Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Tuesday, April 19, 2011

Syari'at Islam di Ranah Minang

Syari’at Islam di Ranah Minang

Seperti halnya juga di seluruh daerah di Indonesia, pun di Ranah Minang, Syari’at Islam tak mengakar. Hal ini nampak terlihat nyata dari tradisi yang tumbuh berkembang yang tak Islami (Simak Roidah : “Mengkritisi Tradisi Ramadhan”, KHAlifah, Edisi 25 Agustus 2010, hal 12-13). Peraturan, undang-undang, hukum tak mempan merubah sikap mental, tak mempan menanamkan akidah, paham, ideologi, kultur Islami. Penanaman akidah harus diutamakan dari penerapan hukum.

Islam di Ranah Minang baru mulai tercatat dalam sejarah pada 1100H (1680M), ketika Syekh Burhanuddin membuka pengajian di Ualakan Pariaman. Sebelumnya Syekh Burhanuddin menuntut Ilmu Syari’at dari Syekh Abdurrauf di Aceh. Dapatlah dianggap pengislaman Minangkabau berpangkal dari Ulakan (negeri satelit Pariaman) (Simak antara lain Drs Sidi Gazalba via Prof Dr Hamka : “Antara Fakta dan Khayal ‘Tuanku Rao’”, 1974:149; Prof H Mahmud Yunus : “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”, 1983:24).

Kemudian pada tahun 1803 selanjutnya diteruskan oleh trio Haji Miskin-Sumanik-Piobang mengajarkan/menyiarkan ajaran Syari’at Islam menurut paham/versi Wahabi (kembali kepada Quran dan Sunnah). Masyarakat dilarang mereka mengisap candu, merokok, meminum minunan keras, mengasah gigi, menyabung ayam, berjudi, mencukur janggut, mandi telanjang, makan sirih, berpakaian yang indah-indah, dan disuruh mereka rajin mengerjakan sembahyang (shalat).

Laki-laki yang mencukur janggut didenda dua suku. Mengasah gigi didenda seekor kerbau. Tidak menutup lutut (aurat) didenda dua suku. Perempuan tidak menutup muka didenda tiga suku. Memukul anak didenda dua suku. Menjual atau memakan tembaakau didenda lima suku. Mennggalkan sembahyag (shalat) didenda lima real; kalau telah dua kali, dihukum bunuh. (Simak “Sejarah Pendidikan Islam di Indonsia”, 1983:27-30.

Masih pada era kolonial Belanda, terdapat pula Peraturan Pemerintah tahun 1890 yang berbunyi : “Dilarang lelaki mandi dengan banyak perempuan di tempat kebiasaan (kamar mandi umum), jika dilanggar akan ditangkap. Dalam Peraturan Pemerintah tahun 1911 antara lain mewajibkan pintu rumah (minimal dengan tirai) bagi pintu yang menghadap ke jalan. Masyarakat juga dilarang memperdengarkan bunyi-bunyian musik. Namun kini, mandi bebas di tempat keramaian , sebuah ‘kemajuan’yang jauh melenceng. Kafe-kafe tumbuh subur, masyarakat membiarkan pintu rumahnya terbuka tanpa tirai (gorden), sehingga orang dapat melihat penghuninya yang sedang terbuka auratnya, yang dapat memancing orang berbuat mesum, dan juga orang dapat melihat harta di dalam rumah, yang dapat memancing orang berbuat kriminal (KHAlifah).

Written by Asrir Sutanmaradjo at BKS1104130745
(look also at http://asrirs.blogspot.com http://sicumpas.wordpres.com http://sikumpas.blogspot.com http://kamimenggugat.blogspot.com http://kami-menggugat.blogspot.com http://islamjalanlurus.truefreehost.com http://sicumpaz.truefreehost.com http://sicumpas.multiply.com http://fauziah_sul.livejournal.com http://pontrendiniyahpasir.wordpress.com)

Ajaran Islam dalam Bibel

Ajaran Islam dalam Bibel

Orientalis-orientalis Yahudi gigih menyatakan bahwa Islam (prinsip-prinsip akidah-ideologinya) berasal dari agama Yahudi. Orientalis-orientalis Kristen menyatakan bahwa Islam (prinsip-prnsip akhlak-etikanya) berasal dan terpengaruh oleh agama Kristen Dr Musthafa asSiba’i : “Akar-Akar Orientalisme”, terjemah Ahmadie Thaha, Bina Ilmu, Surabaya, 1983:29). Islam (baik akidah-ideologinya, maupun akhlak-etikanya) seluruhnya berasal dari Allah swt sendiri yang disampaikanNya lewat Nabi-Rasul-UtusanNya sejak Adam as sampai Muhammad saw (Simak QS 42:13, 4:163).

Intisari Alkitab (Yesus dan Kristen menurut versi Alkitab)

1 Tuhan (Allah).
1.1 Tuhan itu Allah.
“Maka sekarang ketahuilah olehmu dan perhatikanlah ini baik-baik, bahwa Tuhan itulah Allah, baik di langit yang di atas, baik di bumi yang di bawah, dan kecuali Ia tiadalah lain lagi” (Ulangan pasal 4 ayat 39).
“Maka sebab itu besarlah Engkau, ya Tuhan Allah; karena tiada yang dapat disamakan dengan Dikau, dan tiada Allah melainkan Engkau sekedar yang telah kami dengar telinga kami” (Kitab Samuel yang kedua pasal 7 ayat 22).
1.2 Tuhan (Allah) itu Tunggal.
“Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu” (Yahya pasal 17 ayat 3).
“Maka jawab Yesus kepadanya. Hukum yang terutama ialah : Dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan kita, ialah Tuhan yang Esa” (Markus pasal 2 ayat 29).
“Maka kepadanyalah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi” (Ulangan pasal 4 ayat 35).
“Dengarlah olehmu hai Israil sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya” (Ulangan pasal 6 ayat 4).
1.3 Tak ada Tuhan selain Allah.
(Lihat :Kitab Samuel yang kedua pasal 7 ayat 23).
(Lihat Ulangan pasal 4 ayat 35).
Lihat Markus pasal 12 ayat 29).
(Lihat Ulangan pasal 4 ayat 39).
(Lihat Ulangan pasal 6 ayat 4).
1.4 Tak ada yang sama dengan Alah.
(Lihat kitab Samuel yang kedua pasal 7 ayat 23).
1.5 Tuhan (Allah) itu Yang Awal dan Yang Akhir.
“Maka firmanNya kepadaku : “Sudahlah genap Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang Awal dan yang Akhir” (Kitab Wahyu pasal 21 ayat 6).
1.6 Tuhan (Allah) itu lebih dari Yesus.
“Kamu sudah dengar aku bilang, yang aku pergi serta datang kembali sama kamu. Coba kamu cinta sama aku, hati sebab aku sudah bilang : Yang aku pergi sama Bapa, karena bapaku lebih dari aku” (Yohannes pasal 14 ayat 28).
2 Anak Tuhan (Anak Allah).
2.1 Anak Tuhan (Anak Allah) adalah sebutan untuk :
2.1.1 Semua orang yang mendamaikan manusia.
“Berbahagialah segala anak-anak yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah” (Matius pasal 5 ayat 9).
2.1.2 Semua orang yang patuh kepada Tuhan (Allah).
“Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga …” (Matius pasal 5 ayat 45).
2.2 Anak Tuhan (anak Allah) yang sulung adalah sebutan untuk :
2.2.1 Isral.
“Maka pada masa itu hendaklah katamu kepada Fir’aun demikian :Inilah Firman Tuhan : Bahwa Israil itulah anakKU laki-laki, yaitu anakKu yang sulung” (Keluaran pasal 4 ayat 22).
2.2.2 Afrain.
“Akulah Baapak bagi Israil; dan Afrain itulah anak yang sulung” (Irmia pasal 31 ayat 9).
2.2.3 Daud.
(Lihat Mazmur pasal 89 ayat 28).
3 Roh Kudus (Roh Suci).
3.1 “Roh Kudus (Roh Suci) dikaruniakan Tuhan (Allah) kepada ;
3.1.1 Semua orang yang dikehendaki Tuhaan (Allah).
“Dan kami inilah saksi atas segala perkara itu, demikian juga Rokhulkudus yang dikaruniakan Allah kepada sekalian orang yang menurut Dia” (Kisah Perbuatan Rasul-Rasul pasal 5 ayat 32).
3.1.2 Nabi terdahulu.
“Supaya kamu ingat perkataan yang sudah disabdakan, dahulu oleh Nabi yang kudus dan akan hukum Tuhan lagi Juru Selamat, dengan jalan Rasul-Rasul yang disuruhkan kepadamu” (Surat Kiriman yang kedua dari Rasul Petrus pasal 3 ayat 2).
3.2 Roh Kudus (Roh Suci) membawa Yesus ke padang belantara.
“Maka Yesuspun, penuhlah dengan Rohhulkudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang balantara. Empat puluh hari lamanya dicobai oleh iblis. Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah gelap hari itu ia merasa lapar (Lukas pasal 4 ayat 1-2).
4 Tiang gantungan.
Tiap orang yang tergantung pada kayu, terkutuk.
“Maka Kristus sudah menebus kita dari pada ktukan Torat itu dengan menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat : “Bahwa terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu” (Galatiah pasal 3 ayat 13).
5 Yesus (Kristus).
5.1 Yesus 9kristus) itu adalah :
5.1.1 Anak manusia (Anak Maryam).
“Dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Mariam; ialah yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Matius pasal 1 ayat 16).
“Seorangpun tiada naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia” (Yahya pasal 3 ayat 13).
“Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada haari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya Ia disalibkan” (Matius pasal 26 ayat 2).
“Sebabpada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu di dalam negeri Daud” (Lukas pasal 2 ayat 11).
5.1.2 Pesuruh (Utusan) Tuhan (Allah).
(Lihat Yahya pasal 17 ayat 3)
“Karena segala firman yang telah Engkau firmankan kepadaku, itulah Aku sampaikan kepada mereka itu, dan mereka itu sudah menerima dia dan mengetahui dengan sesungguhnya bahwa Aku datang dari adamu, dan lagi mereka itu percaya bahwa Engkau yang menyuruh Aku” (Yahya pasal 17 ayat 8).
“Saya dalam dia orang, dan Bapa dalam saya, supaya dia orang itu jadi satu dengan sempurna, dan supaya dunia boleh tahu yang Bapa sudah mengutus saaya” (Yohaannes pasal 17 ayat 23).
“Dan baraaaaangsiapa yang melihat aku, dia melihat sama Dia yang mengutus aku” (Yohannes pasal 12 ayat 45).
“Maka aku tidak boleh berbuat satu apa dari mauku sendiri, Seperti aku dengar begitu aku hukumkan, dan hukumku itu adil adanya, karena tidak aku coba turut mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus aku” (Yohannes pasal 5 ayat 30).
5.1.3 Pesuruh (Utusan) Tuhan 9Allah) kepada bangsa Israil (Kaum Yahudi).
“Maka jawab Yesus, katanya “Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain hanya kepada segala domba yang sesat di antara bani Israil” (Matius pasal 15 ayat 24).
5.2 . Yesus (Kristus) dan muridnya beserta Tuhan (Allah).
“Supaya semua jadi satu, ia Bapa; seperti Bapa alam saya, dan saya dalam Bapa dan supaya dia orang jadi satu dalam kita, biar dunia percaya Bapa sudah mengutus saya” (Yohannes pasal 17 ayat 23).
(Lihat Yahya pasal 17 ayat 23)
6 Anak Manusia (Yesus).
Anak Manusia (Yesus) dikabarkan :
6.1 Menerima firman dari Tuhan (Allah).
(Lihat Yaahya pasal 17 ayat 8).
6.2 Disuruh (diutus) Tuhan (Allah).
“Satu pun tiada aku dapat berbuat menurut kehendakku sendiri, melainkan Aku menjalankan hukum sebagaimana yang Aku dengar, dan hukumku itu adil adanya, karena bukannya Aku mencari kehendak Diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruh Aku” (Yahya pasal 5 ayat 30).
(Lihat Yohannes pasal 17 ayat 23).
(Lihat Yohannes pasal 12 ayat 45).
6.3 Disuruh (diutus) Tuhan (Allah) kepada bangsa Israil (Kaum Yahudi).
“Maka jawab Yesus, katanya : “Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain hanya kepada segala domba yang sesat di antara bani Israil” (Matius pasal 15 ayat 24).
6.4 Disunat.
“Apabila genap delapan hari, ia disunat lalu disebut namanya Yesus …” (Lukas pasal 2 ayat 21).
6.5 Datang untuk menebus dosa bangsa Israil (kaum Yahudi).
“Maka ia akan beranakan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau namakan Dia, Yesus, karena ialah yang akan melepaskan kaumnya dari pada seala dosanya” (Matius pasal 1 ayat 21).
“ Ia inilah ditinggikan oleh tangan kanan Allah menjadi Raja dan juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan dosa” (Kitab Perbuatan Rasul-Rasul pasal 5 ayat 31).
6.6 Dibawa roh kudus ke padang belantara.
“Maka Yesuspun, penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai iblis. Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar” (Lukas pasal 4 ayt 1-2).
6.7 Dibawa ibls ke negeri suci.
“Kemudian dari pada itu iblis itupun membawaYesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah” (Matius pasal 4 ayat 5).
6.8 Dibawa iblis ke puncak gunung
(Lihat Lukas pasal 4 ayat 5).
6.9 Dicobai iblis.
(lihat Lukas pasal 4 ayat 1-2).
6.10 Merasa lapar.
(Lihat Lukas pasal 4 ayat 1-2).
6.11 Mengutuk pohon yang tak berbuah.
“Paa pagi-pagi harinya, apabila Ia kembali ke negeri itu, Ia merasa lapar. Serta dipandangnya sepohon ara di sisi jalan, pergilah Ia ke situ dan didapatinya suatu apa pun tiada di pohon itu, melainkan daun sahaja. Lalu berkatalah Ia kepadanya : Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya. Maka dengan seketika itu juga layulah pohon ara itu” (Matius pasal 21 ayat 18-19).
6.12 Diserahkan kepada Pilatus (wakil pemerintah).
“Setelah hari siang, maka segala kepada imam dan orang tua-tua kaumpun berundinglah atas hal Yesus, supaya dibunuh dia”. “Maka dikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil Pemerintah” (Matius pasal 27 ayat 1-2).
6.13 Diserahkan untuk disalib.
“Anak manusia aan diserahkan supaya disalibkan” (Matius pasal 26 ayat 2).
6.14 Dikat orang.
(Lihat matius pasal 27 ayat 1-2).
6.15 Dipalu orang.
“Maka mereka itupun meludahi Dia, serta mengambil buluh itu memalu kepalanya” (Matius pasal 27 ayat 30).
6.16 Sangat berdukacita.
“Kemudian kata Yesus kepada mereka itu : atiku amat sangat berdukacita, hamper mati rasaku, tinggallah kamu disini dan berjagalah sertaku” (Matius pasal 26 ayat 38).
6.17 Berseru minta tolong kepada Tuhan (Allah).
“Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya : Eli, Eli, lama sabaktani, artinya : Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku” (Matius pasal 27 ayat 46).
6.18 Ditinggalkan Tuhan.
(Lihat matius pasal 27 ayat 46).
6.19 Direncanakan dibunuh oleh pembesar Yahudi.
(Lihat matius pasal 27 ayat 1).
Anak Manusia (Yesus) dn muridnya dikabarkan beserta Tuhan (Allah)
(Lihat Yahya pasal 17 ayat 21).
(Lihat Yahya pasal 17 ayat 23).
7 Kemauan Tuhan (Kehendak Allah).
7.1 Dengan kemauan Tuhan (Kehendak Allah) :
7.1.1 Mayat Elisa dapat menghidupkan orang mati.
“Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan, lalu dicampakkannya orang itu ke dalam kubur Elisa, maka baharu orang mati itu dimasukkannya ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu pula, lalu bangun berdiri” (kitab Raja-Raja yang kedua pasal 13 ayat 21).
“Maka didengar akan Do’a Eliza itu, lalu kembalilah nyawa kanak-kanak itu ke dalamnya sehingga hiduplah ia pula” (Kitab Raja-Raja yang pertama pasal 17 ayat 22).
7.1.2 Elisa dapat menymbuhkan orang buta, sehingga dapat melihat.
(lihat Kitab Raja-Raja yang kedua pasal 6 ayat 17 dan 20).
7.1.3 Elisa dapat menyembuhkan orang sakit kusta.
(Lihat kitab Raja-Raja yang kedua pasal 8 ayat 10-11).
7.2 Tanpa kemauan Tuhan (Kehendak Allah) Yesus (Kristus) tidak dapat berbuat apaapa.
“Suatupu tiada Aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan Aku menjalankan hukum sebagaiamana yang Aku dengar, dan hukum itu adil adanya : karenanya bukannya Aku mencari kehendak Diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan Aku” (Yahya pasal 5 ayat 30).
(Lihat Yohannes pasal 5 ayat 30).
8 Dosa.
Tiap orang memikul dosanya masing-masing.
“Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati, maka anak tiada akan menanggung kesalaan bapaknya an bapaknya tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya, kebenaran orang yang benar aan terantung atasnya dan kejahatan oang fasikpun akan tergantung atasnya” (Nabi Jehezkil pasal 18 ayat 20).
“Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan ke atas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil. Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing” (Surat kiriman Rasul paulus kepada orang Rum pasal 2 ayat 5-6).
“Karena tak dapat tiada kita sekalian akan jadi nyata di hadapan kursi pengadilan kristus, supaya tiap-tiap oang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik atau jahat” (Surat kiriman yang kedua kepada orang Korintus pasal 5 ayat 10).
“Karena anak manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malekatnya padaa masa itu Ia akan membalas kepada tiap orang menurut perbuatannya” (Matius pasal 16 ayat 27).
9 Kiamat.
Selain Tuhan (Allah), tidak ada yang tahu kapan kiamat, juga Yesus (Kristus0 tidak tahu kapan kiamat.
“Sesungguhnya langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau ketikanya itu tiada diketahui oleh seorang jua pun, baik segala malaikat yang di surgapun tidak, atau anak itupun tidak, hanyalah Bapa saja” 9Markus pasal 13 ayat 31-32).
10 Sorga.
Yang masuk sorga an yang tidak masuk sorga.
10.1 Kanak-kanak masuk sorga.
“Tetapi kata Yesus : Biarkanlah kanak-kanak itu, janan dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan surga” (Matius pasal 19 ayat 14).
10.2 Tiap orang yang menyeru Yesus (kristus) “Tuhan”, tidak akan masuk ke dalam sorga.
“Bukannya tiaptiap orang yang menyeru Aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga” (Matius pasal 7 ayat 21).
11 Malki Sedik (Raja di Salem).
Malki Sedik (Raja di Salem) dikabarkan :
11.1 Tidak berbapak, tidak beribu.
11.2 Tidak berawal, tidak berakhir.
“Adapun Malakisedik itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah Taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali dari pada menewaskan raja-raja lalu diberkatinya Ibrahim” (Ibrani pasal 7 ayat 1-3).
Mulki AshShadik, seorang raja suku Yopos (AlQuds) pada awal tahun 2000SM. Wilayah kerajaannya terbentang luas sampai ke Areha dan Ramlah. Ia merekonstruksi kota Suci AlQuds (Yerusalem, DarusSalam, Kota Kedamaian).
Malky Shadiq, seorang raja Yabus (Yabusy Kanaiy) pertama, sebelum Nabi Daud (sejak 3000SM) (Quds=:BaitulMaqdis=:BaitulMuqaddas=:DarusSalam=:QaryatusSalam=:YeruSalem=:JuruSalim=:KotaPerdamaian) (PANJI MASYARAKAT, No.268, 1 April 1979, hal 32, “Quds, QaryatusSalam” dari ALFAISAL, Pebruari 1979).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1104121200)

Monday, April 11, 2011

Dakwah Musa versus Agitasi Fir'aun

Dakwah Nabi Musa as

Dakwah Nabi Musa tampaknya terlihat tak berhasil merubah sistim pemerintahan Fir’auniyah menjadi sistim pemerintahan yang islami, madani, baik secara revolusi, reformasi atau evolusi, tetap saja berlanjut dalam sistim pemerintahan thagut, tirani, despotisme, totaliterisme. Bahkan serangan hama belalang, kodok, darah, banjir, pacekelik, kemarau pun tak mempan merubah sistim pemerintahan Fir’auniyah (QS 7:130, 7:133).


Dakwah Nabi Musa juga tak berhasil merubah watak, sikap mental Bani Israil agar bermental manusiawi, tetap saja berlanjut bermental hewani, rakus, materialis, meski masih menyandang predikat manusia pilihan. Bahkan serangan hama ulat bulu, nyamuk bedebe/malaria tak akan mempan merubah watak, sikap mental Yahudi Israel dan sekutunya.

Beberapa catatan tentang Revolusi Musa dan Agitasi Fir’auniyah (Regim Pharaoisme)

Islam menganjurkan berbicara menurut kadar, tingkat kecerdasan lawan bicara. Sebagai sarana komunikasi tersedia berbagai ragam bahasa, di antaranya bahasa kanak-kanak, bahasa awam, bahasa bisnis, bahasa tehnokrat, bahasa diplomat, bahasa kedokteran, dan lain-lain.

Sejarah berulang. Masa lalu, masa kini, masa nanti, sambung menyambung bagaikan rantai membentuk lingkaran masa spiral. Masa lalu sebagai acuan (‘ibrah, i’tibar) untuk menghadapi masa nanti.

Fir’auniyah (Regim Pharoisme) dulu, kini, nanti melancarkan perang urat saraf (gazwah fikri, pergolakaan ide, information war) terhadap pembawa dakwah, pelanjut risalah. Fir’auniyah melancarkan agitasi, provoganda, provokasi, intimidasi, sabotase. Demi tercapai maksud tujuan, Fir’auniyah dengan segala cara menarik simpati orang banyak, mempengaruhi public, membentuk public opini untuk menentang dakwah. Fir’auniayah meyakinkan public akan kebenaran propagandanya, melakukan pengarahan, penataran memperbodoh, menyesatkan public, melancarkan fitnah, isu, gossip.

Karena pacekelik di Palestina (Kana’an), maka pada masa Yusuf berkuasa di Mesir, turunan Israil berbondong-bondong datang beremigrasi ke tanah Mesir (QS 12:93). Turunan Israil tinggal menetap di Mesir sebagai warga terhormat.Setelah beberapa lama, yang berkuasa di Mesir adalah Fir’aun dari kalangan warga Mesir. Fir’aun cemas, khawatir turunan Israil akan berkuasa kembali di Mesir. Fir’aun menindas turunan Israil, memperbudak turunan Israil, mempekerjakan turunan Israil pada proyek bangunan sebagai kuli paksa (romusha), memperlakukan turunan Israil secara disksriminatif rasialis, berlaku sadis terhadap turunan Israil, membunuh bayi laki-laki turunan Israil, menimbulkan huruhara di kalangan warga, bertindak secara absolute (a’la fil ardhi, ana rabbukum a’la, l’etat cest moi) sebagai penguasa tunggal, sebagai tirani (QS 28:4).

Sebelum kedatangan Musa, Fir’aun memerintah secara absolute (l’etat cest moi, ana rabbukum a’la, satu-satunya Penguasa Tunggal, loyalitas tunggal terhadap kepemimpinan Fir’aun, QS 79:24, 28:38) bertndak otoriter, rasialis, dskriminatif, sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 7:129, 28:4), yastadhi’fu thaifatun minhum (Keluaran 1:13-14).

Musa datang menghadap Regim Fir’aun menyampaikan misi, mosi, petisi, revolusi, gugatan policy, menyeru merubah sistim pemerintahan dari pemerintahan thagutiyah (tirani, secular) ke pemerntahan yang bersih dari kesewenang-wenangan (tauhidiyah, berkedaulatan hukum ilahi).

Sudah sejak awal Musa dipersiapkan Allah memikul beban tugas untuk menyeru Regim Fir’auniyah merubah sistim pemerintahannya dari pemerintahan yang berlandaskan thagutiyah (tirani, despotisme, absolutisme, l’etat cest moi, ana rabbukum a’la) ke pemerintahan yang berdasarkan tauhid, bersih dari kesewenang-wenangan.

Fir’auniyah bersikap diskriminatif dan berlaku sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 28:4, 79:17, 44:31, 89:10-14) (waja’ala ahlaha syiya’aa) (Keluaran 1:13-14).

Musa dianugerahi Allah hikmah, kecerdasan dan ilmu pengetahuan (QS 28:14, 26:21, 20:39). Musa terlanjur melakukan kesalahan, membunuh seorang warga Mesir tanpa sengaja (QS 28:15-17, 20:40) (Keluaran 2:11-12). Musa tak mau terlanjur untuk kedua kalinya (QS 28:18-19) (Keluaran 2:13-14).

Seseorang menasehati Musa untuk menyelamatkan diri dari buruan Regim Fir’auniyah pergi meninggalkan Mesir (QS 28:20). Musa menyembunyikan diri ke Madyan (QS 28:21-25) (Keluaran 2:15). Musa tinggal menetap di Madyan (QS 28:26-28, 20:40).

Musa menerima tugas risalah (QS 28:29-30, 27:7-9, 20:10-16). Musa dibekali Allah dengan beberapa sarana risalah (mu’jizat) (QS 28:31-32, 27:1-12, 20:17-23). Musa ditugaskan Allah untuk menyeru Fir’auniyah (Trio Fir’aun, Haman, Qarun) untuk merubah sistim pemerintahan dari pemerintahan thagutiyah ke pemerintahan tauhidiyah (QS 28:32, 27:12, 26:10-11, 7:103, 10:75, 40:23-24, 79:17-19, 23:45-46, 44:17-19, 20:24).

` Musa menyatakan dirinya sebagai utusan Allah (QS 7:104). Fir’auniyah menyiksa Musa (QS 20:56, 10:75). Musa datang membawa risalah kepada Fir’auniyah (QS 7:105, 10:75, 23:45). Musa ditugaskan Allah untuk menyeru Fir’auniyah untuk membebaskan warga Mesir keturunan Israil dari cengkeraman ras-diskriminasi, kesadsan (QS 26:17, 7:105, 44:17-19, 20:47-48).

Musa khawatir tugasnya tak akan mendapatkan sambutan baik, karena ia pernah terlanjur melakukan tindak kejahatan (pidana), ia tidak fasih berbicara (tidak diplomatis), ia pernah dibesarkan di istana Fir’aun, mmperoleh santunan, subsidi, fasilitas (QS 28:33-34, 26:12-14, 20:25-35).

Harun ditugaskan Allah untuk mendampingi Musa. Musa dan Harun dianugerahi Allah gezacht (charisma, spirit, semangat, wibawa, sulthan) untuk menghadapi tipu muslihat regim Fir’auniyah (QS 28:35, 26:15, 20:36-37). Musa dan Harun dituntun, dibimbing Allah untuk lebih dulu menunjukkan identitas diri (menyerahkan mandate, surat kepercayaan) serta mengemukakan maksud kedatangan (QS 26:16, 20:44).

Fir’aun penuh curiga. Fir’auniyah menjatuhkan mental Musa, mengungkit-ungkit jasa masa lalunya terhadap Musa (QS 26:18). Fir’auniyah mengungkit-ungkit kejahatan yang pernah terlanjur dilakukan Musa sehingga jadi buronan Fir’auniyah (QS 20:19). Musa menyanggah kebaikan toleransi Fir’auniyah yang telah berlaku rasialis, diskriminatif, sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 26:22).

Fir’aun merasa kedudukannya terancam. Fir’aun mencurigai Musa akan menggulingkannya. Fir’auniah menginterogasi Musa untuk mengetahui siapa yang berada di belakan Musa mendalangi, mengotaki, menjadi biang kerok kegiatan subversive Musa (QS 26:23-30, 20:49-53).

Fir’auniyah menginstruksikan Haman, pejabatnya untuk menyiapkan sarana untuk mengadakan penyidikan siapa yang mendalangi, mengotaki, menjadi biang kegiatan subversiv Musa (QS 28:38, 40:36-37). Fir’aun minta menunjukkan mandate, bukti kerasulan Musa (QS 26:31, 7:106). Musa menunjukkan mandat, bukti kerasulannya.

Fir’auniyah menolak, tidak mau mempercayai mandat, bukti kerasulan Musa. Fir’auniyah menantang, berusaha menghancurkannya (QS 27:14, 79:21, 23:47-48, 43:47, 51:39). Fir’auniyah mengerahkan warganya untuk menantang risalah Musa (QS 79:23-24). Fir’auniyah melancarkan intimidasi terhadap Musa dan pengkutnya (QS 40:25). Fir’auniayah siaap siaga untuk membinasakan Musa (QS 7:127, 40:26).

Fir’aunyah melancarkan agitasi, propaganda bahwa Musa menyihir publik, mempengaruhi massa, membius massa, menyesatkan massa, mencuci otak massa, memanipulasi keadaan (saharun a’yunan nasi) (QS 28:36, 26:34, 7:109, 20:57, 10:76-77). Fir’auniyah melancarkan agitasi, propaganda bahwa Musa merencanakan perebutan kekuasaan (yuridu an yukhrijakum min adrdhikum bi sihrih) (QS 26:35, 7:110, 20:57, 10:78). Fir’auniyah berusaha menjatuhkan martabat (prestasi, reputasi) Musa di depan umum (QS 26:36-37).

Fir’auniyah mengajak Musa untuk mengikuti adu keahlian (panel dskusi) dengan para intelektual Fir’auniyah untuk menjatuhkan mental, martabat Musa (QS 7:111, 20:8-59). Musa menetapkan waktu, tempat adu keahlian (QS 20:59). Fir’auniyah menggerakkan dan mengerahkan para intelektualnya untuk menjatuhkan martabat Musa dalam suatu adu keahlian (QS 26:38-39, 7:111-112, 20:60, 10:79).

Musa memperingatkan siksaan Allah (QS 20:61). Intelektual Fir’auniyah terpecah (QS 20:62). Fir’aun memusatkan perhatian intelektual untuk menjatuhkan Musa (QS 20:63-64). Warga Fir’auniyah akan berpihak kepada para intelektual bila memenangkan adu keahlian (QS 26:40). Intelektual Fir’auniyah minta imbalan jasa (medali, hadiah) bila mereka memenangkan adu kealian (QS 26:41, 7:113-114).

Fir’auniyah menjanjikan promosi kedudukan dalam pemerintahan (QS 26:42). Intelektual Fir’auniyah minta Musa menyusun urutan acara adu keahlian (QS 20:65). Musa mempersilakan intelektual Fir’auniyah mulai menampilkan kebolehannya (keahliannya) (QS 26:43, 10:80). Intelektual Fir’auniyah mendemonstrasikan kebolehannya, menyihir, menghipnotis, menyulap, membius, mengelabui, mempermainkan, mempengaruhi, meyesatkan publik, membangun opini (QS 26:44, 7:116, 20:66, 10:81).

Musa membalikkan tuduhan bahwa merekahlah yang menyesatkan (maa jiktum bihis sihru) (QS 10:81`). Musa kembali menunjukkan bukti kerasulannya (QS 26:45). Musa mengalahkan intelektual Fir’auniyah (QS 7:117-119, 20:67-69). Itelektual Fir’auniyah mengaku kalah (QS 26:46-48, 7:120, 20:70). Intelektual Fir’auniyah tunduk mengikuti Musa (QS 7:121-122, 20:70).

Fir’auniyah bertindak sewenang-wenang (QS 10:81). Fir’auniyah menyampaikan amanat pidato pembukaan untuk mejatuhkan Musa (QS 26:49, 7:123-124, 20:71). Fir’auniyah memperingatkan bahwa segala kegiatan harus seizin Penguasa Tunggal (QS 28:38, 26:49). Fir’auniayah mengklaim dirinya sebagai satu-satunya Penguasa tunggal yang aturannya satu-satunya yang harus dipatuhi, sebagai satu-satnya asa berpemerintahan (QS 43:51).

Fir’auniyah unjuk kekuasaan, pamer kekuatan. Fir’aun melancarkan agitasi, propaganda, bahwa para intelektual telah bekerjasama bersekongkol dengan Musa untuk merebut kekuasaan karena kebetulan mereka sama-sama se warga Mesir keturunan Isarail (sebagai penghapus malu) (QS 26:49, 7:123, 20:71). Fir’auniah melancarkan agitasi, propaganda, bahwa Musa dari kalangan bawah yang bicaranya tak ilmiah, bukan intelektual (QS 43:52-53).

Fir’auniah memperbodoh, menyesatkan warganya (QS 43:54). Fir’auniyah melancarkan ancaman, intimidasi terhadap Musa dan pengikutnya (QS 26:49, 7:124, 20:71). Musa tabah, sabar menghadapi ancaman, intimidasi Fir’auniyah (QS 40:27, 44:20-22). Pengikut Musa tabah, sabar menghadapi ancaman, intimidasi Fir’auniyah (QS 26:50-51, 20-72-73(.

Pejabat-pejabat yang simpati dengan dakwah Musa menasehati Fir’auniyah (QS 40:28-45). Musa menasehati pengikutnya agar tetaap tabah menghadapi ancaman Fir’auniyah 9QS 7:128-12).

Fir’auniyah menyatakan bahwa kebijakannya adalah kebaikan semata (QS 40:19(. Fir’auniyah disiksa Allah dengan kemarau, pacekelik, banjir, belalaang, ulat, kodok, darah (QS 7:130, 7:133).

Fir’auniyah melancarkan agitasi, propaganda, bahwa krisis yang mereka hadapi oleh karena ulah Musa (QS 7:131). Fir’auniyah masih tetap melancarkan agitasi propaganda, bahwa Musa telah menyihir publik (QS 7:132).

Fir’auniyah berjanji bersedia memberi kemerdekaan kepada warga Mesir keturunan Israil asal saja Musa mampu memperbaiki memulihkan keadaan (QS 7:134). Fir’auniayh mengkhianati janjinya (QS 7:125). Fir’auniyah ditumbangkan Allah ke dalam laut (QS 7:136-137). Warga Mesir keturunan Israil dianugerahi Allah akan Kemuliaan (QS 7:137, 28:5-6, 26:59, 44:28, 44:32).

(Dalam QS 18:60-82 terdapat kisah nabi Musa dan pembantunya menyisiri pinggir sungat/laut untuk menemukan seorang hamba Allah yang dapat ilmuluas dari Allah. Namun tak diterangkan kapan kejadiannya).

(Revolusi Islam berbeda dengan Revolusi Sekuler. Revolusi Sekuler adalah Revolusi Materi. Revolusi Islam adalah Revolusi Dakwah/Ruhani.

Kisah Musa dan Fir’aun dan al Quran bervariasi, mengikuti tujuan kisah.

Agitasi Fir’auniyah berlangsung sama di setiap masa, dulu, kini, nanti.

Pertarungan antara Dakwah Musa dan Provokasi Fir’aun dalam Quran diungkapkan dalam bentuk dialog antara terdakwa dan penuntut umum seperti dalam sidang pengadilan. Simak pula bentuk dialog antara sorga dan neraka.

Pertarungan antara Dakwah Islamiyah dan Provokasi Sekuler tak pernah berakhir sepanjang masa.

Arah Dakwah Musa, Nuh, Ibrahim, terutama dimulai terhadap pemegang kekuasaan (malaa). Arah Dakwah Muhammad dimulai terhadap kerabat dekat. Pada permulaan dakwah, struktur aparatur pemerintahan di Arab berbeda dengan di Mesir.

Ciri-ciri pemerintahan thagut :
- Berlaku sewenang-wenang, tak memiliki rasa peri kemanusiaan.
- Sombong, takabbur, tak mau menerima kebenaran.
- Tak berlaku adil, pilih kasih, berat sebelah, rasiaalis, diskriminatif, golongisme, memperbedakan antara golongan sendiri dan bukan golongan sendiri.
- Tidak setia pada ikrar, khianat.
- Merasa benar sendri, otoriter, sadis.)

(QS 89:11, 89:12, 51:39, 44:18, 44:31, 23:44, 23:46, 79:17, 79:21-22, 40:37, 10:75, 10:83, 20:79, 7:135-136, 26:10, 20:24, 20-45).

(Simak antara lain :
1. Abul A’la alMaududi :”Bagaimana Memahami Quran”, terjemahan H Abdullah Said, alIkhlas, Surabaya, 1981:54-70, Kisah Fir’aun.
2. Ny H Hadiyah Salim : “Qisahshul Anbiyak”, alMa’arif, bandung, 1984:115-129, Kisah Musa).
3. Dr Maurice Bucaille : “Bibel, Quran dan Sains Modern”, terjemahan Prof Dr HM Rasyidi, Bulan Bintang, Jakarta, 1979:336-350, Kisah Fir’aun.
4. Yoh Refanda : “Nabi Musa” (komik), Balai Buku, Surabaya, 1978, Kisah Musa dan Fir’aun.
5. Prof H Mahmud Yunus : “Tafsir Quran karim”, Hidayakarya Agung, Jakarta, 1975:570-575, 536-537, 228-233, 452-457, Kisah Musa dan Fir’aun.
6. M Natsir : “Fiqhud dakwah”, edisi Saleh Umar Bajasut, Ramadhani, Semarang, 1984:193-200, Menyusun Dakwah : Contoh Dakwah terhadap thagut.
7. Saiyid uthub : “Seni pengambaran dalam alQuran”, terjemahan Dra Chadidjah nasution, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1981:186-188, 170-171, 146-152.
8. Hasan alBanna : “Pidato-Pidato dan Surat-Surat”, editor Muhammad Hilmy alManjawi, Risalah, Bandung, 1984:160-165.
9. Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, terjemahan Ali Audah, Tintamas, Jakarta, 1984:2-3, 112-113).

Catatan dari Bibel :

Keluaran Pasal 3 :
Musa menerima wahyu dari Allah di Muqaddasi Tuwa (5).
Allah itu Tuhannya Musa, Tuhannya Ibrahim, tuhannya Ishak, tuhannya Ya’kub (6).
Warga Mesir menindas, menyengsarakan kaum Israil (7,9).
Kaum Israil berdoa semoga Allah melepaskan mereka (7).
Allah berkenan mengabulkan permohonan mereka (8)].
Allah mengutus Musa menyeru Fir’aun untuk membebaskan kaum Isral (10).
Musa khawatir akan kemampuannya (11).
Allah memberi spirit, semangat, dan beberapa tanda bukti sebagai utusan Allah (12).
Beribadah hanya kepada Allah (12).
Allah membimbing, menuntun Musa (14,15).
Tuhan itu aalah Allah, Tuhanya nenek moyang Israil, Tuhannya Ibrahim, Tuhannya Ishak, Tuhannya Ya’kub (15,16,18).
Allah itu nama dan sebutan Tuhan selama-lamanya turun-temurun (15).
Allah mengutus musa menyeru raja Mesir untuk memberi kebebasan kepada kaum Isral, beribadah kepada Allah (18).

Keluaran pasal 4 :
Musa masih saja khawatir tidak akan mendapat sambutan baik (1).
Musa dianugerahi beberapa tanda bukti sebagai utusan Allah (2-9,17).
Musa mengeluhkan ia tidak lancer bicaraa (tidak diplomatis) (10).
Allah-lah yang memberikan kemampuan manusia berbicara, mendengar, melihat (11).
Allah memberi spirit, semangat kepada Musa (12,15).
Musa mohon agar dapat didampingi oleh Harun yang bicaranya lancar (13).
Harus ditugaskan sebagai juru bicara penyambung lidah Musa (16).
Musa minta izin kepada mertuanya untuk kembali ke Mesir (18).
Regim lama yang memerintah Mesir sudah diganti dengan regim baru (19).
Musa dan keluarganya siap menuju Mesir (20).
Musa diingatkan kembali untuk menunjukkan mandat, tanda bukti sebagai utusan Allah kepada Fir’aun (21).
Musa dibimbing, dituntun Allah mengenai cara menghadap Fir’aun (22).
Musa ditugaskan untuk menyeru Fir’aun agar memberikan kebebasan kepada kaum Israil untuk beribadah kepada Allah (23).
Harunditugaskan Allah untuk mendampingi Musa (27).

Catatan dari karya Dr Maurice Bucaille (“Bibel, Quran dan Sains Modern” ) (terjemahan Prof Dr HM Rasyidi, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1979) :

Kaum Yahudi menetap di Mesir dimulai dengan kedatangan Yusuf anak Ya’kub dan saudara-saudara Yusuf ke negeri itu, lama sesudah zaman Ibrahim (hal 336.
Orang-oang Yahudi diperintah kerja paksa oleh Fir’aun (hal 338)
Fir’aun menindas Bani Israil (hal 3338, 343)..
Musa dipeliharakan Allah (hal 338).
Allah menimpakan hukum yang mempunyai aspek supernatural dan fenomena alamiyah seperti banjir, belalang, penyakit kulit, butiran es, kegelapan, kematian bayi, kematian ternak (hal 339).
Regin lama digantikan regim baru ketika Musa menetap di Madyan (hal 342, 343, 345, 346).
Raja Mesir memerintakan orang-orang Yahudi kerja paksa (hal 342, 344).
Musa diperintahkan Allah untuk menyeru Fir’aun agar memerdekakan Bani Israil (hal 346).
Musa membela kaum Yahudi (hal 347).
Kaum Yahudi mengikuti Musa (hal 349).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1104031130)

Kondisi umat Islam masa kini

Sang Pecundang

Rasulullah saw dan para sahabat di dalam usaha membangun umat sering memperingatkan bahwa perkembangan sejarah membawa perkembangan pasang-surut dan pasang-naik. Rasulullah mengingatkan, bahwa nanti akan datang suatu masa yang pada waktu itu umat Islam bagaiakan buih terapung-apung di atas air. Dianggap enteng oleh orang lain, meskipun mereka banyak, mayoritas. Tak ada rasa segan atau gentar di hati orang yang melihatnya. Hal ini disebabkan di dalam diri umat Islam bersarang dan berkembang virus wahn, yaitu penyakit cinta, rakus dunia, dan takut mati (M Natsir : “MASJID, Quran, Disiplin”, DAKWAH, jajasan Masjid “AlMunawarah”, Tanah Abang, Djakarta) (BKS0312071250).

Umat Islam Umat Pecundang

Umat Islam pernah jaya, dihormati, dihargai orang, disegani, diperhitungkan lawan, sehingga seorang Simon Jenkins (koresponden London Times) merasa khawatir “Serangan hebat terhadap negar-negara Muslim” akan mampu memicu, mendorong “kaum fanatic berbondong-bondong mendukung Osama bin Laden” (Noam Avram Chomsky : “Maling Teriak Maling. Amerika Serikat Sang Teroris?”, 2001:XVI). Karena Islam dipandang oleh orang semacam Washington Irving sebagai suatu ajaran yang mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman menyerbu secara buas ke medan perang, dengan keyakinan bahwa kalau hidup mendapat rampasan, kalau mati mendapat surga (Muhammad Husein Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:693). Demikianlah tafsiran, interpretasi orientalis tentang “’isy kariman, aw mut syahidan”.

Namun kemudian, umat Islam pernah pula tak berjaya, tak dihormati, tak dihargai, tak disegani, tak diperhitungkan lawan (khauf). Umat Islam sudah dilecehkan lawan, ditimpa kehinaan (dzillah), kehilangan kemuliaan (‘izzaah), tidak lagi memiliki kekuatan, meskipun jumlahnya masih mayoritas, sampai-sampai seorang Marshal lord Allenby (wakil sekutu Inggeris, Perancis, Italia, Rumawi, Amerika) sesumbar pongah berteriak di Kuil Sulaiman di Yerusalem, pada akhir Perang Dunia Pertama, ketika kota itu takluk dalam tahun 1918 “Sekarang Perang Salib sudah selesai” (“Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:731, “Rencana Barat Menghancurkan Islam”, hal 16. Si pengigau (delirium) Bush kecil (George Walker Bush) tak gentar mengikis habis sisa lambang Islam dengan meluncurkan demokrasi koboi dengan rudal ke Irak.

Umat Islam kini sudah sama umat lain, tak beda lagi dengan umat lain, tak lagi punya identitas Islam (Isyhadu bi anna Muslimin). IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB umat Islam tak beda umat lain. Hal ini disebabkan oleh karena umat Islam sudah sangat cinta akan dunia, takut mati, panjang angan-angan. Umat Islam kini menderita demam “wahnun” (lemah semangat memperjuangkan Islam, tak punya motivasi memperjuangkan Islam), cinta dunia (lebih berorientasi pada kehidupan diri pribadi, daripada kepentingan bersama, lebih cinta pada harta, kekayaan, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan, ketenaran daripada Allah dan RasulNya serta berjihad fi sabilillah), panjang angan-angan (terlalu banyak mempertimbangkan risiko memperjuangkan Islam), takut mati (tak berani berjihad memperjuangkan Islam, tak berani menghadapi risiko stigmatisasi, labelisasi, cap radikal, fundamentalis, teroris) (Simak HR Abu Daud dari Tsauban, no.3745, dalam “Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah”, oleh KH Firdaus AN, 1983:134). Umat Islam sudah sangat cinta akan dunia (kedudukan, pangkat, jabatan, harta, kekayaan, kekuasaan, ketenaran), pangjang angan-angan, takut mati, tak berani berjihad memperjuangkan Islam, tak berani mengambil risiko dalam berjihad fi sabilillah, takut menerima stimatisasi, labelisasi, sebagai teroris, terlalu banyak pertmbangan dalam berjihad. Padahal umat Isla diperintah untuk lebih cinta pada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalan Allah daripada cinta akan harta kekayaan, sanak keluarga, bangsa dan negara, tanah air (Simak antara lain QS 9:23-24). (BKS0402261515)

Umat Pecundang

Kondisi umat Islam di mana-mana benar-benar seperti yang ditamsilkan oleh Rasulullah saw, yaitu sebagai buih. Jumlahnya banyak, tapi tak berdaya, tak memiliki kekuatan, tidak disegani, dan tidak diperhitungkan lawan. Kini tak ada satu pun negara Islam, tak ada pemerintahan yang Islami. Seluruh pemerintah yang ada adalah pemerintah sekuler, pemerintah yang menghamba pada materi. Semuanya di bawah kendali Zionisme Internasional melalui Fir’aunisme Amerika Serikat dan sekutunya.

Seharusnya di antara sesama umat Islam itu saling tolong menolong, saling Bantu membantu mengupayakan terwujudnya negara/daulah Islam melalui jalur-jalur yang tersedia.

Bila sudah terwujud negara Islam, maka pemerintahan haruslah menyusun kekuatan infantri, kavaleri, arteleri, strategi agar negara Islam benar-benar berdalat ke dalam dank e luar, disegani lawan. Kekuatan itu haruslah yang dapat menggentarkan musuh-musuh Allah, musuh Islam, seperti diamanatkan dalam QS 8:60. Dalam QS 8:60 dapat disimak konsep dasar tentang pertahanan dan bela negara.

Selama hidp, selama iman masih mengalir di seluruh saluran darah, umat Islam sekali-kali tidak boleh melepaskan cita-cita agar Hukum Allah tegak di ala mini, walaupun di negeri mana tinggal. Moga-moga tercapai sekedar apa yang dapat dicapai. Tuhan tidaklah memikulkan sesuatu beban yang melebihi kesanggupan. Kalau Hukum Allah belum jalan, janganlah berputus asa. Kufur, zhalim, fasiqlah kalau percaya bahwa ada hukum yang lebih baik daripada Hukum Allah (Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk VI, 1984:263). (BKS0410050600)

Saang Pecndang (Korban Provokasi Teroris Global)

Kondisi umat Islam di mana-mana adalah sebagai bangsa pecundang, bukan sebagaia bangsa pemenang. Padahal umat Islam ini seharusnya (Das Sollen) adalah umat yang super (QS 3:139, 47:35). Namun nyatanya (Das Sein), di Aljazaair, di Sudan, di Somalia, di Bosnia, di Palestina, di Kashmir, di Afgahnistan, di Thailan, di Filipina, di Indonesia, dan lain-lain tempat umat Islam jadi blan-bulanan musuh-musuh Islam. AlQaeda, Taliban, Jami’at Islamiyah, Majelis Mujahidin, Front Pembela Islam, Lasykar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama’ah jadi bulan-bulanan musuh-musuh Islam. Media massa semacam Koran Pelita, Panji masyarakat tak lagi menyuarakan Islam. Koran Republika, Sabili bisa saja menyusul.

Umat Islam lemah dalam segala hal. Lemah dalam information war, psywar, ghazwul fikr. Tak mampu melakukan tugas menangkis tudingan lawan dengan cara-cara yang paling baik (QS 16:125, 29:46). Sebaliknya, kapitalis Barat dengan jaringannya sebagai Sang Provokator amat piawai membanun, menggaprap opini publik. Gencar menggarap opini publik bahwa Irak (dengan Saddam Huseinnya) memproduk senjata kimia pembunuhmassal. Gencar menggarap opini publik bahwa Taliban dan AlQaeda (dengan Osama bin Ladennya) adalah teroris, pelaku serangan teroris di Washington dan New York pada 11 September 2001). Gencar menggarap opini publik bahwa Jama’ah Islamiyah dan Mujahidin (dengan Abubakar Baasyirnya) adalah teroris, anggota jaringan AlQaeda, otak pelaku Tragedi Bali 12 Oktober 2002. umat Islam tak memiliki kemampuan mengcounter (wa jadilhum billati hiya ahsan) tudingan lawan itu.

Juga lemah dalam arena physical war. Lemah secara ideologis (imaana) dan secara fisik (ihtisaaba). Lemah dalam kualitas dan kapasitas. Padahal untuk menghadapi lawan (musuh) haruslah (Das Sollen) dengan menuiapkan kekuatan yang dapat menggentarkan lawan (musuh) yang nyta dan lawan yang tqak nyata (QS 8:60). Dengan semangat berkobar-kobar, dengan kesabaran (ketahanan) tinggi, dengan pimpinan Muhammad rasulullah saw, maka pasukan Islam dapat mengalahkan musuh (lawan) yang sepuluh kali banyaknya (QS 8:65), setidaknya dapat mengalahkan musuh (lawan) yang dua kali banyaknya (QS 8:66). Setelah Muhammad Rasullah saw sudah tidak ada lagi, setelah semangat tak berkobar-kobar lagi, setelah kesabaran sudah tak ada lagi, maka (Das Sein) tak ada tercatat dalam sejarah, pasukan Islam yang dapat mengalakan lawan yang lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam.

Kini, umat Islam tinggal sebagai bangsa pecunang. Tak punya kekuatan ideology (akidah), organisasi (jama’ah), disiplin (bai’ah, nizhamiyah), logistic (piranti lunak dan piranti keras) (Sayid Qutub : “Petunjuk Jalan”, hal 12). Di mana-mana, umat Islam tak lagi berlindung, bernaung di bawah kekuasaan Allah, dan tak lagi berlindung, bernaung di bawah hukum penguasa Islam, tak lagi berpegang pada hablum minallah wa hablum minannaas (QS 3:112). Kondisi umat Islam di mana-mana sangat mengenaskan, sangat memprihatinkan. Ditimpa kehinaan (dzillah), tidak lagi diperhitungkan lawan. Tidak lagi memiliki kekuasaan, meskipun jumlahnya masih mayoritas. Mendapati kemurkaan, kemarahan dari Allah (ghdhab), siksaan, adzab (musibah), bendana, malapetaka (kerusakan sistim hidup). Ditimka kemiskinan (maskanah), kemelaratan, kelaparan, kesengsaraan. Semuanya disebabkan oleh akena tidak lagi melakukan ibadah hanya kepada Allah. Putus hubungan dengan Allah, tidak lagi berpegang pada aturan Allah, tidak mengindahkan sabda Rasulullah. Durhaka, melanggar aturan Allah, berbuat maksiat. Melampaui batas (ya’tadun, agressif), tidak mengindahkan batas antara yang halal dan yang haram, antara yang makruf dan yang munkar, antara yang khair danyang syaar, antara yang thaiyib dengan yang khabits. Putus hubungan dengan ikhwan, hilangnya kesetiakawanan, hilngnya kesatuan dan persatuan. Tidak berbuat ihsan kepada sesame.

Allah mempergilirkan masa (kejayaan) di antara manusia agar mereka medapat pelajaran, dan agar terpisah orang-orang yang beriman denganorang-oraqng yang kafir, serta agar sebagian gugur sebagai syuhada (QS 3:14). Pertarungan dengan lawan merupakan saringan pemisah antara kawan dan lawan. Setelah Islam berkuasa selama 700 tahun di Eropa barat daya (Spanyol), Maka giliran Salib nasrani berkuasa selama 350 tahun di Nusantara, maka giliran Nasionalisme yang tampil. Sisa-sisa Salib Nasrani bisa dijumpai di seantero Nusantara, bahkan tumbuh berkembang semakin marak. Yang tertindas, yang teraniaya, yang dizhalimi terus menerus, bisa saja pada suatu sa’at berbuat nekad, berlaku brutal, bahkan bisa melakukan hal-hal yang dikategorikan sebagai tindakan terror. (BKS0210190530)

Kondisi umat Islam

Pernyataan Quraniyah yang merupakan Das Sollen, menyebtukan bahwa “kamulah orang yang paling tinggi derajatnya” (QS 3:139, 47:35), “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS 3:110). Kenyataan Kauniyah yang merupakan Das Sein menunjukkan bahwakondisi umat Islam di mana-mana kini dalam keadaan memalukan, dalam keadaan terhina, dalam keadaan dilecehkan orang, dalam keadaan tak diperhitungkan orang.Citra umat Islam di mana-mana kini jadi bulan-bulanan umat lain. Cap, label, stigma jelek disandangkan orang ke atas pundank umat Islam.

Umat Islam bisa saja mengalami kondisi seperti yang dialami Ahli Kitab kaum nabi Musa as, yaitu “ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah” (QS 2:61). Untuk mencegah terjadinya kondisi ini maka umat Islam harus berpegang kepada aturan agama Allah dan aturan pemerintah Islam” (QS 3:112, simak tafsirnya antara lain dalam “Tafsir Ibnu katsir”, jilid I, hal 376). (BKS040508-615)

Kondisi umat Islam masa kini

Kondisi umat Islam masa kini sudah mendekati seperti apa yang dibayangkan oleh Rasulullah, ibarat buih yang terapung-apung di atas air. Datang angin sedikit meniup, dia hanyut,. datang arus sedikit, dia terdampar. Kadang-kadang terdesak ke pinggir, kadang-kadang hanyut sama sekali. Dianggap enteng oleh orang. Tak ada rasa segan atau gentar di hati orang melihat. Sikap mentalnya “wahn”. Rakus akan kesenangan dunia. Tak peduli halal atau haram. Selalu takut, kuatir, cemas akan kena musibah. Takut bertanggung jawab (Simak antara lain M Natsir : “Masjid, Quran dan Disiplin”, Dakwah, alMunawarah, Tamah Abang, Jakarta).

Dalam kondisi demikian, Islam sebenarnya sudah berantakan, sudah tak ada lagi. Yang tersisa hanyalah nama Islam saja lagi. Quran sudah meluncur lenyap, tercerabut dari hati. Yang tersisa hanyalah Mushhaf Quran saja lagi. Sudah tak dimengertti lagi isinya. Padahal dalam Quran itu terdapat janji baik dan janji buruk (wa’ad dan wa’id), tentang ancaman dan peringatan (tahdzir dan tandir), tentang nasikh dan mansukh. Ulamanya sudah jahat-jahat, sudah menyebar isu. Kebaikan dan pelaku kebaikan sudah hilang lenyap. Kejahatan dan pelaku kejahatan semakin bertambah.

Kondisi seperti ini disebabkan oleh sikap umat Islam itu sendiri. Yang beragama sudah tak peduli, tak hirau akan agamanya. Tak lagi mengamalkan, mengerjakan, melaksanakan ajaran Islam. Kecuali segelintir orang yang konsisten, yang istiqamah, yang tetap bertahan menyelamatkan agamanya. Umumnya sangat mencintai dunia, kekayaan (dinar dan dirham), bahkan yang sudah kaya masih saja merasa dirinya kekurangan, belum cukup. Pantaslah ditimpa malapetaka (Simak hadis yang disampaikan oleh Hudzaifah bin alYamani tentang 73 aktivitas yang mengundang bencana, malaapetaka).

Dari ayat QS 2:61 dan 3:112 dipahami bahwa di antara aktivitas yang mengundang datangnya bencana, malapetaka adalah tak peduli akan agama Allah, tak peduli akan aturan Islam, tak peduli akan ajaran Rasulullah, mengingkari firman Allah Allah, mengingkari sabda Rasulullah, berbuat durhaka, maksiat, sewenang-wenang, melampaui batas.

Solusi untuk hidup dalam kondisi demikian, dikemukan oleh Abubakar Shiddieq agar menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas, menjadikan Quran sebagai sumber acuan, rujukan, referensi, panduan aktivitas dan senantiasa berada dalam jama’ah, jama’ah qurani was sunni.

Kondisi komunitas Islam masa kini

“Dari masyarakat awam, kyai, seniman, hingga penguasaha hiburan mengelurkan suara keras mendukung goyang inul”. “Dukungan diberikan oleh Media, fatwa ‘kyai’, pembelaan ‘ahli hukum’” (NIKAH, Edisi 03, Th.II, juni 2003, hal 6-7).

Hal tersebut memantapkan secara gambling bahwa kondisi riil masyarakat Islam di Indonesia masa kini benar-benar ogah dengan Islam. Mereka menghendaki kemerdekaan, kebebasan sebebasnya tanpa batas dalam segala bidang kehidupan. Mereka benar-benar memperilahkan, mempertuhankan hawa, nafsu, keinginan, kemauan, pendapat, pikiran, pandangan. Mereka memandang hidup isi sekali dan sesudah itu tak ada alagi. Karena itu hidup ini harus dinikmati, dipuaskan sepuasnya tanpa batas (Simak QS 45:23-24).

Komunitas Islam yang menghendaki “kebebasan sebebasnya tanpa batas” ini merupakan sasaran, objek dakwah, yang perlu dihimbau, diseur, diajak mengikuti petunjuk Allah dengan cara-cara yang ditentukan oleh Allah sendiri seperti dicontohkan oleh RasulNya Muhammad saw.

Rapuhnya jama’ah umat Islam

Jama’ah umat Islam adalah jama’ah yang sangat rapuh. Hal ini dapata dilihat, diamati, dlacak dari mana pun. Antara sesame Islam tak terjalin hubungan saling kasih mengasihi. Yang muda tak menghormati yang tua. Yang tua tak menyayangi yang muda. Padhal rasulullah menyatakan “Bukan dari matku orang yang tidak belas kasih kepada yanglebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua” (HR Abu Daud, Tirmidzi dari Amru bi Syu’aib, dalam Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Menghormati dan Mengutamakan para Ulama dan Orang Terkemuka, serta memuliakan mereka”. “Tiada sempurna iman salah seorang kamu, sehingga suka kepada saudaranya sesame Muslim, sebagaimana yang suka pada dirinya” (HR Bukhari, Muslim dari Anas, dalam Riadhus Shalihin”, pasal “Menjunjung Kehormatan kaum Muslimin dan Hak-Hak mereka, serta Belas kasih kepada mereka”).

Jangankan saling saying menyayangi sesame Islam (ltaa’arafu), bahkan saling bersalaman saja pun enggan. Padahl Rasulullah menyatakan “Kamu tidak masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak aan beriman hingga kamu saling mencintai satu sama lain”. “Kamu pasti akan saling mencintai satu sama lain, bila kamu menyebarkan salam di antara kamu” (dari HR Abu Daud, Tirmidzi, Muslim dari Abi Hurairah, dalam “Riadhus Shalihin”, pasal “Mengucap Salam”).

Di tingkat internasional, bahkan di tngkat nasional, jama’ah umat Islam itutelah tersobek-sobek, terobek-robek, terkoyak-koyak. Kondisi jama’ah umat Islam kini benar-benar sudah bagaikan buih, sudah tak disegani orang, sudah tak dperhitungkan orang. Musuh-musuh tak lagi gentar terhadap ama’ah umat Islam. Umat Islam benar-benar sudah diremehkan, dilecehkan orang (Simak HR Abu Daud dari Tsauban, haditsno.3745). Betapa mempriatinkannya solidaritas (ta’awun) jama’ah umat Islam dapat disimak antara lain dari Dr Rifyal Ka’bah : “Solidaritas Dunia Islam”, Buletin DAKWAH, No.12, Th.XXX, 21 maret 2003.

Tak ada jama’ah umat Islam yang serius, sungguh-sungguh berupaya memperjuangkan berlakunya hukum Allah, syari’at Islam sebagai hukum positif di muka bumi ni. Seharusnya semua aktivitas bermu’amalah, bermasyarakat, berbangsa, bernegara dilatari, disandarkan motivasi ibadah, yaitu untuk mewujudkan tegaknya hukum Allah, syar’at Islam. Caranya bisa melalui jalur pemilu untuk duduk di lembaga eksekutif atau legislative. Dengan motivasi ibadah, maka menang atau kalah akan mendapat pahala di sisi Allah. Baik di eksekutif, maupun di legislative bisa berjuang menegakkan, memberlakukan hukum Allah, syari’at Islam. ‘Pemurnian aqidah, perlurusan akhlaq dan pengajaran ibadah harus senantiasa dilakukan. Namun struktur masyarakat Islam yang baru harus pula segera didirikan”. “Penegakan Syar’at Islam memerlukan kesiapan umat yang lebih matang” (Siap Ber-Islam) (Nani Wisno : “Jalan Revolusioner Menuju Kemenangan”, ALMUSLIMUN, Bangil, No.267, Tahun.XXIII, Juni 1992M, hal 81).

Risiko, ujian memperjuangkan tegaknya hukum Allah, syari’at Islam, bisa berupa cap fanatic, cap fundamentalis, cap radikalis, cap teroris. Bisa dijadikan bulan-bulanan, disiksa, dianiaya, diintimidasi, diculik, dipenjarakan, dibantai, diterir (Simak “Tafsir AlAzhar” Prof Dr Hamka, juzuk II, hal 190-191, mengenai tafsiran QS 29:9). (BKS0407220600)

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpresss.com as Asrir at BKS1104031300)

Yang logis dan yang tak logis

Yang logis dan yang tak logis

“… berkatalah Musa : Ya Tuhanku, nampakkanlah diri Engkau kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman : Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala nisaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menamapakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Mka setelah Musa sadar kembali, dia berkata : Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman” (QS 7:143).

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata : Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati. Allah berfirman : Belum yakinkah kamu? Ibrahim menjawab : Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap. …” (QS 2:260).

“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya. Allah berfirman : Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan, sesungguhnya perbuatannya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. …” (QS 11:45-46).

“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata : Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkalah aku dari kaum yang zhalim” (QS 66:11).

“Siapaka yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik dengan menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan llah menyempitkan dan melapangkan rizi dan kepada-Nyalah kamu dkembalikan” (QS 2:245). Ketika turun ayat QS 2:245 tersebut, maka orang-orang Yahudi menghadap kepada Nabi saw, mereka berkata : “Hai Muhammad. Tuhanmu miskin, ia meminta kepada hamba-Nya”. Maka turunlah ayat QS 3:181 berikut sebagai ancaman terhadap ucapan seperti ucapan Yahudi itu. “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan : ‘Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya’. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-Nabi tanpa alas an yang benar. Dan Kami akan mengatakan kepada mereka : “Rasaakanlah olehmu azab yang membakar’” (QS 3:181). (Simak KHO Shale dkk: “Asbabun Muzul”, Diponegoro, Bandung, 1975:112).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicum[pas.wordpress.com as Asrir at BKS1104071030)

Kembalilah ke sisitim pendidikan era parlementer

Kembalilah ke sistim pendidikan era parlementer

Di era jaman merdea, di era pemerintahan parlementer, suasana bebas merdeka benar-benar dirasakan dalam pendidikan, tak ada aturan yang mengikut, membatasi kemerdekaan. Tak ada pakaian seragam harian, upacara, olahraga, pramuka. Entah dari mana datangnya ide, gagasan penyeragaman, uniformitas di semua bidang di era pemerintahan orde baru.

Di era pemerintahan parlementer, biaya pendidikan yang dipikul oleh orang tua siswa minim. Tak ada biaya tambahan ini, biaya itu. SPP disesuaikan dengan besar kecilnya penghasilan oang tua siswa. Di kelas satu samapi kelas tiga SR (kini SD) cukup menggunakan batu tulis (sabak) dan anak batu tulis (grip). Belum perlu menggunakan kertas, buku tulis, pensil, ballpoint, pulpen, apalagi bku ceta. Muatan lokal sangat terbatas. Bahasa daerah diajarkan di sekolah yang siswanya memang menggunakan bahasa daerah. Bahasa Arab dan Agama Islam diajarkan di sekolah yang siswanya memang banyak beragama Islam.

Evaluasi, ujian disesuaikan dengan usia, umur siswa. Di SR (SD) lebih banyak disajikan ujian yang bersifat konkrit (yang menggunakan kata tanya apa, siapa, berapa). Baru mulai di SMP (SLTP) lebih banyak disajikan ujian yang bersifat abstrak, berupa esai, menjelaskan (yang menggunakan kata Tanya kenapa, bagaimana). Sedangkan yang bersifat pilihan (multiple choice test) sangat minim). Bahkan diperlukan keahlian guru untuk menyusun ujian sedemikian rupa, sehingga siswa susah menemukan jawabannya meskipun membuka buku/catatan (seperti ujian hitungan ciferein/agka, peta buta, menterjemahkan, menjelaskan).

Sistim, model pendidikan di era pemerintahan parlementer lebih cenderung mengacu pada sistim, model pendidikan warisan/peninggalan colonial Belanda. Sedangkan sistim, model pendidikan di era orde baru lebih cenderung mengacu pada sistim, model pendidikan warisan/peninggalan colonial Anglo Sakson. Tapi sistim, model penegakkan hukum/keadilan masih saja mengacu pada sistim, model penegakkan hukum/keadilan warisan/peninggaln colonial Belanda, dan belum pernah beralih ke sistim, model penegakkan hukum/keadilan warisan/peninggalan Anglo Sakson.

Nostalgia 15 tahun kenangan manis suasana merdeka dalam pendidikan 1945-1960

Pada era parlementer sampai dicanangkannya era presidensial dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, orang tua murid benar-benar sangat merasakan nikmat kemerdekaan. Mereka tidak dibebani dengan berbagai macam kewajiban tetek bengek dengan pungutan yang berat. Mereka tidak diwajibkan menyediakan pakaian seragam harian sekolah, pakaian seragam olahraga, pakaian seragam pramuka dengan segala macam embel dan asesorinya. Seluruh siswa-murid bebas mengenakan pakaian asalkan rapi dan sopan, tak neko-neko. Benar-benar terasa keberagaman (bhineka) dari pada keseragaman (tunggal ika). Kerukunan tak terusik, bahkan terpelihara. Orang tua murid juga tak dibebani dengan kewajiban menyediakan alat tulis yang disediakan sekolah. Bila buku catatan siswa-murid yang sudah penuh dapat diminta lagi buku catatan baru dari sekolah. Sedangkan buku pelajaran tercetak (cetakan) hanya sangat terbatas yang harus disediakan oleh orang tua murid. Sekolah menyediakan buku pelajaran tercetak pada perpustakaan sekolah yang dapat digunakan oleh siswa-murid.

Keluhan semacam “Beratnya Wajib Belajar” (REPUBLIKA, Jum’at, 1 Oktober 2004, lembar “Pendidikan”, hal 1), dan “Korupsi yang merajalela juga masuk dan merusakkan sistim pendidikan”. Buku teks pendidikan tidak dibikin berkualitas, tetapi sekedar menjadi proyek yang terus diperbarui setiap tahun ajaran. Korupsi juga menggerogoti pembangunan sarana dan prasarana pendidikan (KOMPAS, Sabtu, 25 September 2004, hal 37, Fokus) tak akan pernah muncul dalam sistim pendidikan di era parlementer.

Pada sistim pendidikan era parlementer, nilai dalam ijazah benar-benar nilai murni (NEM), bukan nilai penggelembungan (nilai manipulatif). Untuk melanjutkan ke pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, siswa-murid cukup melengkapi lamarannya dengan salinan ijazahmya, dan tak diharuskan mengikuti tes-ujian saringan. Seleksi sudah cukup dilakukan dari nilai ujian yang tertera dalam ijazah.

Dikatakan bahwa kembali ke sistim pendidikan era parlementer adalah suatu kemunduran. Pendidikan itu haruslah dinamis, tidak statis, apalagi kembali ke masa lalu. Pendidikan itu haruslah selalu berubah, berorientasi ke masa depan, bukan ke masa lalu. Namun dalam realita, kenyataan hidup, di mana pun dan kapan pun, pertumbuhan, perkembangan fisik dan psiko objek didik hampir tak pernah berubah secara signifikan. Paling-paling yang berubah hanyalah alat, sarana pendidikan. Dari menggunakan tikar ke menggunakan bangku. Dari menggunakan sabak (batu tulis) ke menggunakan buku tulis. Dari menggunakan papan tulis ke menggunakan kibot/monitor komputer, dan lain-lain. Tak ada yang berubah. Bahkan nasib “Guru Masih Seperti Yang Dulu” (KOMPAS, Sabtu, 15 September 2004, hal 5). Manusia-manusia yang bergulat dalam dunia pendidikan bukan makin tambah cerdas, berwawasan luas, berdedikasi, kreatif, jujur dan adil, atau beretos kerja meski fasilitas fisiknya bertambah (KOMPAS, Sabtu, 25 September 2004, hal 4, Opini : ‘Mengelola Pendidikan Indonesia”).

Pada sistim pendidikan era parlementer siswa-murid benar-benar dididik dengan keteladanan perilaku para pendidik. Semangat kebangsaan (kenasionalan) tumbuh secara alamiah dari kesadaran sejarah. Bukan dengan rekayasa PMP, keseragaman pakaian (uniformitas). Seorang panelis dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan KOMPAS pada pertengahan Agustus 2004, berucap “Dulu, sewaktu saya di SMA tahun 1954, sekelas dengan saya adalah anak Perdana Menteri, anak Kolonel, anak Letnan Kolonel dan anak Sersan. Kini tidak lagi : yang kaya ke sini, yang tengah ke sini, yang miskin ke sana. Sekarang ini sekolah bukan lagi pemersatu bangsa, tetapi pemersatu kelas sosial (KOMPAS, Sabtu, 25 September 2004, hal 4, Opini : ‘Pendidikan Elitis dengan Semangat Egaliter’).

Disebutkan bahwa pada awal kemerdekaan, sistim pendidikan amat elitis, sangat ekslusif. Sistim pendidikan yang elitis amat menekankan pada kemampuan bernalar secara logis-empirik, juga menghimpun pengetahuan secara sistimatis. Kurikulum elitis hanya cocok untuk 30 persen siswa. Penggunaan kurikulum yang elitis ini harus segera diakhiri, dihentikan. Pendidikan elite harus berubah egaliter, melaksanakan pendidikan elitis berdasar meritokri.

Tarik menarik dalam dunia pendidikan muncul karena perbedaan visi, misi dan kepentingan. Ada pihak yang menghendaki fungsi pendikan ialah untuk mencerdaskan bangsa, menjadi inovator, mengubah lingkungan, memberi sumbangan kepada kemajuan ekonomi dan seterusnya. Pihak lain memandang bahwa strategi pendidikan mestinya mengacu pada kemampuan dalam IPTEK untuk mengembangkan ekonomi. Pendidikan cukuplah menyajikan IPTEK dan ekonomi yang langsung mendapatkan pemenuhan kepentingan di bawah pusar/pinggul (perut dan kelamin versi Freud). Ilmu-ilmu humaniora tersingkir demi dunia pendidikan (KOMPAS, Sabtu, 25 September 2004, hal 9, Humaniora).

Pendidikan pernah bergeser berfungsi untuk menyiapkan tenaga kerja untuk mengerjakan teknik-administrasi/operasi dengan lancar, yang memiliki keterampilan memijit tombol dalam industri mekanis (the push button skills in a mechanized industry) untuk memutar modal (kipas/fan pemilik modal/konglomerat). Anak dididik oleh sistim pendidikan, disiapkan hanya untuk melayani kebutuhan konglomerat yang menguasai industri (KOMPAS, Rabu, 23 April 1997, hal 3, Terkait dan Sepadan, ‘Link & Match’ oleh Liek Wilardjo).

Kalangan pengusaha/dunia usaha dituntut untuk berperan aktif menyumbangkan dana, tenaga, pemikiran (funds and forces, material and spiritual, duit dan ide) demi pendidikan yang nantinya akan berkiprah/mendukung bagi peningkatan/kemajuan dunia industri.

Pendidikan hendaknya dilihat sebagai sebuah usaha bangsa untuk menyejahterakan dirinya untuk mengejar ketertinggalannya. Pendidikan sebagai bagian dari proses produksi bangsa dan upaya memertahankan diri di tengah kompetisi global. Pendidikan membukakan sebesar idealisme dalam mendidik norma.

Dulu pada era pemerintahan kolonial Belanda, pendidikan dirancang untuk mencetak inlanders – alat dalam produksi, perdagangan, administrasi, kehutanan, kepolisian, kejaksaan, dan kepenjaraan kolonial. Pada awal kemerdekaan sampai akhir tahun 1950-an, sistim pendidikan dirancang untuk menghasilkan para elits yang mampu bernalar secara logis-empirik, berkemampuan menghimpun pengetahuan secara sistimatis (KOMPAS, Sabtu, 25 September 2004, hal 5, “Pendidikan Elitis dengan Semangat Egaliter”. Kini oleh sisitim pendidikan, anak disiapkan untuk melayani kebutuhan konglomerat yang menguasai industri (KOMPAS, Rabu, 23 April 1997, hal 5, Terkait dan Sepadan? ‘Link & Match’, oleh Liek Wilardjo),

Kurikulum SD/M Kelas 1-3

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ditetapkan sejumlah buku teks yang dinyatakan memenuhi syarat kelayakan sebagai buku pegangan siswa berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 34 Tahun 2008 tanggal 10 Juli.

Siswa SD/MI kelas 1-3 pun dijejali dengan buku teks pelajaran tersebut. Anak-anak yang masih belum mengenal huruf dan angka secara baik, apalagi mengenal suku kata, kata, kalimat, operasi bilangan sudah dijejali dengan teks pelajaram, rangkuman dan evaluasi pelajaran, yang sama sekali belum dapat dicernanya. Bahkan pelajaran bahasa asing (bahasa Inggeris) untuk SD/MI kelas 1-2 rasanya terlalu berlebihan (over acting). Sungguh tak dapat dipahami logika tentang ini. 60-65 tahun yang lalu anak SR (SD) kelas 1-3 hanya menggunakan sabak (batu tulis). Baru di kelas 4 mulai menggunakan buku tulis dan buku teks.

Di samping itu muatan lokal (seperti pelajaran bahasa daerah) dimasukan tanpa mempertimbangkan kondisi riil. Di daerah pemukiman para pendatang (seperti di wilayah Perumnas) yang siswanya hanya mengenal bahasa Indonesia tak perlu dibebani dengan pelajaran bahasa daerah.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0410030630)

Dibali yang pantas terselip yang tak pantas

Dibalik yang pantas terselip yang tak pantas

“Anggota DPR Tonton Film Porno”, demikian judul berita di halaman depan WARTA KOTA, Sabtu, 9 April 2011. Ketika mencari (browsing) alquran digital via Google dengan keywords “arabic copy paste free download alquran inword” ditemukaan suatu situs campur aduk yang mempromosikan alquran, alkitab/bible disertai dengan gambar-gambar yang tak pantas disandingkan bersama alquran. Dibalik yang pantas terselip yang tak pantas. “… maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan …” (QS 10:32).

Bagaimana pun saya salut, angkat topi kepada yang bersangkutan yang kemudian dengan sadar bersedia mengundurkan diri dari jabatan yang terhormat sebagai anggota DPR.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1104101430)

Tuesday, April 05, 2011

Jakob Sumardjo bicara Kearifan Lokal

Jakob Sumardjo bicara kearifan lokal

Menurut budayawan Jakob Sumardjo, dari sudut pandang kearifan lokal, maka “klenik” itu merpakan salah santu unsur keragaman, keberagaman, kebhinekaan dalam “Makna Kesatuan Indonesia” (KOMPAS, Sabtu, 12 Maret 2011, hal 6, Opini). Keragaman, keberagaman, kebhinekaan dipahami sebagai talbis, sinkretisme, kompromisme, campur aduk antara daging daan galeme (tetelan, jeroan, kikil).

Kesatuan, keikaan hanya bisa terwujud justeru karena adanaya keberagaman, kebhinekaan. Kesatuan bukanlah keseragaman. Keragaman bersifat kodarati, alami, natural. Yang dimaksudnya dengan keragaman adalah keragaman budaya, bukan keragaman kebenaran.

Kearifan lokal menurutnya menolak kebenaran tunggal (kebenaran mutlak-absolut). Yang ada hanyalah kebenaran nisbi-relatif, keragaman kebenaran. Upaya mengusung kebenaran tunggal universat akan menimbulkan malapetaka. Kearifan lokal macam ini telah mendamaikan hidup rakyat Indonesia. Dengan kata lain, kedamaian, ketertiban, ketenteraman bisa terwujud tanpa mengutak-atik klenik, mitos, magik, kearifan lokal, tanpa bicara kebenaran mutlak, kebenaran tunggal universal. Tak begitu jelas apakah pandangan Jakob Sumardjo ini berdasarkaan analisa kritis, ataukah tetap saja hanya ikut-ikutan.

Di dunia klenik, mitos, magis, sesuatu yang secara rasional tak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang secara normal tak tersentuk menjadi tersentuh. Dunianya adalah dunia irrasional, ghairu ma’qul (Simak juga Emha Ainun Nadjib : “Surat Kepada Kanjen nabi”, Mizan, Bandung, 1997:181-182).

Budayawan Jakob Sumardjo begitu tertarik kagum pada sosok RM Sasrokartono (1872-1952), pejuang pergerakan nasional sejak tahun 1925, yang berpegang teguh pada Islam dan kejawen, seorang sarjana kesusasteraan Timur di Leiden yang menguasai 17 bahasa Eropa dan 9 bahasa daerah, yang selama 26 tahun hidup di Eropa tidak menentu tujuan hidupnya di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat. Padahal Islam dan Kejawen itu saling berseberangan dalam pandangan tetua Wali Songo, Sunan Giri (Simak Umar Hasyim : “Sunan Giri”).

Bukan klenik, tapi kearifan lokal ?

Juru kunci gunung Merapi bertugas, bertanggungjawab menjaga gunung Merapi hingga nafas sterakhir. Bertugas, berhak memimpin prosesi Labuhan/Ruwatan untuk memanjatkan doa dan mempersembahkan sesajen kepada Eyang Petruk, sang penunggu gunung Merapi (sing mbaurekso), sang magis pengayom masyarakat yang berdiam di kawasan gunung Merapi. Ini sama sekali bukan klenik, melainkan kearifan local yang diyakini secara turun temurun oleh leluhur. Demikian suara Nugroho Angkasa dalam MEDIA INDONESIA, Rabu, 3 November 2010, halaman 20. Juga suara tokoh spiritual Permadi SH dalam wawancara dengan reporter televisi pada Sabtu, 6 November 2010.

Muncul pertanyaan, apa saja cirri, unsure dari klenik, khurafat, takhyul itu. Apakah memang prosesi labuhan/ruwatan, persembahan sesaajen, mbah roso (sing mbaurekso), magis pengayom masyarakat itu bukan termasuk ke dalam kategori klenik, khuafat, takhyul ?

Islam mempertanyakan keyakinan secara turun temurun oleh leluhur itu. “Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walau pun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat petunjuk ? “ (QS 5:104) (What! Even though theirs fathers had no knowledge what saevu, and no guidance ?). Bagaimana logika Permadi cs ?

Hidup dalam mitos

Dulu, kini, nanti manusia hidup dalam mitos, berpikir brdasar mitos. Dulu, agar trhindar dari bahaya, malapetaka dengan menggunakan ruwatan, petung dan sesaji.

Agar dapat mengatasi krisis dari keterjajahan dimitoskan Presiden Soekarno sebagai Ratu Adil dengan gelar yang serba agung, “Pemimpin Besar Revolusi”, “Penyambung Lidah Rakyat”, “Seniman Agung”.

Agar dapat mengatasi keterbelakaangan menuju pembangunan dimitoskan Presiden Soeharto sebagai Juru Selamat, dngan menyandang gelar “Bapak Pembangunan”, “Jenderal Besar”.

Agar dapat mengatasi disintegrasi bangsa dimitoskan Gus Dur sebagai “Bapak Pluralisme” (Kuntowijoyo : “Mengakhiri mitos Politik”).

Di kalangan intelektual dimitoskan bahwa ilmu pengetahuan Barat sebagai sumber kemajuan, peradaban.

Para tokoh dimitoskan sebagai pembawa misi profetik (nubuwah ?), sebagai juru selamat, pembebas bangsa dan kemiskinan, keterbelakaaaaaangan, pengantar ke kesejahteraan.

Demokrasi dimitoskan sebagai pembawa kedamaian.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1011040930)

Dakwah Musa versus Agitasi Fir'aun

Dakwah Nabi Musa as

Dakwah Nabi Musa tampaknya terlihat tak berhasil merubah sistim pemerintahan Fir’auniyah menjadi sistim pemerintahan yang islami, madani, baik secara revolusi, reformasi atau evolusi, tetap saja berlanjut dalam sistim pemerintahan thagut, tirani, despotisme, totaliterisme. Bahkan serangan hama belalang, kodok, darah, banjir, pacekelik, kemarau pun tak mempan merubah sistim pemerintahan Fir’auniyah (QS 7:130, 7:133).


Dakwah Nabi Musa juga tak berhasil merubah watak, sikap mental Bani Israil agar bermental manusiawi, tetap saja berlanjut bermental hewani, rakus, materialis, meski masih menyandang predikat manusia pilihan. Bahkan serangan hama ulat bulu, nyamuk bedebe/malaria tak akan mempan merubah watak, sikap mental Yahudi Israel dan sekutunya.

Beberapa catatan tentang Revolusi Musa dan Agitasi Fir’auniyah (Regim Pharaoisme)

Islam menganjurkan berbicara menurut kadar, tingkat kecerdasan lawan bicara. Sebagai sarana komunikasi tersedia berbagai ragam bahasa, di antaranya bahasa kanak-kanak, bahasa awam, bahasa bisnis, bahasa tehnokrat, bahasa diplomat, bahasa kedokteran, dan lain-lain.

Sejarah berulang. Masa lalu, masa kini, masa nanti, sambung menyambung bagaikan rantai membentuk lingkaran masa spiral. Masa lalu sebagai acuan (‘ibrah, i’tibar) untuk menghadapi masa nanti.

Fir’auniyah (Regim Pharoisme) dulu, kini, nanti melancarkan perang urat saraf (gazwah fikri, pergolakaan ide, information war) terhadap pembawa dakwah, pelanjut risalah. Fir’auniyah melancarkan agitasi, provoganda, provokasi, intimidasi, sabotase. Demi tercapai maksud tujuan, Fir’auniyah dengan segala cara menarik simpati orang banyak, mempengaruhi public, membentuk public opini untuk menentang dakwah. Fir’auniayah meyakinkan public akan kebenaran propagandanya, melakukan pengarahan, penataran memperbodoh, menyesatkan public, melancarkan fitnah, isu, gossip.

Karena pacekelik di Palestina (Kana’an), maka pada masa Yusuf berkuasa di Mesir, turunan Israil berbondong-bondong datang beremigrasi ke tanah Mesir (QS 12:93). Turunan Israil tinggal menetap di Mesir sebagai warga terhormat.Setelah beberapa lama, yang berkuasa di Mesir adalah Fir’aun dari kalangan warga Mesir. Fir’aun cemas, khawatir turunan Israil akan berkuasa kembali di Mesir. Fir’aun menindas turunan Israil, memperbudak turunan Israil, mempekerjakan turunan Israil pada proyek bangunan sebagai kuli paksa (romusha), memperlakukan turunan Israil secara disksriminatif rasialis, berlaku sadis terhadap turunan Israil, membunuh bayi laki-laki turunan Israil, menimbulkan huruhara di kalangan warga, bertindak secara absolute (a’la fil ardhi, ana rabbukum a’la, l’etat cest moi) sebagai penguasa tunggal, sebagai tirani (QS 28:4).

Sebelum kedatangan Musa, Fir’aun memerintah secara absolute (l’etat cest moi, ana rabbukum a’la, satu-satunya Penguasa Tunggal, loyalitas tunggal terhadap kepemimpinan Fir’aun, QS 79:24, 28:38) bertndak otoriter, rasialis, dskriminatif, sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 7:129, 28:4), yastadhi’fu thaifatun minhum (Keluaran 1:13-14).

Musa datang menghadap Regim Fir’aun menyampaikan misi, mosi, petisi, revolusi, gugatan policy, menyeru merubah sistim pemerintahan dari pemerintahan thagutiyah (tirani, secular) ke pemerntahan yang bersih dari kesewenang-wenangan (tauhidiyah, berkedaulatan hukum ilahi).

Sudah sejak awal Musa dipersiapkan Allah memikul beban tugas untuk menyeru Regim Fir’auniyah merubah sistim pemerintahannya dari pemerintahan yang berlandaskan thagutiyah (tirani, despotisme, absolutisme, l’etat cest moi, ana rabbukum a’la) ke pemerintahan yang berdasarkan tauhid, bersih dari kesewenang-wenangan.

Fir’auniyah bersikap diskriminatif dan berlaku sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 28:4, 79:17, 44:31, 89:10-14) (waja’ala ahlaha syiya’aa) (Keluaran 1:13-14).

Musa dianugerahi Allah hikmah, kecerdasan dan ilmu pengetahuan (QS 28:14, 26:21, 20:39). Musa terlanjur melakukan kesalahan, membunuh seorang warga Mesir tanpa sengaja (QS 28:15-17, 20:40) (Keluaran 2:11-12). Musa tak mau terlanjur untuk kedua kalinya (QS 28:18-19) (Keluaran 2:13-14).

Seseorang menasehati Musa untuk menyelamatkan diri dari buruan Regim Fir’auniyah pergi meninggalkan Mesir (QS 28:20). Musa menyembunyikan diri ke Madyan (QS 28:21-25) (Keluaran 2:15). Musa tinggal menetap di Madyan (QS 28:26-28, 20:40).

Musa menerima tugas risalah (QS 28:29-30, 27:7-9, 20:10-16). Musa dibekali Allah dengan beberapa sarana risalah (mu’jizat) (QS 28:31-32, 27:1-12, 20:17-23). Musa ditugaskan Allah untuk menyeru Fir’auniyah (Trio Fir’aun, Haman, Qarun) untuk merubah sistim pemerintahan dari pemerintahan thagutiyah ke pemerintahan tauhidiyah (QS 28:32, 27:12, 26:10-11, 7:103, 10:75, 40:23-24, 79:17-19, 23:45-46, 44:17-19, 20:24).

` Musa menyatakan dirinya sebagai utusan Allah (QS 7:104). Fir’auniyah menyiksa Musa (QS 20:56, 10:75). Musa datang membawa risalah kepada Fir’auniyah (QS 7:105, 10:75, 23:45). Musa ditugaskan Allah untuk menyeru Fir’auniyah untuk membebaskan warga Mesir keturunan Israil dari cengkeraman ras-diskriminasi, kesadsan (QS 26:17, 7:105, 44:17-19, 20:47-48).

Musa khawatir tugasnya tak akan mendapatkan sambutan baik, karena ia pernah terlanjur melakukan tindak kejahatan (pidana), ia tidak fasih berbicara (tidak diplomatis), ia pernah dibesarkan di istana Fir’aun, mmperoleh santunan, subsidi, fasilitas (QS 28:33-34, 26:12-14, 20:25-35).

Harun ditugaskan Allah untuk mendampingi Musa. Musa dan Harun dianugerahi Allah gezacht (charisma, spirit, semangat, wibawa, sulthan) untuk menghadapi tipu muslihat regim Fir’auniyah (QS 28:35, 26:15, 20:36-37). Musa dan Harun dituntun, dibimbing Allah untuk lebih dulu menunjukkan identitas diri (menyerahkan mandate, surat kepercayaan) serta mengemukakan maksud kedatangan (QS 26:16, 20:44).

Fir’aun penuh curiga. Fir’auniyah menjatuhkan mental Musa, mengungkit-ungkit jasa masa lalunya terhadap Musa (QS 26:18). Fir’auniyah mengungkit-ungkit kejahatan yang pernah terlanjur dilakukan Musa sehingga jadi buronan Fir’auniyah (QS 20:19). Musa menyanggah kebaikan toleransi Fir’auniyah yang telah berlaku rasialis, diskriminatif, sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 26:22).

Fir’aun merasa kedudukannya terancam. Fir’aun mencurigai Musa akan menggulingkannya. Fir’auniah menginterogasi Musa untuk mengetahui siapa yang berada di belakan Musa mendalangi, mengotaki, menjadi biang kerok kegiatan subversive Musa (QS 26:23-30, 20:49-53).

Fir’auniyah menginstruksikan Haman, pejabatnya untuk menyiapkan sarana untuk mengadakan penyidikan siapa yang mendalangi, mengotaki, menjadi biang kegiatan subversiv Musa (QS 28:38, 40:36-37). Fir’aun minta menunjukkan mandate, bukti kerasulan Musa (QS 26:31, 7:106). Musa menunjukkan mandat, bukti kerasulannya.

Fir’auniyah menolak, tidak mau mempercayai mandat, bukti kerasulan Musa. Fir’auniyah menantang, berusaha menghancurkannya (QS 27:14, 79:21, 23:47-48, 43:47, 51:39). Fir’auniyah mengerahkan warganya untuk menantang risalah Musa (QS 79:23-24). Fir’auniyah melancarkan intimidasi terhadap Musa dan pengkutnya (QS 40:25). Fir’auniayah siaap siaga untuk membinasakan Musa (QS 7:127, 40:26).

Fir’aunyah melancarkan agitasi, propaganda bahwa Musa menyihir publik, mempengaruhi massa, membius massa, menyesatkan massa, mencuci otak massa, memanipulasi keadaan (saharun a’yunan nasi) (QS 28:36, 26:34, 7:109, 20:57, 10:76-77). Fir’auniyah melancarkan agitasi, propaganda bahwa Musa merencanakan perebutan kekuasaan (yuridu an yukhrijakum min adrdhikum bi sihrih) (QS 26:35, 7:110, 20:57, 10:78). Fir’auniyah berusaha menjatuhkan martabat (prestasi, reputasi) Musa di depan umum (QS 26:36-37).

Fir’auniyah mengajak Musa untuk mengikuti adu keahlian (panel dskusi) dengan para intelektual Fir’auniyah untuk menjatuhkan mental, martabat Musa (QS 7:111, 20:8-59). Musa menetapkan waktu, tempat adu keahlian (QS 20:59). Fir’auniyah menggerakkan dan mengerahkan para intelektualnya untuk menjatuhkan martabat Musa dalam suatu adu keahlian (QS 26:38-39, 7:111-112, 20:60, 10:79).

Musa memperingatkan siksaan Allah (QS 20:61). Intelektual Fir’auniyah terpecah (QS 20:62). Fir’aun memusatkan perhatian intelektual untuk menjatuhkan Musa (QS 20:63-64). Warga Fir’auniyah akan berpihak kepada para intelektual bila memenangkan adu keahlian (QS 26:40). Intelektual Fir’auniyah minta imbalan jasa (medali, hadiah) bila mereka memenangkan adu kealian (QS 26:41, 7:113-114).

Fir’auniyah menjanjikan promosi kedudukan dalam pemerintahan (QS 26:42). Intelektual Fir’auniyah minta Musa menyusun urutan acara adu keahlian (QS 20:65). Musa mempersilakan intelektual Fir’auniyah mulai menampilkan kebolehannya (keahliannya) (QS 26:43, 10:80). Intelektual Fir’auniyah mendemonstrasikan kebolehannya, menyihir, menghipnotis, menyulap, membius, mengelabui, mempermainkan, mempengaruhi, meyesatkan publik, membangun opini (QS 26:44, 7:116, 20:66, 10:81).

Musa membalikkan tuduhan bahwa merekahlah yang menyesatkan (maa jiktum bihis sihru) (QS 10:81`). Musa kembali menunjukkan bukti kerasulannya (QS 26:45). Musa mengalahkan intelektual Fir’auniyah (QS 7:117-119, 20:67-69). Itelektual Fir’auniyah mengaku kalah (QS 26:46-48, 7:120, 20:70). Intelektual Fir’auniyah tunduk mengikuti Musa (QS 7:121-122, 20:70).

Fir’auniyah bertindak sewenang-wenang (QS 10:81). Fir’auniyah menyampaikan amanat pidato pembukaan untuk mejatuhkan Musa (QS 26:49, 7:123-124, 20:71). Fir’auniyah memperingatkan bahwa segala kegiatan harus seizin Penguasa Tunggal (QS 28:38, 26:49). Fir’auniayah mengklaim dirinya sebagai satu-satunya Penguasa tunggal yang aturannya satu-satunya yang harus dipatuhi, sebagai satu-satnya asa berpemerintahan (QS 43:51).

Fir’auniyah unjuk kekuasaan, pamer kekuatan. Fir’aun melancarkan agitasi, propaganda, bahwa para intelektual telah bekerjasama bersekongkol dengan Musa untuk merebut kekuasaan karena kebetulan mereka sama-sama se warga Mesir keturunan Isarail (sebagai penghapus malu) (QS 26:49, 7:123, 20:71). Fir’auniah melancarkan agitasi, propaganda, bahwa Musa dari kalangan bawah yang bicaranya tak ilmiah, bukan intelektual (QS 43:52-53).

Fir’auniah memperbodoh, menyesatkan warganya (QS 43:54). Fir’auniyah melancarkan ancaman, intimidasi terhadap Musa dan pengikutnya (QS 26:49, 7:124, 20:71). Musa tabah, sabar menghadapi ancaman, intimidasi Fir’auniyah (QS 40:27, 44:20-22). Pengikut Musa tabah, sabar menghadapi ancaman, intimidasi Fir’auniyah (QS 26:50-51, 20-72-73(.

Pejabat-pejabat yang simpati dengan dakwah Musa menasehati Fir’auniyah (QS 40:28-45). Musa menasehati pengikutnya agar tetaap tabah menghadapi ancaman Fir’auniyah 9QS 7:128-12).

Fir’auniyah menyatakan bahwa kebijakannya adalah kebaikan semata (QS 40:19(. Fir’auniyah disiksa Allah dengan kemarau, pacekelik, banjir, belalaang, ulat, kodok, darah (QS 7:130, 7:133).

Fir’auniyah melancarkan agitasi, propaganda, bahwa krisis yang mereka hadapi oleh karena ulah Musa (QS 7:131). Fir’auniyah masih tetap melancarkan agitasi propaganda, bahwa Musa telah menyihir publik (QS 7:132).

Fir’auniyah berjanji bersedia memberi kemerdekaan kepada warga Mesir keturunan Israil asal saja Musa mampu memperbaiki memulihkan keadaan (QS 7:134). Fir’auniayh mengkhianati janjinya (QS 7:125). Fir’auniyah ditumbangkan Allah ke dalam laut (QS 7:136-137). Warga Mesir keturunan Israil dianugerahi Allah akan Kemuliaan (QS 7:137, 28:5-6, 26:59, 44:28, 44:32).

(Dalam QS 18:60-82 terdapat kisah nabi Musa dan pembantunya menyisiri pinggir sungat/laut untuk menemukan seorang hamba Allah yang dapat ilmuluas dari Allah. Namun tak diterangkan kapan kejadiannya).

(Revolusi Islam berbeda dengan Revolusi Sekuler. Revolusi Sekuler adalah Revolusi Materi. Revolusi Islam adalah Revolusi Dakwah/Ruhani.

Kisah Musa dan Fir’aun dan al Quran bervariasi, mengikuti tujuan kisah.

Agitasi Fir’auniyah berlangsung sama di setiap masa, dulu, kini, nanti.

Pertarungan antara Dakwah Musa dan Provokasi Fir’aun dalam Quran diungkapkan dalam bentuk dialog antara terdakwa dan penuntut umum seperti dalam sidang pengadilan. Simak pula bentuk dialog antara sorga dan neraka.

Pertarungan antara Dakwah Islamiyah dan Provokasi Sekuler tak pernah berakhir sepanjang masa.

Arah Dakwah Musa, Nuh, Ibrahim, terutama dimulai terhadap pemegang kekuasaan (malaa). Arah Dakwah Muhammad dimulai terhadap kerabat dekat. Pada permulaan dakwah, struktur aparatur pemerintahan di Arab berbeda dengan di Mesir.

Ciri-ciri pemerintahan thagut :
- Berlaku sewenang-wenang, tak memiliki rasa peri kemanusiaan.
- Sombong, takabbur, tak mau menerima kebenaran.
- Tak berlaku adil, pilih kasih, berat sebelah, rasiaalis, diskriminatif, golongisme, memperbedakan antara golongan sendiri dan bukan golongan sendiri.
- Tidak setia pada ikrar, khianat.
- Merasa benar sendri, otoriter, sadis.)

(QS 89:11, 89:12, 51:39, 44:18, 44:31, 23:44, 23:46, 79:17, 79:21-22, 40:37, 10:75, 10:83, 20:79, 7:135-136, 26:10, 20:24, 20-45).

(Simak antara lain :
1. Abul A’la alMaududi :”Bagaimana Memahami Quran”, terjemahan H Abdullah Said, alIkhlas, Surabaya, 1981:54-70, Kisah Fir’aun.
2. Ny H Hadiyah Salim : “Qisahshul Anbiyak”, alMa’arif, bandung, 1984:115-129, Kisah Musa).
3. Dr Maurice Bucaille : “Bibel, Quran dan Sains Modern”, terjemahan Prof Dr HM Rasyidi, Bulan Bintang, Jakarta, 1979:336-350, Kisah Fir’aun.
4. Yoh Refanda : “Nabi Musa” (komik), Balai Buku, Surabaya, 1978, Kisah Musa dan Fir’aun.
5. Prof H Mahmud Yunus : “Tafsir Quran karim”, Hidayakarya Agung, Jakarta, 1975:570-575, 536-537, 228-233, 452-457, Kisah Musa dan Fir’aun.
6. M Natsir : “Fiqhud dakwah”, edisi Saleh Umar Bajasut, Ramadhani, Semarang, 1984:193-200, Menyusun Dakwah : Contoh Dakwah terhadap thagut.
7. Saiyid uthub : “Seni pengambaran dalam alQuran”, terjemahan Dra Chadidjah nasution, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1981:186-188, 170-171, 146-152.
8. Hasan alBanna : “Pidato-Pidato dan Surat-Surat”, editor Muhammad Hilmy alManjawi, Risalah, Bandung, 1984:160-165.
9. Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, terjemahan Ali Audah, Tintamas, Jakarta, 1984:2-3, 112-113).

Catatan dari Bibel :

Keluaran Pasal 3 :
Musa menerima wahyu dari Allah di Muqaddasi Tuwa (5).
Allah itu Tuhannya Musa, Tuhannya Ibrahim, tuhannya Ishak, tuhannya Ya’kub (6).
Warga Mesir menindas, menyengsarakan kaum Israil (7,9).
Kaum Israil berdoa semoga Allah melepaskan mereka (7).
Allah berkenan mengabulkan permohonan mereka (8)].
Allah mengutus Musa menyeru Fir’aun untuk membebaskan kaum Isral (10).
Musa khawatir akan kemampuannya (11).
Allah memberi spirit, semangat, dan beberapa tanda bukti sebagai utusan Allah (12).
Beribadah hanya kepada Allah (12).
Allah membimbing, menuntun Musa (14,15).
Tuhan itu aalah Allah, Tuhanya nenek moyang Israil, Tuhannya Ibrahim, Tuhannya Ishak, Tuhannya Ya’kub (15,16,18).
Allah itu nama dan sebutan Tuhan selama-lamanya turun-temurun (15).
Allah mengutus musa menyeru raja Mesir untuk memberi kebebasan kepada kaum Isral, beribadah kepada Allah (18).

Keluaran pasal 4 :
Musa masih saja khawatir tidak akan mendapat sambutan baik (1).
Musa dianugerahi beberapa tanda bukti sebagai utusan Allah (2-9,17).
Musa mengeluhkan ia tidak lancer bicaraa (tidak diplomatis) (10).
Allah-lah yang memberikan kemampuan manusia berbicara, mendengar, melihat (11).
Allah memberi spirit, semangat kepada Musa (12,15).
Musa mohon agar dapat didampingi oleh Harun yang bicaranya lancar (13).
Harus ditugaskan sebagai juru bicara penyambung lidah Musa (16).
Musa minta izin kepada mertuanya untuk kembali ke Mesir (18).
Regim lama yang memerintah Mesir sudah diganti dengan regim baru (19).
Musa dan keluarganya siap menuju Mesir (20).
Musa diingatkan kembali untuk menunjukkan mandat, tanda bukti sebagai utusan Allah kepada Fir’aun (21).
Musa dibimbing, dituntun Allah mengenai cara menghadap Fir’aun (22).
Musa ditugaskan untuk menyeru Fir’aun agar memberikan kebebasan kepada kaum Israil untuk beribadah kepada Allah (23).
Harunditugaskan Allah untuk mendampingi Musa (27).

Catatan dari karya Dr Maurice Bucaille (“Bibel, Quran dan Sains Modern” ) (terjemahan Prof Dr HM Rasyidi, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1979) :

Kaum Yahudi menetap di Mesir dimulai dengan kedatangan Yusuf anak Ya’kub dan saudara-saudara Yusuf ke negeri itu, lama sesudah zaman Ibrahim (hal 336.
Orang-oang Yahudi diperintah kerja paksa oleh Fir’aun (hal 338)
Fir’aun menindas Bani Israil (hal 3338, 343)..
Musa dipeliharakan Allah (hal 338).
Allah menimpakan hukum yang mempunyai aspek supernatural dan fenomena alamiyah seperti banjir, belalang, penyakit kulit, butiran es, kegelapan, kematian bayi, kematian ternak (hal 339).
Regin lama digantikan regim baru ketika Musa menetap di Madyan (hal 342, 343, 345, 346).
Raja Mesir memerintakan orang-orang Yahudi kerja paksa (hal 342, 344).
Musa diperintahkan Allah untuk menyeru Fir’aun agar memerdekakan Bani Israil (hal 346).
Musa membela kaum Yahudi (hal 347).
Kaum Yahudi mengikuti Musa (hal 349).

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1104031130)

Kondisi Umat Islam Masa Kini

Sang Pecundang

Rasulullah saw dan para sahabat di dalam usaha membangun umat sering memperingatkan bahwa perkembangan sejarah membawa perkembangan pasang-surut dan pasang-naik. Rasulullah mengingatkan, bahwa nanti akan datang suatu masa yang pada waktu itu umat Islam bagaiakan buih terapung-apung di atas air. Dianggap enteng oleh orang lain, meskipun mereka banyak, mayoritas. Tak ada rasa segan atau gentar di hati orang yang melihatnya. Hal ini disebabkan di dalam diri umat Islam bersarang dan berkembang virus wahn, yaitu penyakit cinta, rakus dunia, dan takut mati (M Natsir : “MASJID, Quran, Disiplin”, DAKWAH, jajasan Masjid “AlMunawarah”, Tanah Abang, Djakarta) (BKS0312071250).

Umat Islam Umat Pecundang

Umat Islam pernah jaya, dihormati, dihargai orang, disegani, diperhitungkan lawan, sehingga seorang Simon Jenkins (koresponden London Times) merasa khawatir “Serangan hebat terhadap negar-negara Muslim” akan mampu memicu, mendorong “kaum fanatic berbondong-bondong mendukung Osama bin Laden” (Noam Avram Chomsky : “Maling Teriak Maling. Amerika Serikat Sang Teroris?”, 2001:XVI). Karena Islam dipandang oleh orang semacam Washington Irving sebagai suatu ajaran yang mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman menyerbu secara buas ke medan perang, dengan keyakinan bahwa kalau hidup mendapat rampasan, kalau mati mendapat surga (Muhammad Husein Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:693). Demikianlah tafsiran, interpretasi orientalis tentang “’isy kariman, aw mut syahidan”.

Namun kemudian, umat Islam pernah pula tak berjaya, tak dihormati, tak dihargai, tak disegani, tak diperhitungkan lawan (khauf). Umat Islam sudah dilecehkan lawan, ditimpa kehinaan (dzillah), kehilangan kemuliaan (‘izzaah), tidak lagi memiliki kekuatan, meskipun jumlahnya masih mayoritas, sampai-sampai seorang Marshal lord Allenby (wakil sekutu Inggeris, Perancis, Italia, Rumawi, Amerika) sesumbar pongah berteriak di Kuil Sulaiman di Yerusalem, pada akhir Perang Dunia Pertama, ketika kota itu takluk dalam tahun 1918 “Sekarang Perang Salib sudah selesai” (“Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:731, “Rencana Barat Menghancurkan Islam”, hal 16. Si pengigau (delirium) Bush kecil (George Walker Bush) tak gentar mengikis habis sisa lambang Islam dengan meluncurkan demokrasi koboi dengan rudal ke Irak.

Umat Islam kini sudah sama umat lain, tak beda lagi dengan umat lain, tak lagi punya identitas Islam (Isyhadu bi anna Muslimin). IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB umat Islam tak beda umat lain. Hal ini disebabkan oleh karena umat Islam sudah sangat cinta akan dunia, takut mati, panjang angan-angan. Umat Islam kini menderita demam “wahnun” (lemah semangat memperjuangkan Islam, tak punya motivasi memperjuangkan Islam), cinta dunia (lebih berorientasi pada kehidupan diri pribadi, daripada kepentingan bersama, lebih cinta pada harta, kekayaan, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan, ketenaran daripada Allah dan RasulNya serta berjihad fi sabilillah), panjang angan-angan (terlalu banyak mempertimbangkan risiko memperjuangkan Islam), takut mati (tak berani berjihad memperjuangkan Islam, tak berani menghadapi risiko stigmatisasi, labelisasi, cap radikal, fundamentalis, teroris) (Simak HR Abu Daud dari Tsauban, no.3745, dalam “Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah”, oleh KH Firdaus AN, 1983:134). Umat Islam sudah sangat cinta akan dunia (kedudukan, pangkat, jabatan, harta, kekayaan, kekuasaan, ketenaran), pangjang angan-angan, takut mati, tak berani berjihad memperjuangkan Islam, tak berani mengambil risiko dalam berjihad fi sabilillah, takut menerima stimatisasi, labelisasi, sebagai teroris, terlalu banyak pertmbangan dalam berjihad. Padahal umat Isla diperintah untuk lebih cinta pada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalan Allah daripada cinta akan harta kekayaan, sanak keluarga, bangsa dan negara, tanah air (Simak antara lain QS 9:23-24). (BKS0402261515)

Umat Pecundang

Kondisi umat Islam di mana-mana benar-benar seperti yang ditamsilkan oleh Rasulullah saw, yaitu sebagai buih. Jumlahnya banyak, tapi tak berdaya, tak memiliki kekuatan, tidak disegani, dan tidak diperhitungkan lawan. Kini tak ada satu pun negara Islam, tak ada pemerintahan yang Islami. Seluruh pemerintah yang ada adalah pemerintah sekuler, pemerintah yang menghamba pada materi. Semuanya di bawah kendali Zionisme Internasional melalui Fir’aunisme Amerika Serikat dan sekutunya.

Seharusnya di antara sesama umat Islam itu saling tolong menolong, saling Bantu membantu mengupayakan terwujudnya negara/daulah Islam melalui jalur-jalur yang tersedia.

Bila sudah terwujud negara Islam, maka pemerintahan haruslah menyusun kekuatan infantri, kavaleri, arteleri, strategi agar negara Islam benar-benar berdalat ke dalam dank e luar, disegani lawan. Kekuatan itu haruslah yang dapat menggentarkan musuh-musuh Allah, musuh Islam, seperti diamanatkan dalam QS 8:60. Dalam QS 8:60 dapat disimak konsep dasar tentang pertahanan dan bela negara.

Selama hidp, selama iman masih mengalir di seluruh saluran darah, umat Islam sekali-kali tidak boleh melepaskan cita-cita agar Hukum Allah tegak di ala mini, walaupun di negeri mana tinggal. Moga-moga tercapai sekedar apa yang dapat dicapai. Tuhan tidaklah memikulkan sesuatu beban yang melebihi kesanggupan. Kalau Hukum Allah belum jalan, janganlah berputus asa. Kufur, zhalim, fasiqlah kalau percaya bahwa ada hukum yang lebih baik daripada Hukum Allah (Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk VI, 1984:263). (BKS0410050600)

Saang Pecndang (Korban Provokasi Teroris Global)

Kondisi umat Islam di mana-mana adalah sebagai bangsa pecundang, bukan sebagaia bangsa pemenang. Padahal umat Islam ini seharusnya (Das Sollen) adalah umat yang super (QS 3:139, 47:35). Namun nyatanya (Das Sein), di Aljazaair, di Sudan, di Somalia, di Bosnia, di Palestina, di Kashmir, di Afgahnistan, di Thailan, di Filipina, di Indonesia, dan lain-lain tempat umat Islam jadi blan-bulanan musuh-musuh Islam. AlQaeda, Taliban, Jami’at Islamiyah, Majelis Mujahidin, Front Pembela Islam, Lasykar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama’ah jadi bulan-bulanan musuh-musuh Islam. Media massa semacam Koran Pelita, Panji masyarakat tak lagi menyuarakan Islam. Koran Republika, Sabili bisa saja menyusul.

Umat Islam lemah dalam segala hal. Lemah dalam information war, psywar, ghazwul fikr. Tak mampu melakukan tugas menangkis tudingan lawan dengan cara-cara yang paling baik (QS 16:125, 29:46). Sebaliknya, kapitalis Barat dengan jaringannya sebagai Sang Provokator amat piawai membangun, menggarap opini publik. Gencar menggarap opini publik bahwa Irak (dengan Saddam Huseinnya) memproduk senjata kimia pembunuh massal. Gencar menggarap opini publik bahwa Taliban dan AlQaeda (dengan Osama bin Ladennya) adalah teroris, pelaku serangan teroris di Washington dan New York pada 11 September 2001). Gencar menggarap opini publik bahwa Jama’ah Islamiyah dan Mujahidin (dengan Abubakar Baasyirnya) adalah teroris, anggota jaringan AlQaeda, otak pelaku Tragedi Bali 12 Oktober 2002. umat Islam tak memiliki kemampuan mengcounter (wa jadilhum billati hiya ahsan) tudingan lawan itu.

Juga lemah dalam arena physical war. Lemah secara ideologis (imaana) dan secara fisik (ihtisaaba). Lemah dalam kualitas dan kapasitas. Padahal untuk menghadapi lawan (musuh) haruslah (Das Sollen) dengan menuiapkan kekuatan yang dapat menggentarkan lawan (musuh) yang nyata dan lawan yang teqak nyata (QS 8:60). Dengan semangat berkobar-kobar, dengan kesabaran (ketahanan) tinggi, dengan pimpinan Muhammad rasulullah saw, maka pasukan Islam dapat mengalahkan musuh (lawan) yang sepuluh kali banyaknya (QS 8:65), setidaknya dapat mengalahkan musuh (lawan) yang dua kali banyaknya (QS 8:66). Setelah Muhammad Rasullah saw sudah tidak ada lagi, setelah semangat tak berkobar-kobar lagi, setelah kesabaran sudah tak ada lagi, maka (Das Sein) tak ada tercatat dalam sejarah, pasukan Islam yang dapat mengalahkan lawan yang lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam.

Kini, umat Islam tinggal sebagai bangsa pecundang. Tak punya kekuatan ideology (akidah), organisasi (jama’ah), disiplin (bai’ah, nizhamiyah), logistic (piranti lunak dan piranti keras) (Sayid Qutub : “Petunjuk Jalan”, hal 12). Di mana-mana, umat Islam tak lagi berlindung, bernaung di bawah kekuasaan Allah, dan tak lagi berlindung, bernaung di bawah hukum penguasa Islam, tak lagi berpegang pada hablum minallah wa hablum minannaas (QS 3:112). Kondisi umat Islam di mana-mana sangat mengenaskan, sangat memprihatinkan. Ditimpa kehinaan (dzillah), tidak lagi diperhitungkan lawan. Tidak lagi memiliki kekuasaan, meskipun jumlahnya masih mayoritas. Mendapati kemurkaan, kemarahan dari Allah (ghdhab), siksaan, adzab (musibah), bencana, malapetaka (kerusakan sistim hidup). Ditimika kemiskinan (maskanah), kemelaratan, kelaparan, kesengsaraan. Semuanya disebabkan oleh karena tidak lagi melakukan ibadah hanya kepada Allah. Putus hubungan dengan Allah, tidak lagi berpegang pada aturan Allah, tidak mengindahkan sabda Rasulullah. Durhaka, melanggar aturan Allah, berbuat maksiat. Melampaui batas (ya’tadun, agressif), tidak mengindahkan batas antara yang halal dan yang haram, antara yang makruf dan yang munkar, antara yang khair dan yang syaar, antara yang thaiyib dengan yang khabits. Putus hubungan dengan ikhwan, hilangnya kesetiakawanan, hilangnya kesatuan dan persatuan. Tidak berbuat ihsan kepada sesama.

Allah mempergilirkan masa (kejayaan) di antara manusia agar mereka medapat pelajaran, dan agar terpisah orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir, serta agar sebagian gugur sebagai syuhada (QS 3:14). Pertarungan dengan lawan merupakan saringan pemisah antara kawan dan lawan. Setelah Islam berkuasa selama 700 tahun di Eropa barat daya (Spanyol), Maka giliran Salib nasrani berkuasa selama 350 tahun di Nusantara, maka giliran Nasionalisme yang tampil. Sisa-sisa Salib Nasrani bisa dijumpai di seantero Nusantara, bahkan tumbuh berkembang semakin marak. Yang tertindas, yang teraniaya, yang dizhalimi terus menerus, bisa saja pada suatu sa’at berbuat nekad, berlaku brutal, bahkan bisa melakukan hal-hal yang dikategorikan sebagai tindakan terror. (BKS0210190530)

Kondisi umat Islam

Pernyataan Quraniyah yang merupakan Das Sollen, menyebutkan bahwa “kamulah orang yang paling tinggi derajatnya” (QS 3:139, 47:35), “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS 3:110). Kenyataan Kauniyah yang merupakan Das Sein menunjukkan bahwa kondisi umat Islam di mana-mana kini dalam keadaan memalukan, dalam keadaan terhina, dalam keadaan dilecehkan orang, dalam keadaan tak diperhitungkan orang.Citra umat Islam di mana-mana kini jadi bulan-bulanan umat lain. Cap, label, stigma jelek disandangkan orang ke atas pundak umat Islam.

Umat Islam bisa saja mengalami kondisi seperti yang dialami Ahli Kitab kaum nabi Musa as, yaitu “ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah” (QS 2:61). Untuk mencegah terjadinya kondisi ini maka umat Islam harus berpegang kepada aturan agama Allah dan aturan pemerintah Islam” (QS 3:112, simak tafsirnya antara lain dalam “Tafsir Ibnu katsir”, jilid I, hal 376). (BKS040508-615)

Kondisi umat Islam masa kini

Kondisi umat Islam masa kini sudah mendekati seperti apa yang dibayangkan oleh Rasulullah, ibarat buih yang terapung-apung di atas air. Datang angin sedikit meniup, dia hanyut,. datang arus sedikit, dia terdampar. Kadang-kadang terdesak ke pinggir, kadang-kadang hanyut sama sekali. Dianggap enteng oleh orang. Tak ada rasa segan atau gentar di hati orang melihat. Sikap mentalnya “wahn”. Rakus akan kesenangan dunia. Tak peduli halal atau haram. Selalu takut, kuatir, cemas akan kena musibah. Takut bertanggung jawab (Simak antara lain M Natsir : “Masjid, Quran dan Disiplin”, Dakwah, alMunawarah, Tamah Abang, Jakarta).

Dalam kondisi demikian, Islam sebenarnya sudah berantakan, sudah tak ada lagi. Yang tersisa hanyalah nama Islam saja lagi. Quran sudah meluncur lenyap, tercerabut dari hati. Yang tersisa hanyalah Mushhaf Quran saja lagi. Sudah tak dimengerti lagi isinya. Padahal dalam Quran itu terdapat janji baik dan janji buruk (wa’ad dan wa’id), tentang ancaman dan peringatan (tahdzir dan tandir), tentang nasikh dan mansukh. Ulamanya sudah jahat-jahat, sudah menyebar isu. Kebaikan dan pelaku kebaikan sudah hilang lenyap. Kejahatan dan pelaku kejahatan semakin bertambah.

Kondisi seperti ini disebabkan oleh sikap umat Islam itu sendiri. Yang beragama sudah tak peduli, tak hirau akan agamanya. Tak lagi mengamalkan, mengerjakan, melaksanakan ajaran Islam. Kecuali segelintir orang yang konsisten, yang istiqamah, yang tetap bertahan menyelamatkan agamanya. Umumnya sangat mencintai dunia, kekayaan (dinar dan dirham), bahkan yang sudah kaya masih saja merasa dirinya kekurangan, belum cukup. Pantaslah ditimpa malapetaka (Simak hadis yang disampaikan oleh Hudzaifah bin alYamani tentang 73 aktivitas yang mengundang bencana, mala petaka).

Dari ayat QS 2:61 dan 3:112 dipahami bahwa di antara aktivitas yang mengundang datangnya bencana, malapetaka adalah tak peduli akan agama Allah, tak peduli akan aturan Islam, tak peduli akan ajaran Rasulullah, mengingkari firman Allah , mengingkari sabda Rasulullah, berbuat durhaka, maksiat, sewenang-wenang, melampaui batas.

Solusi untuk hidup dalam kondisi demikian, dikemukakan oleh Abubakar Shiddieq agar menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas, menjadikan Quran sebagai sumber acuan, rujukan, referensi, panduan aktivitas dan senantiasa berada dalam jama’ah, jama’ah qurani was sunni.

Kondisi komunitas Islam masa kini

“Dari masyarakat awam, kyai, seniman, hingga penguasa hiburan mengeluarkan suara keras mendukung goyang inul”. “Dukungan diberikan oleh Media, fatwa ‘kyai’, pembelaan ‘ahli hukum’” (NIKAH, Edisi 03, Th.II, juni 2003, hal 6-7).

Hal tersebut memantapkan secara gamblang bahwa kondisi riil masyarakat Islam di Indonesia masa kini benar-benar ogah dengan Islam. Mereka menghendaki kemerdekaan, kebebasan sebebasnya tanpa batas dalam segala bidang kehidupan. Mereka benar-benar memperilahkan, mempertuhankan hawa, nafsu, keinginan, kemauan, pendapat, pikiran, pandangan. Mereka memandang hidup isi sekali dan sesudah itu tak ada lagi. Karena itu hidup ini harus dinikmati, dipuaskan sepuasnya tanpa batas (Simak QS 45:23-24).

Komunitas Islam yang menghendaki “kebebasan sebebasnya tanpa batas” ini merupakan sasaran, objek dakwah, yang perlu dihimbau, diseur, diajak mengikuti petunjuk Allah dengan cara-cara yang ditentukan oleh Allah sendiri seperti dicontohkan oleh RasulNya Muhammad saw.

Rapuhnya jama’ah umat Islam

Jama’ah umat Islam adalah jama’ah yang sangat rapuh. Hal ini dapata dilihat, diamati, dlacak dari mana pun. Antara sesame Islam tak terjalin hubungan saling kasih mengasihi. Yang muda tak menghormati yang tua. Yang tua tak menyayangi yang muda. Padhal rasulullah menyatakan “Bukan dari matku orang yang tidak belas kasih kepada yanglebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua” (HR Abu Daud, Tirmidzi dari Amru bi Syu’aib, dalam Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ‘Menghormati dan Mengutamakan para Ulama dan Orang Terkemuka, serta memuliakan mereka”. “Tiada sempurna iman salah seorang kamu, sehingga suka kepada saudaranya sesame Muslim, sebagaimana yang suka pada dirinya” (HR Bukhari, Muslim dari Anas, dalam Riadhus Shalihin”, pasal “Menjunjung Kehormatan kaum Muslimin dan Hak-Hak mereka, serta Belas kasih kepada mereka”).

Jangankan saling saying menyayangi sesame Islam (ltaa’arafu), bahkan saling bersalaman saja pun enggan. Padahl Rasulullah menyatakan “Kamu tidak masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak aan beriman hingga kamu saling mencintai satu sama lain”. “Kamu pasti akan saling mencintai satu sama lain, bila kamu menyebarkan salam di antara kamu” (dari HR Abu Daud, Tirmidzi, Muslim dari Abi Hurairah, dalam “Riadhus Shalihin”, pasal “Mengucap Salam”).

Di tingkat internasional, bahkan di tngkat nasional, jama’ah umat Islam itutelah tersobek-sobek, terobek-robek, terkoyak-koyak. Kondisi jama’ah umat Islam kini benar-benar sudah bagaikan buih, sudah tak disegani orang, sudah tak dperhitungkan orang. Musuh-musuh tak lagi gentar terhadap ama’ah umat Islam. Umat Islam benar-benar sudah diremehkan, dilecehkan orang (Simak HR Abu Daud dari Tsauban, haditsno.3745). Betapa mempriatinkannya solidaritas (ta’awun) jama’ah umat Islam dapat disimak antara lain dari Dr Rifyal Ka’bah : “Solidaritas Dunia Islam”, Buletin DAKWAH, No.12, Th.XXX, 21 maret 2003.

Tak ada jama’ah umat Islam yang serius, sungguh-sungguh berupaya memperjuangkan berlakunya hukum Allah, syari’at Islam sebagai hukum positif di muka bumi ni. Seharusnya semua aktivitas bermu’amalah, bermasyarakat, berbangsa, bernegara dilatari, disandarkan motivasi ibadah, yaitu untuk mewujudkan tegaknya hukum Allah, syar’at Islam. Caranya bisa melalui jalur pemilu untuk duduk di lembaga eksekutif atau legislative. Dengan motivasi ibadah, maka menang atau kalah akan mendapat pahala di sisi Allah. Baik di eksekutif, maupun di legislative bisa berjuang menegakkan, memberlakukan hukum Allah, syari’at Islam. ‘Pemurnian aqidah, perlurusan akhlaq dan pengajaran ibadah harus senantiasa dilakukan. Namun struktur masyarakat Islam yang baru harus pula segera didirikan”. “Penegakan Syar’at Islam memerlukan kesiapan umat yang lebih matang” (Siap Ber-Islam) (Nani Wisno : “Jalan Revolusioner Menuju Kemenangan”, ALMUSLIMUN, Bangil, No.267, Tahun.XXIII, Juni 1992M, hal 81).

Risiko, ujian memperjuangkan tegaknya hukum Allah, syari’at Islam, bisa berupa cap fanatic, cap fundamentalis, cap radikalis, cap teroris. Bisa dijadikan bulan-bulanan, disiksa, dianiaya, diintimidasi, diculik, dipenjarakan, dibantai, diteror (Simak “Tafsir AlAzhar” Prof Dr Hamka, juzuk II, hal 190-191, mengenai tafsiran QS 29:9). (BKS0407220600)

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpresss.com as Asrir at BKS1104031300)