hlm 91).
Apakah benar, bahwa etos kerja sebagai tradisi yang dimiliki bangsa yang maju dibangkitkan dengan paksa oleh kondisi alam bermusim salju tempat mereka hidup? Untuk menangkis hawa dingin, musim salju, mereka memerlukan berlapis-lapis pakaian, perlu makan daging dan minum anggur untuk menghangatkan tubuh, perlu rumah berdinding tebal dan alat pemanas ruangan. Untuk memenuhi kebutuhan yang berat dan banyak itu mereka mesti bekerja keras dalam masa hanya enam bulan dalam satu tahun. Sehingga bekerja dan berpikir keras telah menjadi satu kebutuhan dalam kehidupan mereka.
Sebaliknya dengan bangsa Indonesia yang tinggal di bumi subur khatulistiwa, di mana orang dapat hidup dalam tradisi bersantai-santai, bahkan bermalas-mala karena tidak membutuhkan banyak keperluan hidup. Tanpa pakaian dan tidur di alam terbuka boleh saja. Bekerja di sawah ladang dapat dilakukan pada waktu sesuka hati, tak ada musim dingin. Di samping itu budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan (AA Navis : "Strategi Pendidikan Nasiona", KOMPAS, Senin, 7 Agustus 1995, hlm 4, kol 5-9).
Apa benar budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan ? Apa memang harus ditumbuhkan budaya individualistis ? Apakah kemiskinan mendorong untuk bekerja keras ataukah untuk bermalas-malas ?
Sejak kapan Eropah, Jepang, maju ? Sejak kapan mereka memiliki etos kerja ? Sebelum timbulnya revolusi industri di Eropah, apakah kondisi Eropah lebih maju dari negeri lain ? Sebelum timbulnya restorasi Meji di Jepang, apakah kondisi Jepang lebih baik dari negeri lain ?
Benarkah bangsa Indonesia ini bangsa pemalas, seperti yang ditiupkan oleh bangsa Barat, dan kemudian dimamah mentah-mentah oleh cendekiawan Indonesia sendiri ? Bagaimana dengan keadaan bangsa Eskimo, Indian, Negro, penghuni gurun Ghobi, Shara, Kalahari ? (Dalam hubungan ini patut juga dicatat bahwa orang Australia yang Protestan kebanyakan keturunan Inggeris, dan mereka umumnya kelas menengah. Sedangkan yang beragama Katolik adalah keturunan Irlandia sabagai pekerja-pekerja miskin. Simak KOMPAS, Minggu, 16 November 2000, hlm 4 : "John Winston Howard").
Kehadiran George Stephenson, apakah dapat sambutan hangat, ataukah dapat penolakan masyarakat pada awalnya ? Kehadiran Thomas Alva Edison apakah atas upaya/kehendak masyarakatnya ataukah semuanya itu hanya semata-mata kehendak Allah ? ( Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam. Simak QS at-Takwir 81:29. Man proposes. God disposes. Man does what he can, and God what He will).
Dalam Eropa Modern – menurut Ali Syari’ati yang dikutip Mukti Ali – teknisi-teknisi biasa saja dapat membawa kemajuan ilmiah, dan kebangkitan rakyat, sedangkan orang-orang genius menyebabkan kemadegan dan stagnasi. Kenapa ?
Genius Habibie, yang lulusan Perguruan Tinggi luar negeri (Achen Jerman, dengan predikat cum laude, yang puluhan tahun menekuni riset dan teknologi, namun saka sekali tak membawa kemajuan apa-apa bagi dunia pendidikan, termasuk IPTEK (meskipun sekedar rakitan pesawat terbang, tetap saja tertinggal dari dunia maju ?).
Muhammad Syafi’I yang bukan seorang genius, berhasil menciptakan bentuk pendidikan yang sama sekali baru (INS Kayutanam). Namun sayang, usahanya itu terpaksa terhensti sampai kini, karena terjadinya pergolakan daerah ( di Sumater Barat), dan belum ada yang tampil meneruskan usahanya itu.
Buku "Kisah Penemuan Dari Masa Ke Masa" oleh Egon Larsen, sama sekali tak mampu memotivasi kreativitas siswa dan mahasiswa Indonesia.
Apa benar tidak ada norma type ras coklat seperti yang ada pada bangsa-bangsa kulit putih dan kulit kuning, sehingga tidak terjadi suatu bentuk peradaban bangsa kulit coklat ? Apa benar perbedaan fisik merupakan indikasi perbedaan mental-spirituail, intelektuil, karakter ?
Apa benar sikap lahir menentukan sikap batin ? Apakah benar kemampuan rohaniah manusia bergantung pada sifat-sifat yang turun-temurun diwarisi dan betapapun juga pengaruh rangsangan alam sekitarnya, namun reaksi seseorang terhadap lingkungannya dibatasi dan ditentukan menurut potensinya pada saat kelhairan ? Seperti yang diprovokasikan oleh Lstoddard dalam "Dunia Baru Islam", 1966, hlm 105-107, 115, 138).
Perubahan yang diciptakan oleh industrialisasi, adalah begitu revolusioner, sehingga tideak ada bandingannya dalam sejarah kebudayaan manapun juga. Perubahan ini adalah teristimewa luar biasa, ungkap Emery Reves dalam "Anatomy of Peace" (ZA Ahmad : "Dasar-Dasar Ekonomi Dalam Islam", 1952, hlm 8).

Kenapa Indonesia tetap saja semakin tertinggal ?

Kenapa Indonesia tetap saja semakin tertinggal ?
Setiap orang, kumpulan (society), negara mengkonsumsi hasil produksi berbagai orang, kumpulan, negara. "We can not stand alone". Tak satu pun negara yang siap dengan "autarki". Setiap negara takut dengan "embargo dan blokade ekonomi", termasuk Indonesia. Bagaimana mengatasi kemelut ini (lingkaran setan) secasra realistis ? Dengan pendidikan ?
Sudah lelbih lima puluh tahun tumbuh marak berkembang beraneka ragam Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta, lengkap dengan perpustakaan dan laboratoriumnya, serta beraneka ragam lembaga riset, penelitian. Bahkan sudah ratusan ribu (jutaan barangkali ?) pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik lulusan dalan negeri, maupun luar negeri. Namun Indonesia, tetap saja semakin tertinggal berpacu dengan negara maju, baik ekonomi, IPTEK, sarana militer. Di mana salahnya ?
Sebaliknya Jepang yang lebih lima puluh tahun yang lalu hancur berantakan, kini tampil di depan memimpin ekonomi, IPTEK sebagai negara maju. Kenapa bisa terjadi demikian ? Apa yang bisa dijadikan "kambing hitam" sebagai faktor penyebab Indonesia tetap saja semakin tertinggal dari negara maju ? Apa yang bisa dibanggakan Indonesia, baik pada masa Orla, maupun pada masa Orba ? (Bks 26-5-98)

Studi Islam

Studi Islam
Sejak menerima wahyu pertama samapi terakhir, Nabi Muhammad, Rasulullah saw telah mengajarkan (mendakwahkan) Islam ke pada seluruh ummat manusia, secara sempurna, baik teoritis (ilmiah) mauapun praktis (amaliah), secara berurutan dari alif sampai ya, dari alfa sampai omega, dari a sampai zet. "Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang besar (mulia)" (QS Qalm 68:4).
Sesuai dengan tuntutan zamannya, kini ummat Islam mengajarkan Islam pada angkatan berikutnya secara estafet melalui bangku pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren). "Ajar didiklah putera-puterimu. Sesungguhnya mereka itu lahir untuk masa depan (masa mereka), bukan untuk masa kini 9masamu) (Yunan Nasoetion : "Mewariskan Semangat Pahlawan", BULLETIN DAKWAH, No.46, Th ke-XVII, Nopember 1990, hlm 4).
Untuk yang tidak sempat duduk di bangku pendidikan, Islam diajarkan melalui taklim/tarbiyah (bimbingan baca tulis Qur:an, Studi Islam dasar dan lanjutan, pertama dan atas) dengan silabus (kurikulum) tertentu untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk seperti kursus, mulai dari yang pokok (usul) sampai ke cabang (furu’). Jam polanya dan urutan gelombangnya/angkatannya ditata. "Pesan Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman : Harus yang pertama anda ajarkan ke pada mereka tauhid dalam beribadat ke pada Allah. Bila mereka telah mengerti benar, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu tiap sehari semalam. Bila mereka telah mengerjakan itu, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat untuk diberikan ke pada fakir miskin mereka (HR Bukhari, Muslim) (H Salim Bahreisy : "Tarjamah al-Lukluk wal-marjan", jilid I, hlm 9, No,11).
Da’i, muballigh, mufti (aparat dan peragat dakwah) bertugas untuk membaca, memahami situasi, kondisi masalah, persoalan ummat dalam semua sektor (ideologi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pengajaran, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, hukum, pertahanan, keamanan, militer, dan lain-lain), dan selanjutnya menjelaskan, menguraikan (mengkhutbahkan, mendakwahkan, mentablighkan, memfatwakan) cara apenyelesaian, penanggulannya dalaam bentuk Amar-bil-Makruf, Nahi-anil-Munkar, yang akhirnya tumbuh berkembang dalam bentuk karya nyata (perbaikan masyarakat). "Da’i, muballigh, mufti bertugas menuntutn ummat bekerja demi keadilan, dengan bahasanya sesuai dengan zamannya, dan dengan bahasanya (solusinya) yang diajukannya sejalan dengan tuntutan nilai budaya masyarakat tempatnya berpijak (kebutuhan zamannya)" (Lukman Hakiem : "Perlunya Revolusi Intelektuil", SERIAL MEDIA DAKWAH, No.179, Mei 1989, hlm 57, ulasan buku Dr Ali Syari’ati : "Membangun Masa Depan Islam; Pesan untuk Para Intelektual Muslim")
"Rasulullah bersabda : Kami diperintah, supaya berbicara ke pada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing" (HR Muslim) (M Natsir : "Fiqhud Dakwah", Ramadhani, Semarang, 1984, hlm 162, PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, hlm 30).
Kuliah Subuh, baik di Radio, maupun di Televisi seyogianya berisi tuntunan yang sesuai dengan tuntutan/kebutuhan masa dan temapt (sesuai makan dan zaman).
Problem yang belum terselesaikan (mauquf) di tangan pemimpin (Penguasa Muslim) akan menjadi selesai (terpecahkan, tercairkan) dengan ilmunya para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti). Hukum yang belum terpecahkan di tangan qadhi (Penguasa Muslim) akan menjadi terpecahkan, terputuskan berdasarkan ilmunya (pendapat) para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti) (Abu Bakar Muhammad ibnul Husain bin Abdullah al-Ajiriy : "Budi Pekerti Ulama", terjemah Drs Aliy As’ad, Menara, Kudus, 1978, hlm 11). (Bks 11-11-92)

Dasar-dasar Ilmu Sosial (1)

Dasar-dasar Ilmu Sosial (1)
Dalam sebuah artikel (tanpa nama penulis) dalam PANJI MASYARKAT, No.644 (20 April 1990) halaman 64-65 tercantum antara lain untaian kalimat : "Hilangnya kesadaran sosial ditunjukkan oleh tidak segera lahirnya suatu "teori sosial" yang bersumber pada ide kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah tersebut, kecuali jargon-jargon yang menghibur diri" (hlm 64).
Timbul pertanyaan, apakah memang demikian, dan apakah yang dimaksud dengan "teori sosial" ?
Di tempat lain tercantum : "Kembali kepada al-Qur:an dan Sunnah, secara teoritis mengharuskan peninjauan kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah" (hlm 65).
Kembali muncul pertanyaan, apakah memang demikian ? Apakah memang jauh-jauh, memberatkan diri dengan peninjauan kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah untuk kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah ? Apakah tidak cukup dengan hanya meninjau kembali rumusan prinsip-prinsip (kaidah-kaidah) Syari’at yang sudah tersedia ?
Alhamdulillah di antara para ulama di abad ini telah berupaya bersusah payah menyajikan teori sosial (politik, ekonomi, hukum, budaya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam. Di Indonesia yang menonjol H Zainal Abidin Ahmad, dengan buah karyanya antara lain : Negara Adil Makmur menurut Ibnu Sina, Konsepsi Negara Bermoral Menurut Imam al-Ghazali, Piagam Nabi Muhammad saw, Ilmu Politik Islam (5 jilid), Dasar-Dasar Ekonomi Islam.
Di Pakistan yang menonjol Abul A’la al-maududi, dengan buah karyanya antara lain : Hukum Islam dan Undang-Undang Dasar, Pandangan Hidup Islam, jihad dalam Islam, Khilafah dan Kerajaan, Dasar-Dasar Ekonomi dalam Islam.
Di Mesir yang menonjol Qutub bersaudara, dengan buah karyanya antara lain : Keadilan sosial dalam Islam (Sayid Quthub), Masyarakat Islam (Sayid Quthub), manusia antara Materialisme dan Islam (Muhammad Quthub), Salah Paham Terhadap Islam (Muhammad Quthub).
Pada awal keduabelas tampil al-Ghazali dengan buah karyanya : Ihya Ulumuddin (The Revivication of The Religious Sciences).
Pada awal abad keduapuluh tampil Muhammad Iqbal dengan buah karyanya : Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam (Reconstruction of Religious Thought in Islam).
Dalam "Kritik terhadap undang-undang ciptaan manusia", Abdul Qadir Audah menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang menjadi asas sistem sosial Islam (hlm 112-126).
Dalam "khilafah dan Kerajaan", Abul A’la al-Maududi menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang menjadi dasar pemerintahan (politik) dalam Islam (hlm 45-110).
Prof Syekh Thanthawi jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur;an mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya "Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan Modern".
Prof Dr OmaR Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya "Falsafah Pendidikan Islam" menghimpun ayat-ayat al-Qur:an tentang prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya, manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam (hlm 55-316).
# (Epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan, ilmu yang memeriksa asal-asal, asas-asas dan syarat pengetahuan, yang menentukan batas-batyas, alat dan cara yang sebaiknya dipakai oleh ilmu pengetahuan).
Yang menjadi persoalan : Bagaimana cara ilmu memahami wahyu (baik dalam hal observasi, kalssifikasi, sistematisasi, generalisasi, informasi, konklusi) ?
Bagaimana metoda deduksinya (dari kaidah umum ke kasus khusus) ?
Bagaimana memahami muncul dan musnahnya generasi masa kini (lokal, regional) setelah Rasul tiada lagi ?
Ajaran Islam (tentang sikap mental) yang bagaimana yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat industri (masyarakat modern) ? Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala, immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ?
Mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figure) dari apa (problem, theme) ?
Bagaimana cara ilmu memahami hubungan antara dosa dan binasa ?
Bagaimana merumuskan konsepsi kesosialan dalam Islam : Keadilan, Kkejujuran (Amanah), Kepedulian Sosial (wasiat, nasehat), Kesetiakawanan Sosial (ta’awun, mu’awanah), Kelapangan dada (tasamuh), Kebersamaan (jama’ah, Ummat), Kesatuan (Ukhuwah), Kekeluargaan (Usrah), dan lain-lain.
Pihak Vatikan yang menjadi pusat agama Katholik bahkan memberikan sikap mengecam terhadap "The Satanic Verses". Dalam editorial yang ditulis oleh surat kabar resmi Vatikan L’OSSERVATORE ROMANO mengungkapkan "orang yang menerima iman Katholik harus menyesalkan ketidaksopanan dan penghujatan yang tertulis dalam The Satanic Verses" (SUARA MASJID, Jakarta, No.175, April 1989, hlm 8, Arah Kita : "Mendewakan akal, mengabaikan wahyu").

Dasar-Dasar Ilmu Sosial (2)

Dasar-dasar ilmu sosial (2)
Dalam Majalah Tiga Bulanan RUHAMA, terbitan LDK PP Muhammadiyah Jakarta, No.2/Th.I/1993, dalam rubrik "Wawasan" di bawah judul Rekonstruksi pemikiran dalam mengemban Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah (oleh Dr Ahmad Muflih Saefuddin), antara lain terbaca :
# Ilmu-ilmu Sosial harus dibangun brssumber dari al-Qur:an dan Hadits, kemujdian dilanjutkan pengambilan sumbernya dari buku-buku para cendekiawan muslim.
# Buku-buku yang berisi tentang ilmu sosial, humaniora dan cabang-cabangnya perlu ditelusuri sehingga berkembanglah ilmu dalam Islam.
# Sudah sa’atnya bila mulai disusun ilmu yang merujuk ke pada Islam.
# Ilmu hendaknya mengacu, terkait, terpadu dengan al-Qur:an dan Hadits.
# Seorang Muslim hendaknya mengambil asumsi dari postulaat yang ada dalam al-Qur:an yang kebenarannya adalah mutlak, tidak diragukan lagi.
# Seorang Muslim hendaknya mengambil bahan untuk membuat hipotesa dari ajaran agama Islam sendiri dan mengambil dasar penerapannya juga dari ajaran agama Islam (etika, moral Islam) (hlm 30-32).
Timbul pertanyaan : Bagaimana cara ilmu memahami wahyu (baik dalam hal observasi, klassifikasi, sistematisasi, generalisasi, informasi, konklusi) ? Barangkali dalam hal ini lebih terpaut pada metoda deduksi (dari kaidah umu ke kasus khusus).
Dalam al-Qur:an Allah menyajikan sejumlah data konkrit (fakta historis), bahwa generasi yang menantang Rasul Allah bakal dimusnahkan Allah, seperti yang dialami oleh kaum nabi Nuh, Hud (kaum ‘Ad), Shalih (kaum Tsamud), Ibrahim (kaum Kan’an), Luth (kaum Sodom), Syua’aib (kaum Madyan, Aikah), Musa (Bani Israil), dan lain-lain. Sejarah berulang (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk XI, hlm 180).
Generasi yang menantang Rasul Allah bakal digantikan Allah dengan generasi yang mengiktu Rasul (QS 6:6, 23:31).
Dan bagaimana pula memahami muncul dan musnahnya generasi masa kini (lokal, refional) setelah Rasul tiada lagi ?
KESENANGAN HIDUP. Bumi diuntukkan Allah bagi semua manusia (QS 2:36, 7:24-25). Kehancuran dan kemajuan dalam pembangunan, perdagangan, perusahaan tampak menonjol di kalangan orang jahat-jahat (QS 3:196-197).
RAHMAT, BERKAT, KEMAKMURAN. Allah menetapkan rahmat bagi orang baik-baik (QS 7:156). Allah menetapkan kemakmuran, keselamatan, kebahagiaan bagi generasi baik-baik (yang beriman dan berbuat baik) (QS 7:96, 5:66). Kemakmuran, kehidupan duniawi tampak terkesan dari : lahan pertanian yang subur, cukup melimpah pangan, sandang, berkembangbiaknya ternak (peternakan), menjamurnya bangunan yang indah, megah, mewah, penuh hiasan asesori, pembangunan yang merata (QS 10:24), gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta reharja, jer besuki meo beo, padi masak, jaguen maupieh, bapak kayo mande batuah, moyang duduek jo sukatan, nagari aman kampueng santoso, nan dimukasuik lakeh sampai, nan dijapuik lakeh tabao, nan dijuluek lakeh rareh, nan dimintak lakeh bulieh (kandak bulieh, pintak balaku).
PEREKONOMIAN. Prof Dr Hamka dalam "Tafsir Al-Azhar", juzuk XI, hlm 32-34 menyalinkan Konsepsi pokok-pokok perbaikan mengenai soal harta benda dalam Islam yang ditulis Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsirnya, juzuk 11, hlm 30, keluaran ALMANAR, 1953.
Prof Dr M Hasbi ash-Shiddieqy dalam bukunya "Al-Islam", jilid II, hlm 269-272 menguraikan tentang Dasar-dasar mu’amalah dalam Islam.
Z A Ahmad dalam bukunya "Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam" hlm 93-131 menguraikan tentang pokok Dasar dan Tujuan Ekonomi menurut Islam, mengacu pada QS 28:77-83.
Abul A’la al-Maududi dalam bukunya "khilafah dan Kerajaan", hlm 45-110 menghimpun ajaran-ajaran al-Qur:an di bidang Politik dan Dasar-Dasar Pemerintahan Dalam Islam.
Prof Syekh Thanthawi Jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur:an mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya "Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan Modern".
Prof Dr Omar Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya "Falsafah Pendidikan Islam", hlm 55-396, menguraikan tentang Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya, manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam dengan mengacu pada al-Qur;an, hadis dan riwayat salafus saleh.
KEMEWAHAN, KONGLOMERAT (Qarun). Kemewahan, kemakmuran adalah pangkal kedurhakaan (QS 56:41-45, 16:112). "Jangan membuat timbunan kekayaan (investasi, deposito) yang akan menyebabkan kamu cinta dunia" (HR Tirmizi dari Abdullah bin Mas’ud) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 411, hadis 23).
KERUSAKAN PEREKONOMIAN. Sistem kerusakan perekonomian dunia disebabkan oleh : kerakusan para rabbi dan rahib memperkosa hak milik manusia dengan cara memperkedok nama agama dan nama Tuhan (Universil-feodalisme), kerakusan kaum kapitalis (rentenir, ribawan) memperkuat dan memperkokoh kekuasaan atas hak milik (menumpuk harta kekayaan), dengan mengesampingkan sama sekali peri kemanusiaan dan peri ketuhanan (individualistis-kapitalisme) (ZA Ahmad : "Dasar-dasr Ekonomi dalam Islam", hlm 27, tentang tafsiran QS 9:34).
HUKUM SOSIAL. Ketetapan Allah (baik dalam masalah kealaman, mapun dalam masalah sosial) berlaku langgeng, lestari, abadi, universil (tanpa tergantung dari tempat dan waktu), berlaku umum (QS 17:77, 35:43, 33:62, 48:23).
SUKSESI, PEWARISAN. Bumi diuntukkan Allah bagi orang baik-baik (QS 31:105). Kebaikan itu bagi orang takwa (QS 7:128).
DESA, KOTA, NEGERI. Allah membinasakan suatu generasi bilamana : telah melampaui batas (kufur, musrif) (QS 34:17, 21:9), telah berbuat aniaya (zalim) (QS 18:59, 10:13, 22:45, 22:48, 28:59, 6:47, 8:54), telah berbuat dosa (jarim, zunub) (QS 10:13, 44|:37, 77:16-18, 17:17, 6:6, 8:54), telah mendustakan ayat Allah (kazib) (QS 8:54, 7:96), telah mengingkari nikmat Allah (QS 16:112), Telah mendustakan Rasul Allah (QS 26:139, 10:13), telah melakukan kedurhakaan (fasiq) (QS 17:16, 46:35). Allah tidak akan membinasakan generasi yang tetap beriman (QS 21:6, 11:117).
KAUM, UMMAT, BANGSA, GENERASI< REGIM. Sa’at munculnya generasi baru dan musnahnya generasi lama 9usang) telah ditetapkan Allah (QS 10:49, 7:34, 15:14, 23:43, 18:59).
WALI, PELINDUNG, PEMIMPIN, PEMBESAR, PENGUAS. Orang jahat-jahat akan mengangkat pelindungnya dari setan (thagut) (QS 2:257, 7:27, 7:30). Perlawanan, permusuhan terhadap dakwah Rasulullah digerakkan oleh para pembesar, penguasa negeri (mala:I) (QS 7:60, 7:66, 7:75, 7:88, 7:90, 7:109, 7:128), dan para konglomerat (mutraf) (QS 34:34, 43:23).
HUKUM, SYARI’AT. JUSTISI. Syari’at Islam itu sempurna, menyeluruh, meliputi, mencakup segala peraturan yang dibutuhkan oleh segenap lapangan kehidupan manusia, baik secara individuail maupun secara kelompok, masyarakat ataupun negara (komunal).
Syari’at Islam itu bersifat universal, bukan bersifat regional (lokal, nasional), bukan pula bersifat parsial, sektoiral.
Syari’at Islam itu memiliki sifat stabil, abadi.
Syari’at Islam itu datang untuk segala zaman (tempo) berlaku untuk seluruh dunia.
Syari’at Islam itu untuk seluruh ummat manusia, baik timur, maupun barat, baik tunggal (singularis, homogen) maupun majemuk (pluralistis, heterogen) yang beraneka ragam adat istiadat, tradisi, sejarah perkembangannya, dengan beragai macam suku, daerah dan kebudayaannya.
Syari’at Islam itu untuk segala peristiwa yang bermacam-macam.
Syari’at Islam itu sanggup, mampu menyerap, menanggulangi, mengatur segenap persoalan kehidupan manusia di mana saja, baik sosial, hukum, administrasi, politik, dan sebagainya (QS 5:3, 33:40, 7:158, 9:33).
Hanya cara penggunaan, pemakaian, penerapan ajaran Islam yang harus disesuaikan dengan keadaan, situasi, kondisi, waktu, tempat.
Muncul pertanyaan : Ajaran Islam (tentang sikap mental) yang bagaimana yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oelh orang-orang yang hidup pada masyarfakat industri (masyarakat modern) ? (Dr HM Atho Mudzhar : "Perlunya Transformasi Kehidupan Beragama di Indonesia", RUHAMA, No.2/Th.I/1993, hlm 17).
Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala, immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ?
Dan mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figur) dari apa (problem, thema) ?
MANUSIA (JIWA, SIKAP, MENTAL). Watak dasar manausia : berssifat lemah (QS 4:28), bersifat keluh kesah (QS 70:19, 10:12, 39:8, 39:49, 42:8), berputus asa (QS 11:9, 17:83), tidak pandai berterima kasih (QS 14:13, 17:67, 22:66, 42:48, 43:15, 100:6, 11:9), amat aniaya (zalim) (QS 33:72, 14:34), bersifat tergesa-gesa (QS 9:11), sangat kikir (QS 17:100, 70:19), paling banyak membantah (QS 18:54), amat bodoh (QS 33:72), dalam susah payah (QS 90:4).
PENDIDIKAN, PENGAJARAN. Mengenai objek, materi, metode, dasar, tujuan, media Pendidikan (baik untuk orang dewasa, orang terpelajar, anak-anak, nara pidana) dapat disimak dari Kisah Luqman (QS 31:13-19), Kisah Musa dan Khaidir (QS 18:65-82), Kisah Yusuf dan narapidana (napi) (QS 12:37-42), Kisah Ibrahim dengan bapaknya Azar (QS 26:70-74, 21:52-53, 6:74, 19:41-48), Kisah Yahya (QS 19:12-15), dan (QS 17:31, 67:23, 46:16, 23:78, 32:9, 16:78) mengenai pemahaman, penglihatan dan pendengaran (Dr Musthafa Assiba’i : "Al—Hadits Sebagai Sumber Hukum", 1982, hlm48-49).
SERBANEKA. Bagi manusia baik-baik (yang beriman dan berbuat baik) dibukakan Allah jalan dari kesukaran ke jalan kemudahan (QS 65:2, 65:4).
Segala sesuatu bakal dimudahkan Allah bagi orang baik-baik (taqwa), sebaliknya segala sesuatu bakal dipersulit Allah bagi orang jahat-jahat (fajir) (QS 92:5-10).
Cobaan (fitnah) itu didatangkan agar terpisah orang baik-baik dari orang jahat-jahat (QS 7:155, 5:48, 76:3).
Allah menimpakan kebinasaan secara merata (QS 8:25).
Musibah yang menimpa manusia sebagai ganjaran/balasan atas sebagian kecil dosa yang dilakukannya agar kembalai bertobat (QS 7:168, 42:30, 30:41).
Bagaimana pula cara ilmu memahami hubungan antara dosa dengan binasa.
Ukuran nilai yang digunakan oleh orang jahat-jahat berlawanan dengan ukuran nilai yang digunakan oleh orang baik-baik (QS 40:29, 7:82). (Maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui ? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. QS 3:66).
Bagi orang baik-baik (mukmin), dunia itu bagaikan neraka (tidak berarti), sedangkan bagi orang jahat-jahat (kafir), dunia ini bagaikan surga (sangat berarti) (QS 93:4, 87:17. "Dunia ini bagaikan penjara bagi orang-orang mukmin, dan sebagai sorga bagi si kafir" (HR Muslim dari Abi Hurairah) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 407, hadis 14). "Ingatlah, bahwa dunia terkutuk, dan semua yang ada di dalamnya juga terkutuk" (HR Tirmizi dari Abi Hurairah) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 411, hadis 22). "Andaikan dunia ini bernilai disisi Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak akan diberikanNya kepada orang kafir walaupun seteguk air" (HR Tirmizi dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idy) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hl 411, hadis 21).
Orang jahat-jahat memasang label makruf pada yang munkar, dan memasang label munkar pada yang makruf. "Janganlah kamu berbuat dosa seagai Yahudi, menghalalkan barang yang diharamkan Allah dengan berbagai helah (dalih)" (HR Abi Hurairah yang diterima Abu Abdillah bin Biththah) (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk X, hlm 147). "Allah membinasakan kaum Yahudi, ketika diharamkan atas mereka lemak (gajih) maka mereka mengolahnya (memodifikasinya), kemudian menjual dan memakan hasilnya" (HR Bukhari, Muslim dari Abi Hurairah) (H Salim Bahreisy : "Terjemah al-Lukluk wal-Marjan, jilid 2, hlm 573, hadis 1020). "Akan datang suatu zaman di mana mereka menghalalkan yang haram setelah mereka mengganti namanya" (Ahmadi Thaha : "Sejarah pembaruan dan pembangunan kembali alam pikiran agama", hlm 86).
Majalah KIBLAT, Jakarta, No.13, Th.XXXVII 5-18 September 1990, dalam Bonus Serial (seri 4) (hlm 13-16) memuat terjemahan karya Imam al-Ghazali Ihya ‘Ulumuddin mengenai Ilmu Pengetahuan (Bab III).
Dalam majalh PANJI MASYARAKAT, Jakarta, No.227, Tahun ke-IX, 15 Juli 1977, hlm 21-23, di bawah judul "Mengkhianati Amanah Tuhan dan Rakyat", Zainal Abidin Ahmad menyebutkan ahwa ada beberapa orang ulama yang membicarakan secara serius akan soal "amanah" di dalam hubungan kenegaraan, antara lain Imam al-Ghazali dengan bukunya Ihya ‘Ulumuddin (juzuk III), Imam Ibnu Taimiyah dengan bukunya "As-Siyasatul Islamiyah fi ishlahir raa’ie war ra’iyah", Sayid jamaluddin al-Afghani dengan bukunya "Ar-Ra’du ‘alad dahriyin". H Zainal Abidin Ahmad menulis "Tentang Perekmbangan Ekonomi dan Institut Perbankan menurut Imam Ghazali dalam PANJI MASYARAKAT, Jakarta, No.181-183, 15 Agustus – September 1975, hlm 24-29.
Bagaimana konsepsi kesosialan dalam Islam : Keadilan, kejujuran (Amanah), Kepedulian Sosial (wasiat, nasehat), Kesetiakawanan Sosial (ta’awun), Kelapangan dada (tasamuh), Kebersamaan (jama’ah, ummah), Kesatuan (ukhuwah), Kekeluargaan (usrah), dan lain-lain. (Bks 20-1-93)