Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Saturday, November 27, 2010

Menyikapi musibah

Menyikapi musibah
(Sikap menghadapi musibah)
Orang beriman berupaya hidup mulia, hayathan thaiyiban, hidup dalam keberuntungan, hidup dalam Islam, hidup dalam beriman dan beramal saleh, beramal social. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan berman, mereka sesngguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (QS 16:97). “Demi masa (sejarah membuktikan). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran” (QS 103:1-3). “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang” (QS 87:14-15).
Orang beriman berupaya mati mulia, mati dalam husnul khatimah, mati dalam Islam, mati dalam berman dan beramal shaleh, beramal social. “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS 3:103). “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub, (Ibrahimberkata) : Hai anak-anakku, sesngguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS 2:132).
Orang beriman berupaya memandang segala hal dengan positif, sebaga anugerah, karunia Allah, termasuk dalam menyikapi musibah, bencana. Segala musibah, bencana disikapi oleh orang beriman sebagai anugerah, karunia Allah agar berlaku sabar, dan berlaku sabar itu adalah suatu kebikan. “Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bag seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya (HR Muslim dari Abu Yahya (Shuaib) bin Sinan arRumy) dalam “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid IV, halaman 375, “Riadhus Shalihin” (Imam Nawawi, jilid I, halaman 52, hadis no.3 (Tarjamahan).
Bila disikapi dengan sabar, maka tertusuk duri, salah urat, tergelincir kaki akan menyebabkan dosa dima’afkan Allah. “Demi Tuhan yang menguasai nyawa Muhammad, tidaklah seseorang tertusuk duri dan mengalami salah urat, maupun tergelncir kakinya, melainkan karena dosa, sedangkan dosa yang dima’afkan Allah lebih banyak” (Hadits dari Hasan al-Basri, dalam “Tafsir Ibnu Katsir’, tentang QS 57:22).
Banjir besar yang datang menyapu negeri, atau gunung berapi meletus mengalirkan lahar, atau musuh menghujani negeri dengan bom atom, atau penyakit menular menyapu rata penduduk, pendeknya musibah yang datang tiba-tiba, atau datang secara berhanyut-hanyut, bagi seorang beriman semuanya dipandang positif, sebagai anugerah, karunia Allah, agar dapat berlaku sabar menerimanya. Jiwa orang beriman ditujukannya kepada Allah, yang dariNya dia datang, denganNya dia hidup, dan kepadaNya dia akan kembali (Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 228, tafsiran ayat QS 6:48, “Maka barangsiapa yang beriman dan berbuat perbaikan, tidaklah ada ketakutan atas mereka, dan tidaklah mereka akan berduka cita”).
Meskipusn sama-sama ditimpa banjir, maka yang sabut terapung dan yang batu terbenaam. Meskipun sam-sama kena api, maka yang kertas hangus terbakar jadi abu, yang kayu terbakar jadi arang, yang air menguap, yang besi memuai. Semuanya tergantng dari identitasnya.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.worpress.com as Asrir at BKS0503101400)


Tak ada yang tahu selain Allah
(Deus le volt)
Tak seorang pun yang tahu apa hikmah, rahasia, maksud, tujuan Allah menurunkan bencana gempa-tsunami Meulaboh 26 Dsember 2004 yang menewaskan lebih dari 150000 jiwa dan memusnahkan sejumlah bangunan di sekitar utara Samudera Indonesia. Juga bencana gempa-tsunami Mentawai dan gempa vulkanik Merapi pada tahun 2010. Hanyalah llah sendiri yang tahu tentang hikmah rahasianya.
Segala bencana ang terjadi telah dirancang, diprogramkan Allah sebelumnya sesuai kehendakNy, ilmuNya, seperti disimak dalam QS 57:2, yang menyatakan bahwa “Nought f disaster befalleth in the eart or in your selves but it is n Book before We bring it nto being” (Tiada sesatu musibah, bencana pun ang menimpa di bumi dan tdak pula pada dirimu sendiri melainkan tela tertulis dalam Kitab sebelum Kami menciptakannya).
Jika dikatakan bahwadengan bencana gempa-tsunami Meulaboh itu, Allah ingin menunjukkan ke MahakuasaanNya, maka muncul pertanyaan, aakah mash belum cukp bukti-but keMahakuasaanNya, seingga masih perlu menurunkan bencana-tsnami Meulaboh yang dahsyat itu sebagai buktinya.
Jika dikatakan bahwa bencana gema-tsuami Meulaboh itu sebagai azab, skasaan Allah, maka muncul pertanyaan, apakah mereka yang terkena musiba itu memang pantas diazab, disiksa, karena mereka lebih durhaka kepada Allah dari pada yang tak terkena bencana.
Jika dikatakan bahwa gempa-tsunami Meulaboh itu sebagai rahmat Alla, sebagai pengapus dosa-dosa, maka muncl pertanyaan aakah yang terkena musibah tersubut tergolong sahid, ergolng ahli surge karena dosa-dosana sudah dihapus.
Jika dikatakan bahwa bencana gempa-tsnami Meulaboh itu sebagai peringatan dari Allah, maka muncul pertanyaan apakah memang bencana sedahsyat it efektif menyadarkan yang seamat dari bencaa itu agar kembali ke jalan Allah yang lurus. Apakah ada tercatat dalam sejarah bahwa bencanaq-bencana efektif menyadarkan orang kembali ke jalan Allah ke jalan yang benar.
Di ayat QS 30:41 dan 42:20 dipahami bawa memang ada musibah, bencana (sepert kelaparan, keskinan, kematian, kecelakaan, kesengsaran, kesempitan, kesukaran, kesusahan, penyakit, gempa, badai, taupan) yang bertujuan sebagai peringatan agar sadar atas kesalahan, kekeliruan manusia dalam menata sistim hidup social ekonomi, serta segera kembali meperbaiki kesalahan, kekeliruan yang tela diperbuat.
Dari aat-ayat tersebut juga dpaami bahwa ada musibah, bencana yang disebabkan oleh dosa, kesalaan, kekeliruan manusia dalam menata sistim hidup social-ekonomi.
Bagaimana pun semua musibah, bencana itu adalah kehendak Allah “ Tiada sesuatu musibah yang menimpa seserang kecuali dengan idzin Allah “ (QS 64:11).
Bagaimana pun, bencana, gempa-tsuami bisa berfungsi ganda (multi function). Terhadap yang meninggal bisa berupa rahmat, penutup catatan amalnya, bisa pengurangi dosa-dosanya, bakan penghapus dosa-dosanya Terhadap anak-anak yang meninggal juga bisa berupa rahmat bagi dirinya, bisa bagi orangtanya (yang sabar menerima bencana itu). Terhadap ang keterlaluan, yang keliwat batas bisa berupa zab, siksaan. Teradap yang terlanjur, teledor menyimpang, menyeleweng bisa berupa peringatan agar kembali ke jalan yang benar. Terhadap yang sudah berada di alan yang benar bisa berupa check point untuk meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Musibah, bencana yang menimpa bagi yang fasiq merupakan azab, siksaan, sedangkan bagi yang beriman merupakan nikmat (Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 228). Banjir besar yang dataaaaaaaang menyapu negeri, atau gunng berapi meletus mengalirkan lahar, atau musuh menghujani sebuah negeri dengan bom atom, atau penyakit menular menyapu rata penduduk yang datang tiba-tiba atau datang secara berhanyut-hanyut, bagi orang yang berman semuanya adalah karunia llah, dari Dia mereka datang, dengan Dia merea hidup, dan kepadaNya mereka kembali.
“Tiadalah seorang tertusuk duri dan mengalami salah urat, maupun tergelincir kakinya melainkan karena dosa, sedangkan dosa yang dima’afkan Allah lebih banyak” (“Tafsir Ibnu Katsir”, re QS 57:22).
“Tiada seorang Muslim ang menderita atau terkena gangguan apa pun, baik yang berupa duri atau lebih dari pada itu, melainkan Allah akan menghapus sebagain dosanya, sebagamana rontoknya daun dari pohonnya” (THSR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Masud, Dalam “Riadhus halihin”, pasal “Sabar”).
“Tiada pembalasan bagi seorang hambaKu ang telah Kuambil kembali kekasihnya, kemudian orang itu menghapus pahala daripadaKu, selain dari pahala surge” (THSR Bukhari, dari Abi Hurairah, idem).
“Dan sesungguhnya Kami elah mengutus (rasu-rasul) kepada umjat-umat yang sebelumkamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka benar (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri” (QS 6:42).
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketka datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaithan menampakkan kepada mereka kebagusan apapun yang sealu mereka kerjakan” (QS 6:43).
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang elah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa ang telah diberikankepada mereka, ami siksa mereka dengan sekonyosng-konong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (QS 6:44).
“MAka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampa ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS 6:4)
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0501111600)
Bahan renungan
1. Dari sudut pandang Islam, bencana tsunami di Mentawai dan gempa vulkanik di Merapi, apakah merupakan :
– teguran, peringatan dari Allah, ataukah
– ujian, cobaan dari Allah tentang keimanan, ataukah
– hukman, siksaan, azab dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, ataukah
– pamer kekuasaan dari Allah, atakah
– sunnatullah (fenomena alam) semata ?

a. Seberapa besar efektifitas sanksi hukum, efektifitas bencana untuk mengembalikan manusia yang tersesat ke jalan kebenaran ?
b. Tanpa sanksi hukum, tanpa bencana, seberapa banyak jumlah manusia yang tersesat dari jalan kebenaran ?
c. Apakah dapat ditemukan fakta dan data sejarah tentang hal tersebut ?

2. Dari sudut pandang Islam, dana untuk korban bencana apa perlu diseleksi halal atau haramnya. Apakah penggalangan dana itu boleh saja dilakukan oleh semua kalangan, termasuk komunitas koruptor, maling, mucikari, germo, psk, gay, dan yang semacam itu ?

Parade pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan
Manusia itu berbuat karena ada tenaga pendorong, faktor psikologik yang mendorong dan menggerakkan untuk melakukan sesuatu, yang disebut dengan motif. Motif itu mengandung keinginan,hasrat, kemauan untuk memenuhi kebutuhan.
Motif (sebab) atau driver (dorongan, push) untk memenuhi kebutuhan itu disebut instink (nafsu). Instink (nafsu) itu merupakan motif (sebab) atau driver (dorongan) timblnya perbuatan, sikap, ucapan ntuk memenuhi kebutuhan (need). Instink merupakan tenaga pendorong untuk memenuhi kebutuhan.
Mengacu pada skema Prof Mac Dougall dan Leslie D Waterhead (“Psychologie en Leven”, page 7273), serta pandangan imam Ghazali (“Ihya ‘Ulumuddin”) Dr R Paryana Suryadipura (“Manusia dan Atomnja”, 158:197-198) menyebutkan empat nafsu pokok : Egocentros (hayawaniyah, serakah, memetingkan diri), Polemos (shabu’iyah, marah, bertarung, berjuang), Eros (erotis, sjaithaniyah, berahi, beraurat, berkelamin), Religios rububiyah, beragama). (Simak juga Imam Ghazali : “Rahasia Hati”, 1985:31,16; Abul A’la AlMaududi : “Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, 1984:22-36).).
Mengacu pada temperamen manusia kajian Galenus, terdapat empat kebutuhan pokok : Flegmatis (makan, kesenangan, kemewahan, teman, kecintaan, pertolongan), Chloris (kekuasaan), Melancholis (ketenangan), Sanguinis (kesucian batin) (Simak Sei H Datuk Tombak Alam : “Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah”, 1986:76; Hari Moekti : “Generasi Cerdas dan Bertaqwa”, 2004:30-31).
Skema hubungan antara nafsu, fisik dan psikis bias dilukiskan seperti berikut :
1. Nafsu : a. Egocentros (hayawaniyaqh), b. Polemos (shabu’iyah), c. Eros (syaithaniyah), d. Religios (rububiyah).
2. Kondisi fisik (metafisik) : a. Endomorphie, b. Mesomorphie, c. Ectomorphie, d. Metamorphie.
3. Kondisi psikis : a. Vuscerotania (Flegmatis), b. Somatonia (Chloris), c. Cerebrotania (Melancolis), d. Spiritonia (Sanguinis).
4. Tingkah/laku : a. Konatif, b. Motorik, c. Afektif, d. Kognitif.
5. Sikap mental : a. pengemis/pengamen, b. koboi/preman, c. badut, d. relawan.
6. Kebutuhan/kepuasan : a. lambung/usus, b. otot, c. kelamin, d. otak/hati.
(Mengacu pada Dr WElliam Sheldon dalam Dr R Paryana Suryadipura : “Manusia dan Atomnya”, 1958:203).
Nafsu (instinkt, syahwat, keinginan) itu berbagai macam ragam. Ada nafsu untk memenhi kebutuhan agar memilki harta benda, agar dapat memperoleh makan enak lagi banyak, agar dapat menyelamatkan diri, agar dapat mempertahankan hidup, agar dapat bergaul, berteman, bersahabat, agar dapat berketurunan, agar dapat berbakti, berbuat baik, mengadakan kebaikan, berprestasi, agar dapat melanjutkan jenis,. (Simak juga Prof Dr Omar Mohammad ar-Toumy al-Syaibany : “Falasafah Pendidikan”, 1983:142). Kebutuhan itu berbagai macam ragam. Ada kebutuhan material (fisiologik), kebutuhan akan rasa aman (keamanan dan ketenteraman), kebutuhan sosial (ketergantungan dan cinta kasih), kebutuhan ego (harga diri), kebutuhan realisasi diri (aktualisasi diri). Ada hasrat prestasi (need for achievement), hasrat afiliasi (need for affiliaton), hasrat kuasa (need for power). Kebutuhan akan keselamatan diri, nyawa; kebutuhan akan sanak famili, keluarga, karib kerabat, teman sejawat, kenalan, tetangga, kawan; kebutuhan akan kedudukan, pangkat, harga diri, status sosial-ekonomi; kebutuhan akan tempat tinggal, kampung halaman, tanah air (Simak juga QS 3:14). Semuanya itu dipersembahkan kepada Allah (Simak QS 9:111, 6:162, 9:24).
Parade pemenuhan kebutuhan
Manusia berbuat karena ada faktor psikologik yang mendorong dan menggerakkan untuk melakukan sesuatu, yang disebut dengan motif. Motif itu mengandung keinginan, hasrat, kemauan untuk memenhi kebutuhan. Ada kebutuhan fisiologik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan ketergantungan dan cinta kasih (kebutuhan sosial), kebutuhan harga diri (ego), kebutuhan aktualisasi diri (realisasi diri) (Maslow, 1970; SUARA PEBARUAN, Jum’at, 10 September 1997, hal 22, “Pemberdayaan Remaja Dalam Menanggulangi Pengangguran”, oleh Sudibyo Setyobroto).
Dalam konsep teologis, motivasi (niat) itu ntuk memperoleh kasih sayang dari Allah serta perlindungan, pemeliharaan keamanan dari Allah, untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Menurut pengamatan Emha Ainun Nadjib, masyarakat senantiasa membutuhkan “angop” (menguap). Yang merasa terlalu banyak korupsi membutuhkan angop dengan cara naik haji atau mesponsori pengajian. Yang gemar, doyan, menyukai wisata/budaya seks membutuhkan angop dengan memimpikan wisata/budaya spiritual (Simak “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, 1997:31-33).
Kebutuhan angop itu menurut Emha Ainun Nadjib perlu dimodifikasi agar tidak terjerumus ke budaya dangkal-seks-judi-klenik.
Bangsa ini buan hanya miskin materi, tapi juga miskin mental, spiritual, nurani. Kemiskinan mental-spiritual ketiadaan harga dri mendorong kerakusan, kehausan akan pengakuan, sanjungan, aktualisasi diri.
Simaklah acara pembagian daging hewan qurban di berbagai tempat yang menelan korban, ada yang terjepit, terinjak-injak ketika berdesakan berebutan.
Simak pula maraknya panitia qurban yang mengesankan saling berebut, saling berlomba melakukan aktualisasi diri.
Panitia qurban cukup menyembelih hewan qurban dan memotongnya beberapa potong. Potong-potongan qurban tersebut langsng diantarkan oleh yang berqurban kepada tetangga/warga sekitar.
Simak pula betapa asyik-meriahnya acara dzikir-do’a berjama’ah sehabis salam penutup shalat Jum’at.
Simak pula maraknya acara malam takbiran menjelang shalat ‘id yang mengesankan saling berebut, berlomba melakukan aktualisasi diri. Bahkan sampai melakukan takbiran keliling menggunakan obor dan motor yang kadangkala menimbulkan tawuran dan gangguan keamanan. Disertai pula dengan menenggak minuman keras.
Acara malam tabiran itu apa disunnahkan oleh Rasulullah ? Jika seandainya ada sunnah Rasulullah tentang malam takbiran, apa saja yang boleh dilakukan, dan apa pula yang tak boleh dilakukan. Bahkan membaca AlQur:an dengan suara jahar/keras adakalanya disuruh dan adakalanya dilarang, tergantung pada situasi, kondisi, waktu, tempat.
Simak pula maraknya lembaga/badan bimbingan haji/umrah yang mengesankan saling berebut, saling berlomba melakukan aktualisasi diri serta mendapatkan keuntungan berupa fasilitas/dana.
Lembaga/badan bimbingan haji/umrah cukup membimbing manasik di tempat tanpa harus ikut terlibat langsung mengurus segala sesuatu pergi dan pulangnya.
Simak pula acara penggalangan dana peduli korban bencana gempa tsunami. Saling berlomba, berperan menghimpun dana dengan membawa atribut, bendera masing-masing.
Simak pula pembentukan berbagai tim untuk menjaga, memelihara memenuhi kebutuhan citra diri Presiden agar tak ternoda, tercemar noda intervensi Trias Politica.
Maslow menyebutkan bahwa puncak kebutuhan manusia adalah kebutahan realisasi diri yang bersifat non-materi. Kebutuhan akan pahala berdasarkan konsep teologis, juga berupa bentuk realisasi diri.
David McCelland memperkenalkan suatu istilah ‘need for achievement” suatu dorongan untuk berhasil, berprestasi, semangat menghasilkan prestasi kerja yang gemilang (Simak Edy Taslim : “Mencintai Pekerjaan”, dalam majalah psikologi ANDA, No.89/1984:13)
Laksanakan saja apa yang diperintahkan Allah. Tak peru sibuk memahami hikmahnya. Laksanakan saja sesuai dengan yang diperintahkan.
(Asrir BKS1011161330 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Sikap mental

Sikap mental
Imam Ghazali menyebutkan empat tipe (sikap) mental manusia.
Pertama mental syahwat, mental herbivora, yang tamak, loba, rakus, bakhil, kikir, pelit, mubadzir, israf, boros, riya, busuk hati, hasad, dengki, iri, tidak punya malu, suka main-main, suka bersenda gurau, khianat, suka membuka rahasia, buhtan, bohong, dusta, suka menjilat, sakhriyah, suka mencela, mengejek, mengecam, mengeritik (egocentros/pengemis/pengamen).
Kedua mental amarah, mental carnivora , yang angkh, congkak, pngah, sombong, takabur, ujub, suka mengagumi diri, ghadhab, suka marah, keras, galak, buas, zalim, aniaya, suka menyerang, memukul, mencaci, mengejek, menghina, merendahkan, membenci, bermusuhan, membangkitkan amarah, suka disanjung, diapung, dipuji, diangkat, dihrmati, dimuliakan, minta ditaati, dpatuhi, berkemauan jahat, sembrono, bersiap acuh ta acuh (polemos/koboi/preman).
Ketiga mental syaithani, mental omnivora, yang ghurur, suka menipu, memalsu, memperdaya, mengelah, membujuk, talbis, mencampuradukkan urusan, ifsad, suka mencelakakan, nekad, berkata kotor (eros/badt).
Keempat mental rabbani, mental hkama, mental intelek, yang berilmu, memaami hakikat, cendekia, bersikap baik, bijak, ‘iffah, menjaga diri, qana’ah, merasa cukup dengan yang ada, wara’, tidak mementingkan dunia, sabar, lapang dada, berjiwa besar, berhat mulia, haya’, malu, anisah, ramah, ‘afwu, suka mema’afkan, ta’awun, suka bergotong royong, syaja’ah, berani, sakhi, dermawan, istiqamah, teguh pendirian, konsekwen, konsisten, tawadhu’, rendah hati, tasamuh, bertenggang rasa, bertanggungjawab, tenang, yakin, optimis, suka kebebasan dalam segala urusan, ihtiram, suka menghormati, memuliakan (religios/relawan).
Bakhtiar Amini menyebutkan empat tipe (siakp) mental madzmumah, mental tercela.
Pertama mental harimau campa, yang suka membentak, melotot, sombong, pongah, congkak, angkuh, benar sendiri, merasa kuasa.
Kedua mental kambing hutan, yang berkemauan ahat, suka menimbulkan sengketa, suka mengumpat, keras kepala.
Ketiga mental kucing siam, yang suka merugikan orang lain, mengambil harta orang lain tanpa hak. Keempat mental anjing polisi, ang tak tahu sopan santun, ska membual, suka merintangi kebaikan.
Dalam Qur:an dapat ditemukan beberapa tipe (sikap) mental manusia, antara lain :
Mental anjing, yang selalu kehausan saja, tak pernah merasa kenyang, tidak pernah merasa puas, tida pernah merasa cukup (Simak QS 7:176). Satu-satunya yang paling setia adalah anjing.
Mental monyet, mental beruk, mental kera, yang suka mencibirkan orang, memusuhi orang lain, tidak punya malu, tamak, merusakkan orang lain, suka cemburu, menghelah, melakukan manipulasi, menipu, mengecoh (Simak QS 5:60).
Menal ternak, yang hanya memperhatikan soal perut (homo economicus) (Simak QS 47:12; 7:179).
Mental keledai, ang bersuara buruk, yang tidak mau tahu dengan kewajiban (Simak QS 62:5).
Dalam hubungan antara bawaan dengan atasan, terdapat tiga macam tipe (sikap) mental manusia.
Pertama mental centeng, mental kacung, yang suka berpura-pura, plin-plan, bohong, dusta, tidak jujur, pengecut, tidak mau bertanggngjawab, suka menjilat, tertutup, hipokrit, bersikap rikuh, pema’af yang tidak pada tempatnya, mudah terkesima atas penampilan atasan, bersikap netral yang kurang beralasan, cenderung bersikap asal atasan senang. Ya llah, saya berlindung kepadaMu dari kelemahan dan malas, dan peakut dan tua, dan bakhil kikir (Tarajamah HR Muslim dari Anas).
Kedua mental juragan, mental feodal yang angkuh, congkak, pongah, sombong, suka disanjung, diapung, diangkat, dihormati, dimliakan, mudah tersnggung, emosional, pemarah. Tida akan masuk surge orang ang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dar sifat kesombongan (Tarjamah HR Muslim dari Abdullah bin Mas’ud). Orang-orang ahli neraka ialah tiap-tiap orang yang kejam, rakus dan sombong (Tarjamah HR Bukhari, Muslim dari Haritsah bin Wahab).
Ketiga mental democrat, mental rakyat, yang objektif, jujur, adil, bijak, sabar, lapang dada, terbka, teguh pendirian, bertnggngjawab, luas pandangan. Ya Allah saa mohon kepadaMu petunjk (hidayat) dan taqwa, keluhuran budi dan kekayaan (Tarjamah HR Muslim dari Ibn Mas’ud). Ya Allah berilah kepadau petunjuk dan kebenaran (Taramah HR Muslm dari ‘Ali).
Mental democrat dapat dipupk dengan sikap ikhlas beramal, bersih dari sysirik, baik syirik besar, maupun syirik kecil, bersih dari rasa hasad, dengki, iri, ambisi, terbka, mau dikoreksi, mau mengoresi, mengutamakan kepentingan bersama. Ada tiga hal yang aan membuat enggan hati seorang Muslim untuk berkhianat (hasad dengki, ri, ambisi) : a. beramal ikhlas karena Allah, untk Allah, b. member nasehat kepada sesame Muslm, c. loyal, setia terhadap ama’ah Muslimin (Tarjamah HR Sufyan bin ‘Ujainah dari Abdullah bin Mas’ud).
Pada suatu hari seorang yang lebih mlia, yang kedudukannya, martabatnya anya di bawah Raslullah dan Abu akar, setelah selesai berpidato di atas mimbar diggat oleh salah seorang yang hadir (Salfan al-Farisi) dihadapan orang banyak. Penggugat tidak bersedia mendengarkan dan tunduk pada Umar sekalu Khalifah, sebelum Umar menjelaskan lebih dahulu kenapa baju yang dia pakai lebih banak memakn kain, dibandngkan dengan yang dipakai oleh orang banyak, sedangkan pembagiannya sama banyak (sama BESAR). Umar tdak menjawab, tidak merasa dipermalukan, tidak merasa diperhinakan. Umar memintakan kepada puteranya, Abdullah untuk menjelaskannya. Abdullah menjelaskan bahwa ia telah memberikan bagiannya kepada ayahnya, Umar. Etelah itu barulah si penggugat bersedia dengan senang hati mendengarkan dan tunduk pada Umar.
Seorang democrat sejati tdak merasa dipermalukan, diperinakan, bila ia digugat secara terang-terangan di hadapan orang banyak. Jiwa democrat, jiwa kerakyatan menuntut, menghendaki kebebasan, kemerdekaan yang sempurna untuk mengeluarkan pendapat, kebebasan enuh menyampakan suara hati nurani, berdasarkan argumentasi dan dalil yang benar.
(Disimak antara lain dari :
1. Ahmadi Thaha : “Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali lam Fikiran Agama” (Abul Ala Al-Maududi), halaman 22-36.
2. Amien Noersyam : “Keajaiban Hati” (Imam Ghazali), halaman 31-34.
3. Bakhtiar AQmini : “Ringasan Tamb Adat Alam Minangabau”, halaman 5-7.
4. Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk IX, halaman 145-146,165,173.
5. Haedahar Nashir : Akhlak Pemimpin Muhammadiyah”, alaman 3.
6. Alwi As : “Jawaban terhadap Alam Fikiran Barat yang keliru tentang al-Islam” (Muh Quthub), halaman 58.
7. Salim Bahreisy : “Tarjmah Riadhus Shalihin” (Imam Nawawi), jilid I, halaman 504,505, hadis 1,3; jilid II, halaman 366,368, hadis 4,9,10.
8. Drs Daj’far Abd Muchith : “Al-Hadits sebagai sumber Hukum” (D Musthafa As-Siba’i), haaman 253.
9. M Ali Hasan mar : “Sepulu Shabat dijamin Ahli Syurga’ (Muhammad Ali Al-Quthub), halaman 69,72.
10. Muhammad al-Baqir : “Khilafah dan Kerajaan” (Abul A’la al-maududi), halaman 131,132.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS9104191315)

Klenik dan mitos

Bukan klenik, tapi kearifan local ?

Juru kunci gunung Merapi bertugas, bertanggungjawab menjaga gunung Merapi hingga nafas sterakhir. Bertugas, berhak memimpin prosesi Labuhan/Ruwatan untuk memanjatkan doa dan mempersembahkan sesajen kepada Eyang Petruk, sang penunggu gunung Merapi (sing mbaurekso), sang magis pengayom masyarakat yang berdiam di kawasan gunung Merapi. Ini sama sekali bukan klenik, melainkan kearifan local yang diyakini secara turun temurun oleh leluhur. Demikian suara Nugroho Angkasa dalam MEDIA INDONESIA, Rabu, 3 November 2010, halaman 20. Juga suara tokoh spiritual Permadi SH dalam wawancara dengan reporter televisi pada Sabtu, 6 November 2010.

Muncul pertanyaan, apa saja cirri, unsure dari klenik, khurafat, takhyul itu. Apakah memang prosesi labuhan/ruwatan, persembahan sesaajen, mbah roso (sing mbaurekso), magis pengayom masyarakat itu bukan termasuk ke dalam kategori klenik, khuafat, takhyul ?

Islam mempertanyakan keyakinan secara turun temurun oleh leluhur itu. “Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walau pun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat petunjuk ? “ (QS 5:104) (What! Even though theirs fathers had no knowledge what saevu, and no guidance ?). Bagaimana logika Permade cs ?

(Asrir BKS1011040930 wsritten by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Hidup dalam mitos

Dulu, kini, nanti manusia hidup dalam mitos, berpikir brdasar mitos. Dulu, agar trhindar dari bahaya, malapetaka dengan menggunakan ruwatan, petung dan sesaji.

Agar dapat mengatasi krisis dari keterjajahan dimitoskan Presiden Soekarno sebagai Ratu Adil dengan gelar yang serba agung, “Pemimpin Besar Revolusi”, “Penyambung Lidah Rakyat”, “Seniman Agung”.

Agar dapat mengatasi keterbelakaangan menuju pembangunan dimitoskan Presiden Soeharto sebagai Juru Selamat, dngan menyandang gelar “Bapak Pembangunan”, “Jenderal Besar”.

Agar dapat mengatasi disintegrasi bangsa dimitoskan Gus Dur sebagai “Bapak Pluralisme” (Kuntowijoyo : “Mengakhiri mitos Politik”).

Di kalangan intelektual dimitoskan bahwa ilmu pengetahuan Barat sebagai sumber kemajuan, peradaban.

Para tokoh dimitoskan sebagai pembawa misi profetik (nubuwah ?), sebagai juru selamat, pembebas bangsa dan kemiskinan, keterbelakaaaaaangan, pengantar ke kesejahteraan.

Demokrasi dimitoskan sebagai pembawa kedamaian.

(Asrir BKS1010110730)

Di tengah kepalsuan

Di tengah kepalsuan
Kita manusia Indonesia amat suka dan mudah mengarang mitos untuk member kekuatan atau kepercayaan. Hal ini merupakan warisan turun temurun sejak jaman animism yang dianut oleh nenek moyang kita dulu. Dan sampai dewasa ini, masih banyak sisa-sisanya melekat dalam jiwa kita. Pancasila kita keramatkan memiliki keberkahan, kesaktian, keampuhan, dipandang suci, kudus, memiliki nilai sacral spiritual.
Sejak kita ditindas, dipaksa oleh kekuatan-kekuatan asing dari luar, maka kita sudah amat terbiasa bersikap pura-pura, munafik, hipokrisi, lan di depan, lain di beakang, menyembunyikan apa yang sebenarnya kita rasakan, kita pikirkan, kita kehendaki. Sikap hipokrisi ini merupakan salah satu cri utama kita manusia Indonesia yang cukup menonjol.
Sistim feodal kita di masa lampau, jauh sebelum kita dijajah bangsa asing yang begit menekan, yang telah menindas daya nisiatif kita menjadi saah satu smber dari kemunafikan yang dahsyat ini. Dan ini berlangsung terus sampai dewasa ini.
Dampak kejiwaan dari penjajahan bangsa asing ang terlalu laa, telah melahirkan manusia-manusia berjiwa budak, yang berwatak budak, yang hanya ta’at patuh menurut perntah, tetapi enggan memikul tanggungjwab, meskipun fisik lahiriyah adalah manusia merdeka. Sikap enggan memikul tanggngjawab ini juga merupakan salah satu cirri kita manusia Indonesia yang cukup menonjol. Atasan menggeser tanggungjawab tentang sesuatu kesaaan ata kegagalan kepada bawahan. Dan bawahan kepada yang bawaan lagi, d agar dapat mempertahankan hidup,emikian seterusnya,
Dewasa ini sikap egaliter, sikap kebersamaan tampaknya meluncur menuju kepunanahan. Dan sebaliknya tumbuh subur berkembang kultur suasana paternalism, feodalisme baru. Demikian menurut hewat sementara pengamat masalah social-politik. Hal ini terlhat dalam pelaksaaan kekuasaan Negara, dalam upacara-upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan-hubungan organisasi kepegawaian. Di dalam dan di luar pemerintahan sama saja tak ada bedanya.Yang menentukan hanyalah yang berkuasa. Tetap saja budaya feodal.
Sejak UUD-45 didekritkan kembali oleh Presden Sukarno 5 Juli 1959, secara pelan tetapi pasti (mantap), muncul kembali kecenderungan mengacu ke atas, yang lebih dikenal dengan paternalistik. Masyarakat neo-feodalistik lebih paternalistik daripada patrimodial, lebih menonolkan bapak angkat dari anak angkat, lebih menonjolkan siapa (person, figure) dari apa (problem, tema).
Pada masa alu sikap mengacu ke atas ini berkembang subur di kalangan feodalis. Kecenderungan mengacu ke atas ini dapat dipantaqu dari wejangan politik, ceramah, pengarahan, penataran oleh pejabat dan wakil rakyat, baik lewat televise, radio, maupun media cetak. Semanya memantulkan, mencerminkan bahwa pemerntah pihak yang member segalanya, sedangkan rakyat hanya tinggal terima jadi saja, disuapi, digurui, disantuni, dituntun, dibimbing, diayomi, ditatar.
Di mana-mana dipamerkan bahwa pemerntah adalah pihak ang pintar, sedangkan rakyat adalah pihak yang bodoh, yang perlu digurui. Suasana, situasi, kondisi ini tidaklah mencerminkan persamaan dan kebersamaan (egalite) antara pemerintah da rakyat, bahkan sebaliknya mengesahkan pemerintah sebagai pihak atas dan rakyat sebagai pihak bawah. Sistem protokoler (juga hak veto) sebenarnya adalah dipungut dari budaya feodal.
Hal ini juga terlihat dalam sidang pengadilan antara kedudukan atau posisi hakim dengan kedudukan atau posisi terdakwa, yang menempatkan terdakwa tdiak sejajar dengan hakim, meskipun dianut prinsip bahwa terdakwa dianggap tidak bersaah sebelum diputuskan oleh pengadilan Termasuk pembedan penggunaan kata sapaan “Bapak/Ibu” dengan “Saudara”.
Tak terlihat suasana persamaan antara semua orang, baik terdakwa, penuntut, hakim, ang mencerminkan sila kedalatan rakyat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan permufakatan. Lebih tercermin otkrasi dari demokrasi. Untuk selamanya suasana, situasi, kondisi ini entah sengaja diciptakan secara sistmatis untuk melesatarikan kedudkan ataukah hanya sekedar proses sejarah menuju kembali kea lam majapahit gaya baru.
Ketua para hakim di seluruh kerajaan Abbasiyah, mam Abu Yusuf (murid Ima Hanafi) sampai akhir haatnya merasa menyesal tidak meminta kepada Khalifah (arun a-Rasyid) untuk memberikan sebuah kursi untuk tempat duduk seorang Nasrani yang disidangkan dalam sengketa antara Khalifah dan Nasrani tersebut, padahal jika ia minta aan diberikan oleh Khalifah kepada si Nasrani sebuah kursi agar ia duduk di atasnya (“Khilafah dan Kerajaan”, hal 358).
Yang Islam tida lagi takut akan hukum Islam. Yang bkan Islam tida lagi takut akan hukum Negara. Di antara sekian banyak umat bragama di Indonesia, berapa yang sungguh-sngguh menghayati ajaran agama masing-masing, dan membuat ajaran agama tersebut menjadi pandangan hidup, dasar moral dan tingkah laku mereka setiap hari ? Bukan hanya sekedar rajin melakukan ritus kegamaan sexcara konvensional saja, tetapi yang juga dalam tingkah laku setiap hari dapat mencerminkan nlai dan ajaran mereka.
Di mana-mana disaksikan kepalsuan, kepura-puraan, kebohongan, kedustaaan, kemnafikan, pemutarbaikan, imitasi, hipokrisi, manipuasi, intimidasi, agitasi, provokasi, propaganda, tidak samanya antara pernyataan dan kenyataan,
Di mana-mana disaksikan kesenjangan antara kau dengan amal, antara omongan dengan tindakan, antara ucapan dengan perbuatan, antara teori dengan praktek, antara cita dan cipta, antara karsa dan karya, antara gagasan dengan trepan, antaa ernyataan dengan kenyataan, antara tuntnan dengan tontnan, antara wejangan dengan tindaan, antara tema dengan upaya. Tak heran, bila disaksikan politik sosialis bisa kawin denganekonomi liberalis. Inilah demokrasi feodal-kolonial, demokrasi feodal-kultrstelsel.
(Disimak antara lain dari :
1. PANJI MASYARAKAT, No.221, 15 April 1977, halaman 46-47, “Manusia Indonesia Sekarang” (cuplikan dari ceramah budayaq Mukhtar Lubis tenang “Situasi Manusia Indonesia Kini, dilihat dari segi Kebudayaan dan Nilai”).
2. Ellys L Pambayun : “Ciri Kepribadian Asli Orang Indonesia. Orang Yang Berilmu Kenapa Harus Mendari “Ilmu” Yang Lain”, MEDIA PEMBINAAN, Kanwil Depag Prop abar, Bandung, No.2/XVIII-1991, Mei 1991, alaman 19-20.
3. KIBLAT, No.19, Th.XXXV, 5-20 April 1988, halaman 12-13, “Seangat Egaliter Hampir Pnah ??; alaman 14-15, “Boleh bertanding engga bole menang” (koentar Dr Ahmad Syafi’I Ma’arif dan Dr.Juwono Sudarsno).
4. Alwi As : “Jawaban terhadap Alam ikiran Barat yang keliru tentang al-Islam (Muh Quthub), halaman 58, “Pandangan Islam tentang perbudaka”.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS9104161145)

Kita ini bangsa fasiq

Fasiq
Kita mengaku berTuhankan Allah, tahu hukum Allah, tetapi kita tidak mau menegakkan hukum Allah, tidak mau menerima hukum Allah, sengaja melanggarnya, beramal, bertindak berentangan dssengan perintah dan ajaran Allah. Kita membenarkan dalam ucapan, tapi kita menyangkal dalam tindakan.
Kita mengaku beriman kepada Allah swt sebagai Rabb, Islam sebagai dien, AlQur;an sebagai pimpinan (imam), Nabi Muhammad saw sebagai suri teladan (uswah, qudwah), tetapi kita tdak mau mengikuti ajarannya.
Kta mengaku bahwa hak sesame Muslimin, baik sebagai tetangga, kerabat, teman sepekerjaan, teman sperkumpulan meliputi menyebarkan salam, menjawab salam, menengo yang sait, mengantarkan jenazah, memohonkan do’a, mendo’akan yang bersin (berbangkis), menolong yang teraniaya (tertindas), menolong yang kesusahan, menasihati yang membutuhkannya, menutupi aibnya, tidak mengganggu atau merugikannya, tetapi kita tidak menunaikannya.
Kita begitu bersemaqngat menghimpun dana untuk meringankan beban penderitaan korban bencana alam dan bendana perang bak di dalam maupun di luar negeri, tetapi kita menutup mata menyaksikan beban penderitaan hidup yang berkepanjangan ang dalami oleh para terlantar, terlunta-lunta, gelandangan, pengemis, pemulung, anak kolong, anak jalanan, tuna arta, tuna wisma, tuna karya.
Di depan umum kita sangat mengecam penghidupan seks bebas yang terbuka atau setengah terbua. Tapi kita buka tempat-tempat mandi uap, kita atur tempat-tempat prostitusi, kita lindungi dengan berbagai aturan resmi, setengah resm ataupun cara swasta.
Dalam lngkungan sendiri, kita pura-pura alim. Begitu lepas, keluar dari lingkungan sendiri, kita antas masuk tepat maksiat. Kita ikut-ikut maki korpsi, tetapi kita sendiri tak bersih dar korupsi, bakan sebagai koruptor.
Kita mengatakan, bawa hukum itu berlaku sama terhadap semua orang. Tetapi dalam kenyataan kita lihat pencuri masu penjara, sedangkan pencuri besar segera akan bebas, atau masuk penjara sebenatar saja.
Kita latah mengajak, menganjurkan memererat, memperkokoh hubungan slaturrahim. Tapi dalam diri kita sendiri tak secuilpun benih raim itu bersemi. Kita daang berkunjung bertamu ke empat sanak family, kita menunggu, menanti kedatangan kunjungan sanak family pada saat hari raya idul fitri untuk mepererat hubungan silaturraim. Tapi diri kita sendiri kosong dar rahim itu. Kita bersalam-salaman, berma’af-ma’afan dengan tetaggag sekitar pada hari raya idul fitri taklebih dari depan pintu rumah.
Kita hibur gembirakan yatim miskin pada hari raya idul fitri dengan menyantuninya dengan sandang dan pangan bilamana nama kita diumumkan, disiarkan, disebut sebagai penyantun. Tapi kia masa bodoh, ta peduli sama sekali bilamana nama kita tak akan diumumkan, disiarkan, disebut sebagai penyantun.Tak pernah tergerak hati kita untuk menghibur menggembirakan keponakan, anak family, anak tetangga berknjung ke taqman ria anak-anak.
Kita mengaku percaya bahwa belum beriman seseorang sebelum ia mencintai sesame Mukmin sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, tetapi kita tak pernah berupaya mewujudkan kesamaan antara pernyataan (Das Sollen) dengan kenyataaqn (Das Sein). Kita getol berkoar meneriakkan seruan menggalang persatuan dan kesatuan. Tapi kita sendiri ogah dating berkujung bertama ke rmah yang berlainan paham dengankita, mengucapkan salam selamat. Lain di bibir, lain di hati.
Kita nyatakan Nabi Muhammad teladan sempurna. Tapi nyatanya, ajaran nabi Muhammad kita lemparkan. Kita pungut yang bukan ajaran abi Muhammad. Kita nyatakan Qur:an itu tuntunan sempurna. Kita gunakan Qur:an untuk sarana sumpah. Tapi nyatanya ajaran Qur:an kita lemparkan. Kia singkirkan Qur:an dari Konstitusi. Kita pungut yang bukan ajaran Qur:an. Kita nyatakan Islam itu system sepurna. Tapi nyatanya ajaran Islam kitaleparkan. Kita punut yang bukan ajaran Islam. Kita nyatakan Allah itu Maha Sempurna. Tapi nyatanya ajaran Allah kita lemparkan. Kita pungut yangbukan aaran Allah. Kita mengaku percaa kepada Tuhan ang Maha Esa (sila pertama Pancasila), tetapi kita juga percaya kepada Nyi Roro Kidul, dewi siluman di laut selatan yang dipandang sakti.
Kita mengaku berTuhankan Allah, tetapi kita tdak mau menunaikan hak Allah, bahkan mencintai makhluk. Kita tahu bahwa yang bernyawa akan mati, tetapi kita mencintai rumah tempat tinggal. Kita percaya akan akhirat, tetapi kita mencintai hidup dunia. Kita percaya bahwa di ahirat kela segala sesuat akan diperhitungkan, tetapi kita mengejar, menumpuk hara kekayaan. Kita percaya akan kewajiban bertobat, tetapi kita suka berbuat maksiat. Kita tau bahwa dunia ini akan lenyap, tetapi kita hidup dalam kemewahan. Kita thu bahwa setiap hal mengikuti takdir, tetapi kita resah gelisah mengalami kegagalan. Kita percaya bahwa neraka disediakan bag yang jahat, tetapi kita melakukan perbuatan dosa. Kita percaya bahwa sorga disedakan bagi yang mengerjakan kebajikan, tapi kita tidak berupaya memperolehnya, bahkan kita tdak merasa puas menikmati kekyaan dunia. Kita tahu bahwa seta itu musuh kita, tetap kita patuh mengikuti kemauan, perintahnya. Kita membaca Qur:an, tapi kita tidak mengamalkan ajarannya. Kita mengaku cinta akan Rasulullah, tetapi kita tidak mengikuti Sunnahnya. Kita tutupi aib kita, tetapi kita beberkan aib orang lain.
Kita bisa saja mengibuli manusia. Api kia tak bisa lepas dari tilkan Yang Maha Kasa. Kita bisa saja mengibuli semua orang pada suatu jumlah orang pada sepanjang masa, tapi kita tak akan bisa mengibuli semua orang semanjang masa.
(Disimak antara lain dari :
1. Abu Fahmi : “Bercinta dan Bersaudara Karena Allah” (Husni Adham Jaurar), Gema Insani Press, Jakarta, 1990:33,38.
2. H Mawardi Noer SH : “Me4milih Pemimpin”, Publicity, Djakarta, 1971:15-16.
3. Drs Asyhuri : “Orang Kafir Dapat Menerima Pahala Dai Surga ?”, KANISA, Assalam, Surakarta, No.03, Rabiul Awal 1410h, halaman 23.
4. PANJI MASYARAKAT, No.221, 15 April 1977, alaman 46-47, Mukhtar Lubis : “Manusia Indonesia”.
5. Abdullah Thaher : “Kitab al-Islaqm wal-Amal”, halaman7.
6. Amien Noersyams : “Rahasia/Keajaiban Hati “ (Imam Ghazali), halaman 130, tentang tempat masuk setan.
7. Mahfud Sahli : “Dibalik Ketqjaman Hati” (Imam Ghazali), halaman 34, tentang Kelengahan, halaan 57, tentang Kecintaan.
8. SUARA MASJID, No.61, Th V, Oktober 1979, halaman 80, “Mutiara Hikmat dari Usman bin ‘Affan”.
9. KOMPAS, Minggu, 28 Maret 1993, halaman 9, Asal Usul, “Interupsi”, Mahbub Junaidi.
10. PANJI MASYARAKAT, No.245, 15 Aprl 1978, halaman 3, “Hikayat Ibrahim bin Adham.
11. H Salim Baqhreisy : “Tarjamah Riadhus Shalihin (Imam Nawawi, jilid II, halaman 416, hadis 2, “Kejelekan orang bermuka dua”; jilid I, halaman 211, hadis 2, “Perintah Menunaikan Amanat”.
12. H Salim Bahreish : “Tarjamah al-Lukluk wal-Marjan” (Muhammad Fuad Abdul Baqi), jilid I, halaman 46, hadis 87, “Tercabutnya amanat dan iman dari hati, dan banyaknya ujian hidup”.
13. S Sjah SH : “Islam Lawan anatisme dan Intoleransi” (Khurshid Ahmad, MA, LLB), Tintamas, Djakarta, 1968, halaman XIII.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS9104161030)

Saya dan Madrasah Diniyah Pasir

Saya dan Madrasah Diniyah Pasir

Saya lahir dari keluarga Muslim 13 Jumadil Akhir 1358 atau 31 Juli 1939. Dibesarkan di tengah lingkungan komunitas Muslim di desa Pasir di kaki Gunung Merapi, tujuh kilometer arah timur dari Jam Gadang Bukittinggi Sumatera Barat.

Ketika berusia delapan tahun mulai belajar membaca AlQur:an di Madrasah Diniyah Pasir Ampek Angkek Bukittinggi tingkat awaliyah dari Ustqadz Haji Husin Ishaq dan Ustadz Rakanan Kari Sulaiman. Baru belajar Ilmu Tajwid setelah duduk di bangku sekolah menengah lanjutan pertama dari Ustadz Haji Sa'adduddin.

Belajar pengetahuan dasar Bahasa Arab dan Agama Islam pada tingkat Ibtidaiyah di Madrasah Diniyah Pasir. Di antara yang mengajarnya di Ibtidaiyah adalah Ustadz Ismail Saleh (Kepala Madraqsah), Haji Husin Ishaq (Nahwu dan Sharaf), Abdul Manaf Rasyad (Tarikh, Khath), Said Saleh (Tafsir, Ushul), Anwar Saleh, Ali Amran Zasini, Zuraida Ja'far (Muthala'ah, Muhadatsah), Zub aidah Rahman, Nawir Zubir, Munawir Nabi.

Buku teks yang dipakai antara lain : Fiqih Wadhih Mahmud Yunus, Muthala'ah dan Muhadatsah Mahmud Yunus. Kitab us Sa'adah Abdul Rahim Manafi (Tauhid), Tafsir AlMunir Jalaluddin Thaiyib, Hadits Arba'in Imam Nawawi, Mabadi Awaliyah Abdul Hamid Hakim (Ushul). Durusul Lughah Arfabiyah Galayaini (Nahwu dan Sharaf), Miftahul Yaqin (Tarikh), Targhib wa tahdzib (Akhlaq).

Di Sekolah Dasar (Sekolah Rakyat) dan di Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) yang mengajarnya pengetahuan dasar tentang Agama Islam adalah Ustadz Ismail Saleh (Kepala Madrasah Diniyah Pasir).

Di Sekolah Lanjutan Atas (SMP) yang mengajar pengetahuan dasar tentang Agama Islam adalah Ustadz Haji Jalaluddin Thaiayib (Pengarang Tafsir AlMunir).

Di luar sekolah pengetahuan tentang Agama Islam diperoleh dari penceramah-penceramaah di taklim mingguan, seperti Qari Makhdum, dan dari bacaan dalam majalah dan buku, termasuk yang terjemahan dari berbagai aliran, paham, ideologi.

Ketika berusia dua puluh lima tahun saya menikah dengan wanita sedesa yang latar belakang keislamannya hamper sama dengan saya.

Anak-anak semua kami sekolahkan ke sekolah, madrasah, pesantren yang mengajarkan penghetahuan dazsar tentang Agama Islam menurut AlQur:an dan Sunnah yang disepakati (muttafaqun 'alaih).

(BKS1010310615)

Sosok Said Saleh

Salah seorang tamatan/lulusan pertama Madrasah Diniyah Pasir (1928-1935) adalah Ustadz Said Saleh. Beliau bukan seorang kutu buku. Bukan seorang yang suka banyak baca. Pendidikan beliau hanya terbatas sampai disitu. Tak pernah melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tnggi. Namun beliau mampu mengajar di alamamaternya Madrasah Diniyah Pasir (1935). Mengarkan buku-buku seperti Tafsir Qur:an dan Ushul Fiqih berbahasa Arab. Membuat ujian dalam bahasa Arab. Padahal pelajaran bahasa Arab di MaDRASAH Diniyah Pasir yang beliau terima hanya bersifat pasif, bukan aktif. Beliau juga dipercayai sebagai Khatib Jum’at di Masjid Jami’ Pasir. Beliau berkhutbah tanpa menggunakan teks khutbah. Apakah hal ini merupakan salah satu buah/hasil pendidikan. Kurikulum dan bidang studi Madrasah Diniyah Pasir di masa Said Saleh sekolahsangat terbatas, sangat sederhana dibandingkan dengan kurikulum dan bidang studi pada masa kini. Bagaimana model sistim pendidikan yang dapat melahirkan sosok-sosok Said Saleh.

(BKS0905091330).

Mengenang Syekh Abdul Latif Syakur

Syek Abdul Latif Sakur adalah salah seorang ‘alim di ranah Sumatera Barat, dari desa Baligurah, kecamatan Ampek Angkek, Bukittinggi pada awal abad ke-20 (Simak antara lain Hamka : “Kebudayaan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Aceh”, PANJI MASYARAKAT, No.197, 15 April 1976, hal 29).

Diperkirakan pada awal abad ke-19 di Ampek Angkek terdapat seorang ulama yang sangat besar peranan dan pengaruhnya, seorang yang ternama dan sangat disegani, dikenal dengan nama Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo. Beliau belajar ilm agama pada Tuanku Kamang, Tuanku Sumanik, Tuanku Nan Kacik dar Koto Gadang, Tuanku Mansiang Nan Tuo dari Paninjauan. Beliau mahir Ilmu Manthiq, Ma’ani, Tafsir, dan Ilmu Syariat lain. Banyak alim ulama seluruh alam Mnangkabau dan sekitarnya datang berguru menuntut lmu kepada beliau. Dengan usaha beliau berangsur-angsur banyak orang yang memeluk agama Islam. Di Ampek Angkek (di desa Batu Taba) Haji Miskin dari Pandai Sikek pernah tinggal menetap.

Tuanku nan Tuo mempunyai putera, yaitu Jalaluddin Fakih Sagir sekaligus adalah mired beliau. Jalaluddin Fakih Sagir yang kemudian dikenal dengan Muhammad Salim, atau lebih dkenal dengan sebutan Syekh Muhammad Cangking.

Dari Syekh Muhammad Cangking inilah asal trunan syakh Thaher Jalaluddin. Sekh Thaher Jalaluddin dengan Syekh Ahmad Khatib adalah saudara sepupu pihak ibu, sepersukuan di bawa Datk Bagndo, Lareh Ampe Angkek.

Syekh Abdul Latif Syakur aalah salah seorang anak didik syekh Ahmad Khatib. Di antara anak didik Syekh Ahmad Khatib yang lain adalah : Syekh Sulaiman ar-Rasuli Candung, Syekh Muhammad Jamil Jambek Bukittinggi (1860-1947), Syekh adang Laweh, Syekh Abdul Kaim Amarullah Manibnjau (1879-1945, Syekh Abdullah Ahmad Padang Panjang (1878-1933), Syekh Muhammad amil Jaho Padang Panjang, Sekh Thaib Umar Sungaiang batusangkar (1874-1920), Syekh Musa Parabek (1884-). Beliau-beliau ini di atas angkatan Syekh Mahmud Syaltut Mesir.

D antara anak didik Syekh Abdul Latif Syakur adalah Syekh Abbas Padang Japang Payakumbuh (1883-1957), pendiri Darul Funun Abbasyah (Thawalib Padang Japang).

Sebagai Muballigh, Syekh bdul Latif Syakur berdakwah dari suatu desa ke suatu desa, dari satu masjid ke satu masjid. Salah satu masjid yang secara rutin tetap beliau kunjungi sekali seminggu adalah di kampng Bonjol Alam, desa Ampang Gadang, Bukittinggi. Ketika menyampaikan pengajian, beliau langsung menyedakan minuman sendiri. Untuk mengurangi kesulitan suaranya, beliau sesalu mengantongi permen (untuk melegakan tenggorokan beliau).

Pada tahun lima puluhan (1951) beliau turut mengajar pada Madrasah Diniyah Pasir Ampek Angkek Bukittinggi. Madrasah ini disponsori berdirinya oleh salah seorang anak didi Syekh Muhammad Cangking, yaitu Haji Mhammad Isa. Syekh Abdul Latif Syakur memberikan pelajaran Insyak (karang mengarang dalam bahasa Arab). Belai ‘alim mengena dialek (logat/lahjah) Arab.

Salah satu karya tulis Syekh Abdl Latif Syakur adalah kitab “Lathaif al-Ahaadits an-Nabawiyah”, terdiri dari beberapa jilid. Kitab ini merupakan terjemahan hadis secara abjadiyah (alfabetis) dalam bahasa Melayu dengan hruf Ara-Melayu (Jawa Pegon).

(Dismak dari berbagai sumber antara lain :
1. Muslim D : “Mengenang 50 tahun Perguruan Madrasah Diniyah Pasr IV Angkat Candung Kabupaten Agama”, “50 Tahun Madrasa Dinyah Pasir IV Angkat Candng, 11 Oktober 1928 – 11 Oktober 1978”, hal 35-37
2. Prof H Mamud Yunus : “Sejarah Pendidikan Islam di Indnesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1983, hal 25,163.
3. KH Sirajddin Abbas : “lama Syafi’is dan kitab-kitabnya dari abad kea bad”, Tarbiyah, Jakarta, 1975, hal 458-459.
4. H A Lathif Syakr : “Latahaif al-Ahadits an_Nabawiyah”, Fort de Kock (Bukittinggi).
5. Affan Madjrie : “Sang Perintis Jurnalistik sla”, REPUBLIKA, amis, 11 Maret, 1993, hal 7.
6. Dar Hati Ke Hati : “30 Tahun Panjimas, Media Isam dari Masa ke Masa”, PANJI MASARAKAT, No.614, 11-20 Juni 1989.
7. ALMANAK SMATRA THAWALIB, 1347H, Fort de Kock, hal 151-164,

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com at BKS7811271415)

Monday, November 08, 2010

Semuanya sudah ditetapkan

Minggu, 31 Mei 2009
Semanya sudah ditetapkan
Semuanya sudah ditetapkan
Hanya yang akan berlaku adalah yang direncanakan Allah saja. Yang direncanakan manusia hanya akan berlaku bila bertepataan dengan rencana Allah, dan tak akan berlaku bila tak bertepatan dengan rencana Allah.
"Dan apabila Dia menghendaki mengadakan sesuatu Dia berkata : Jadilah engkau. lalu jadilah ia" (QS 2:117).
"Apabila Ia memutuskan suatu pekerjaan, Ia hanya berkata : Jadilah engkau, lalu jadilah ia" (QS 3:47).
"Apabila Dia hendak memutuskan suatu urusan, maka hanya Dia berkata kepadanya : Jadilah engkau, lalu jadilah ia" (QS 40:68).
"Apabila Dia hendak mengadakan sesuatu, maka Dia hanya berkata : Jadilah engkau. maka jadilah ia" (QS 19:35).
"bila Ia amenghendaki (menaakan) sesuatu, Ia berkata kepadanya ; Jadilah engkau. lalu jadilah ia" (QS 36:82)
Semuanya sudah direncanakan, diprogramkan Allah.
"Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh" (QS 57:22).
Tiada sesuatu musibah pun yang menimpa seseoang kecuali dengan idzin Allah" (Qs 64:11).
"Apa saja yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri" (QS 42:30).
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia: (QS 30:41).
Semuanya terjadi sesuai dengan rencana, program Allah. Semua atas kehendak Allah. Semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah. tak ada yang terjadi tanpa kehendak Allah.
"Tak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan idzin Allah".
"Kamu tidak dapat menghendaki, kecuali apabila dikehendaki Allah" (QS 81:29).
"Kamu tidak mampu, kecuali bila dikehendaki Allah" (QS 76:30).
"tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka" (QS 28:68).
"Katakanlah : Telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat sekehendaknya" (HR Muslim dari Abi Hurairah, dalam 'Riadhus Shalihin" Nawawi, pasal Mujahadah, Muqarabah),
"Man proposes, God disposes. Man does what he can, and God what He will".
Termasuk dalam sunnah, rencana, program Allah adalah bahwa orang yang bersih jiwanya akan memperoleh apa yang dikehendakinya, yang dicita-citakannya.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri" (QS 87:14).
"Semuanya datang dari sisi Allah" (QS 4:78).
"Jika mereka memperoleh kebaikan, maka mereka mengatakan "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan "Ini datangnya dari kamu (Muhammad)". Katakanlah "Semuanya dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu hampir-hampir tidak bisa memahami pembicaraan sedikitpun? Kebaikan apa saja yang kamu terima adalah dari sisi Allah dan keburukan (bencana) apa saja yang menimpa adalah berasal dari diri kamu (QS 4:78-79, Dr Shaleih Abdul fattah alKhalidi : "Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur;an", 2001:338).
Kenapa Allah menghendakinya terjadi? Hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Tak ada yang tahu selain allah sendiri. "Allahu a'lam bi muradihi".
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata : Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan paadanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau. tuhan berfirman : sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS 2:30).
Allah maha Mengetahui. Mengetahui yang sudah, yang sedang dan yang akan terjadi. di mana pun, kapan pun.
"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkanDia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata" (QS 6:59, 57:22, Dr Shalih Abdul Fattah alKhalidi : "Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur:an", 2001:269).
Nasib seseoraang sudah ditentukan Allah.
"Allah menyuruh mencatat ketentuan amal, rizqi, ajal dan nasib seseorang" (HR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Ma'ud, dalam "Lukluk wal Marjan", hadits 72, 1093, dan dalam "riadhus Shalihin", jilid I, hal 354, hadits 1).
Rencana, program Allah tak mengalami perubahan, revisi.
"Dan tiada engkau peroleh sunnatullah itu berubah-ubah (bertukar-tukar)" (QS 33:62).
"Dan engkau tiada akan mendapati sunnatullah itu berubah-ubah (bertukar-tukar)" (QS 48:23).
" Maka tiada engkau dapati sunnatullah itu bertukar-tukar, dan tiada engkau dapati sunnatullah itu berubah-ubah" (QS 35:43).
"Dan engkau tidak dapat mengubah sunnah (jalan, sistim) kami itu" (Qs 17:77).
"Kalau Aku sudah menentukan suatu keputusan, maka keputusan itu tidak dapat dibatalkan (ditolak)" (dalam Hadits).

Nabi bersabda "Tiada seoang pun dari kalian, bahkan tiada suatu jiwa manusia melainkan sudah ditentukan tempatnya di sorga atau di neraka, bernasib baik atau celaka". Seorang bertanya :"Ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita menyerah saja pada ketentuan itu dan tidak usah beramal, maka jika untung akan sampai kepada keuntungannya". Jawab Nabi "Adapun orang yang bakal untung maka diringankan untuk mengamalkan perbuatan ahli sa'adah, sealiknya orang yang celaka maka ringan untuk berbuat segala amal yang membinasakan" (HR Bukhari, Muslim dari Ali, dalam "Lukluk wal Marjan", hadits 1697).
"Barangsiapa dikehendaki Allah akan menunjukinya, niscaya Dia lapangkan dadanya bagi Islam. barangsiapa yang dikehendaki Allah akan menyesatkannya, Dia jadikan adanya sempit dan picik, seolah-olah ia hendak naik ke langit" (QS 6:125).
Allah mengatur "programNya, yang di dalam Islam dinami "taqdir" setapak demi setapak. Dengan takdir-iradah Allah, maka orang-orang Israil yang telah sekian lama teraniaya dan tertindas di bawah kekuasaan Fir'aun dikurniai kedudukan terhormat sebagai pemimpin yang memimpin masyarakat yang bebas merdeka dari perbudakan dan kehinaan, sebagai pemimpin yang menerima warisan bekas wilayah kekuasaan Fir'aun (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", XX, 1983:68-70).
"Dan berkehendaklah Kami (Allah) hendak memberi kurnia atas orang-orang yang diperlemah di muka bumi itu dan hendak kami jadikan mereka itu pemimpin-pemimpin dan hendak kami jadikan mereka itu penerima waris" (QS 28:5).
Diposkan oleh Asrir Sutanmaradjo di 15.50
0 komentar:

Dakwah dan Islam

Tugas dakwah

Dalam hidup ada yang bekerja, berusaha hanya semata-mata menggunakan tangan (raga). Ada yang menggunakan tangan (raga) dan otak(nalar). Dan ada pula yang menggunakan tangan (raga), otak (nalar) dan hati (jiwa).

Mengacu tulian Herry Tjahyono “Ada Cinta di Balik Merapi” (KOMPAS, Sabtu, 6 November 2010, halaman 6, rubric “Opini”), maka dalam melaksanakan tugas dakwah ada yang menjalankannya sebagai kewajiban berdasarkan, berlandaskan prinsip transaksional, prinsip tawar menawar, tanpa memikul tanggungjawab, tanpa mengambil risiko, menjalankannya ala kadarnya. Ada yang menjalankannya sebagai amanah berdasarkan, berlandaskan pengabdian, pelayanan, menjalankannya dengan asas kepatuhan, siap mengambil risiko. Ada yang menjalankannya sebagai kecintaan, berdasarkan, berlandaskan prinsip penyerahan, siap mengambil risiko

Himbauan kepada Da’i

Diharapkan kepada ustadz, ustadzah, muballigh, muballighat, da’i, penceramah, terutama yang rutin tampil di tayangan televise agarpro aktif menyeru pemilik, pengelola televise untuk tidak menayangkan acara yang nyerempet-nyerempet porno (taqrabuz zina) seperti adegan pamer aurat (buka dada, buka punggung, buka paha), sexappealbebas, sengol-senggolan, cium-ciumn, dekap-dekapan, rangkul-rangkulan, peluk-pelukan, minum-minuman. Semua itu adalah kenikmatan hewani (Simak Sayid Quthub : “Masyarakat Islam”, AlMa’arif, Bandung, 1983:12; Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, Panjimas, 1984:245).

(BKS1006121130)
Harapan kepada aktivis dakwah
Harapan kepada aktivis dakwah

Para aktivis dakwah, semacam Ahmad Salimin Dani (ASDANI), Adian Husaini, Hartno Ahmad Jaiz, dan lain-lain sangat diharapkan memberikan contoh praktis bagamana caranya menyeru orang-orang anti Islam (Atheis, Yahudi, Nasrani, Majusi, LibForAll, JIL, Ahmadiyah, dan lain-lain) ke jalan Allah dengan hikmah, pelaaran ang baik dan bantahan yang terbaik (“Call unto the way of thy Lord with wisdom and fair exhortation, and reason with them in the better way”. QS 16:125).

Islam menyeru semuanya agar saling menghargai, menghormati keyakinan masisng-masing. “Wahai orang-orang anti Islam. Ketahuilah bahwa keyakinan kami tidak akan pernah mengikuti keyakinan kalian. Demikian pula halnya, keyakinan kalian tak akan pernah mengikuti keyakinan kami. Masing-masing kita pada keyakinan kita sendiri” (“Say : O disbelievers. I worship not that which ye worship. Nor worship ye that which I worship. And I shall not worship that which ye worship. Nor will ye worship that which I worship. Unt you your religion, and unto me my religion”. QS 109:1-9).

Islam mengajarkan bahwa antara sesame manusia tak ada masalah, tak ada persoalan. “Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya-lah kita kembali” (“Allah is our Lord and your Lord. Unto us our works and unto you your works. No argument between us and you. Allah will bring us together, and unto Him is the journeying”. QS 42:15).

Mohammad Natsir di Masjid alMunawarah, Tanah Abang, Jakarta, pada 10 Desember 1967 menyampaikan Kuliah Ramadhan dengan judul “Isyhadu bi-anna Muslimin”. Natsir mengemukakan bahwa kode-etik dakwah Islam mengacu kepada kebijaksanaan, didikan yang baik dan pertukaran fikiran dengan cara terbaik. “Tanpa saling menghormati identitas masing-masing, tidak akan ada toleransi”.

(BKS0904040800)

Evaluasi efektifitas dakwah
Fakta yang tampak dipermukaan bahwa syi’ar agama terasa meningkat. Evaluasi terhadap fakta ini perlu dilakukan.
Media elektronika. Berapa jumlah pemirsa televisi yang mengikuti mimbar Islam, kuliah Ramadhan, kuliah Subuh (Mutiara Subuh, Hikmah Pagi, Hikmah Fajar, Diambang Fajar) ? Berapa jumlah pemirsa Muslim yang telah dibina, diIslamkan melalui Dakwah Televisi ? Berapa jumlah pemirsa Non-Muslim yang telah diIslamkan melalui Dakwah Televisi ? Seberapa jauh dampak dakwah terhadap pola dan tayangan televisi ? Berapa jumlah infak da’i televisi bagi perkembangan dakwah dan peningkatan hidup rakyat melarat ?
Media cetak. Berapa jumlah pembaca yang tertarik akan buku-buku tentang Islam ? Berapa jumlah pembaca Muslim yang telah diIslamkan melalui buku-buku Islam ? Berapa jumlah pembaca Non-Muslim yang telah diIslamkan melalui buku-buku Islam. Seberapa jauh dampak dakwah melalui buku-buku Islam terhadap pola pikir dan tingkah laku. Berapa jumlah infak penerbit buku-buku Islam bagi perkembangan dakwah dan peningkatan rakyat melarat.
Dakwah tatap muka. Berapakah jumlah peserta taklim. Berapa jumlah peserta taklim yang telah berhasil dibina, diIslamkan. Berapakah jumlah tambahan peserta taklim setiap tahun ? Berapa jumlah tambahan jama’ah shalat subuh tiap tahun ? Berapa jumlah tambahan jama’ah Jum’at tiap tahun ?
Nahi Munkar. Berapa jumlah pengurangan tingkat tindak kejahatan tiap tahun (perkosaan, pelaccuran, pengguguran, kumpul kebo, penodongan, pembantaian, perampokan, penyiksaan, perjudian, dll) ?
(Menyoal efektifitas dakwah dalam mengantisipasi perkembangan dakwh Islam seperti dikemukakan dalam ALMUSLIMUN, No.198, halaman 65, 76)
(Azrir BKS0008171700 written by sicumpaz@gmail.com)
Islam agama dakwah

Islam itu agama dakwah, menyampaikan seruan kebaikan. Seruan itu disampaikan ke semua lapisan, ke segenap srata social, baik rakyat awam, maupun elite politik (malaa). Secara garis besar, Islam menyeru agar berbuat yang makruf, yang baik-baik, tidak berbuat yang munkar, yang jelek-jelek. Inti seruan Islam itu adalah agar hanya mengabdi kepada Allah saja. Tak da Tuhan selain Dia. Agar takut akan siksaan Allah di akhirat nanti. Agar tak melakukan perbuatan jorok, cabul, mesum, porno. Agar tak melakukan penipuan, kecurangan, manipulasi, kekacauan, kerusakan, kerusuhan, keresahan. Agar tak mengganggu jalanan (lalu lintas), tiak menghalangi dakwah (seruan kebenaran). Agar tidak melakukan kejahatan, tindak pidana, tindak criminal, keributan, aksi perampokan, penodongan, pemerasan. Agar berlaku adil, menebar kebaikan, kebajikan, ketertiban, memperhatikan/memenuhi kebutuhan kerabat.

Khusus kepada penguasa (elite politik) juga disampaikan seruan agar tidak berlaku sewenang-wenang, tidak berlaku zhalim, tidak berlaku aniaya, memelihara keamanan. Sekaligus Islam mengecam, menggugat absulutisme, anarkisme, kesewenang-wenangan, kezhaliman, tirani, ketidakadilan, diskriminasi. “Lo! Allah enjoineth justice an kindness, and giving to kinsfolk, and for biddeth lewdness and abomination and wickedness” (QS 16:90). “Deal justly, that is nearer to your duty” (QS 5:8). “Lo! Allah commandeth you that ye restore deposits to their owners, and if ye judge between mankind that ye judge justly” (QS 4:58).

Seruan dakwah itu haruslahberkesinambungan secara kontinu dari generasi ke generasi dalam semua bidang kehidupan. Karena itu perlu upaya kaderisasi di semua bidang melahirkan da’i-da’i professional.

Seruan Islam kepada tiran/thaghut Fir’aun yang telah menindas, memperbudak Bani Israel lebih dari empat ratus tahun berupa himbauan, ajakan agar Fir’au melepaskan, membebaskan Bani Israel dari perbudakan dan membiarkan mereka kembali ke tanah leluhurnya di Palestina (QS 26:17-22).

Islam juga menyeru agar melakukan perlawanan fisik menuruti aturan Allah terhadap yang berbuat semena-mena, serbuat sewenang-wenang, membuhuh, merampas, menggusur tanpa alasan hukum yang sah (QS 2:190, 60:8).

(Asrir BKS1010141530 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Saturday, November 06, 2010

Pemimpin yang mendahulukan kepentingan rakyat

Antara orientasi pengabdian dan orientasi kekuasaan
Ada yang berorientasi pengabdian dan ada pula yang berorientasi kekuasaan. Bagi yang berorientasi pengabdian, di mana pun bisa berperan mengabdikan, memanfa’atkan yang dimiliki untuk kepentingan bersama. Petani, pedagang, pengusaha, pendidik, dokter, arsitek, tekisi, buruh, karyawan, pegawai, militer, nelayan, dan lainnya bisa mengabdikan, memanfa’atkan yang dimilikinya untuk kepentingan bangsa, negara.
Salah satu contoh yang berorientasi pengabdian adalah Muhammad Yunus dari Bangladesh, peraih Nobel Perdamaian. Harmoko menyebut Muhammad Yunus sebagai pejuang dan pekerja gigih dalam mengentaskan kemiskinan di Bangladesh. Melalui Grameen Bank Prakalpa (semacam proyek Bank Pedesaan) Muhammad Yunus memberikan kredit kepada penduduk miskin. Hasilnya dapat dirasakan oleh penduduk Bangladesh. Muhammad Yunus memerangi kemiskinan melalui kredit bank yang dipimpinnya. Muhammad Yunus bukanlah aktivis dari Lembaga Swadaya Masyarakat, bukan pula seorang politisi, namun tetap menyatu dengan penderitaan rakyat. Muhammad Yunus bisa dijadikan teladan bagi pengentasan kemiskinan (POSKOTA, Senin, 30 Oktober 2006, hal 10, Kopi Pagi : “M Yunus dan Si Miskin” oleh Harmoko. Simak juga SUARA ‘AISYIYAH, No.1, Th ke-84, Januari 2007, hal 31, “Kesrempet”. “Dokter ekonomi yang malas blamana tak mampu mengangkat derajat hidup warga melarat”).
Barrack Obama membuktikan politik pengabdian. Ia cari lowongan untuk penganggur, mendirikan pusat pendidikan remaja, memaksa gubernur membongkar asbestos karena bahan bangunan itu sumber kanker, memperluas anti kenakalan remaja, membuat sistem manajemen pembuangan sampah, serta memperbaiki jalan rusak dan selokan yang tersumbat (KOMPAS, Sabtu, 5 Januari 2008, hal 13, “Sebuah Tuntutan Perubahan”, oleh Budiarto Shambazy).
Romomangun menata perkampungan kumuh sepanjang Kalicode Yogyakarta dan penghuninya menjadi lokasi yang asri berwawasan arsitektur dengan penghuninya yang terangkat harkat-martabatnya.
Bagi yang berorientasi kekuasaan, maka “pengabdian” hanyalah kemasan untuk memoles kehausannya akan kekuasaan. Yang berorientasi kekuasaan, hanya berupaya memenuhi kerakusannya akan kekuasaan. Ia tak pernah menyatu dengan penderitaan raykat, tak pernah merasakan penderitaan rakyat. Bagaimanapun banyak perusahaannya, bagaimanapun berlimpah kekayaannya, ia tak pernah memikirkan untuk memanfa’atkan kekayaannya itu untuk mengurangi pengangguran, untuk mengurangi kemiskinan, penderitaan rakyat, untuk menanggulangi bencana. Dalam benaknya hanyalah untuk memanfa’atkan kekayaanya untuk mendapatkan kekuasaan. Dengan kekuasaan, ia dapat menguasai, mengendalikan semuanya. Segala jalan bisa ditempuh untuk mendapatkan kekuasaan.
Pemimpin yang berorientasi kekuasaan, kebijakannya tak pernah berpihak kepada rakyat. Seluruh kebijakannya hanya untuk kepetingan diri. Acuannya adalah ajaran Machiavelli. sedangkan yang berorientasi pengabdian, kebijakannya berpihak kepada rakyat. Di kalangan Islam, acuanya adalah Muhammad Rasulullah saw, Umar bin Khaththab, Umar bin Abdul Aziz. Di kalangan Kristen, acuannya adalah Yesus Kristus. Di kalangan Hindu, acuannya bisa Mahatma Ghandi.
Sedikit di kalangan penguasa adalah mereka yang dikenal dengan despot yang arif. Sejarah mencatat adanya penguasa yang punya rasa pengabdian yang disebut dengan despot yang arif, yang bijak, yang cerdas seperti yang ditampilan oleh Peter yang Agung 1689-1725) dan Katharina II (162-1796) dari Rusia, Friedrich II Agng (1740-1786), Joseph II (1765-1790) dari Prusiaa (Jerman).
Secara umum, raja-raja Jawa sejak Mpu Sindok (sebelumnya Sanjaya) tampil sebagai despot yang arif, yang bijak, yang cerdas (Anwar Sanusi : “Sejarah Indonesia untuk Sekolah Menengah”, I, 1954:22,28).
Prof Dr A Syalabi dalam bukuna “ Negara dan Pemerintahan dalam Islam” (hal 38) menls bahwa kewajban yang utama dari pemerintah Islam ialah bekerja untuk kebahagiaan rakyat. Pemerintah Islam harus berusaha agar rakyat senang. Pemerintah haruslah berjaga-jaga agar rakyat dapat tidur dengan aman dan tenteram.
Islam membawa prinsip-prinsip yang lebih murni dari pada yang dicita-citakan setiap orang. Prinsip-pirnsip itu dapat disimpulkan dalam beberapa patah kata saja. Pertama, keadilan. Kedua, Kepala Negara yang miskin.
Islam menyerukan persamaan di waktu sistem hidup berkasta-kasta telah berurat berakar di seluruh penjuru alam. Islam menyerukan keadilan di kala keadilan itu dipandang suatu kelemahan dan kehinaan.
Islam menyeru agar seorang Kepala Negara bekerja untuk kebahagiaan rakyat, bukan untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Islam menciptakan Kepala Negara model baru yaitu Kepala Negara yang miskin. Kepala Negara yang harta kekayaannya habis dibelanjakannya pada jalan Allah, untuk kepentingan umat. Kepala Negara yang hidupnya sangat sederhana, sandang, pangan, papan yang dipakainya sama dengan yang dipakai orang-orang miskin (“Sejarah Kebudayaan Islam”, jilid I, hal 338-329).


Antara Mentawai dan Malvinas

Ketika Maalvinas (Fakland) terqncam oleh Argentina, maka pemerintah Inggeris segera mengerahkan kemampuananya menyelamatkan daerah jajaahannya di Amerika Serikat yang jauhnya puluhan ribu kilometer dari London.

Ketika Mentawai terancam oleh Tsunami, pemerintah Indonesia (eksekutif daan l;egislatif) sibuk kunjungan kerja ke luar negeri atas nama demi kepentingan rakyat (argument klassik).

"Seorang pemimpin yang baik adalah yang mendahulukan kepentinghan rakyatnya". Pemimpin itu sangat peduli akan kepentingan rakyat.

Gelar Pahlawan
Bangsa ini tak punya sosok yang berpihak pada rakyat, yang peduli pada sesama.

Gelar Pahlawan seyogianya disandangkan pada yang sudah wafat lebih 50 tahun.

Rosihan Anwar dalam tlisannya "Pahlawan Nasional" mempertanyakan "mengapa tidak juga mengusulkan sebagai Pahlawan Nasional tokoh-tokoh seperti Mohammad Natsir, Syafrudddin Prawiranegara, atau Amir Sjarifoeddin ? Orang-orang ini adalah pejuang kemerdekaan dari jam-jam pertama revolusi.

Asvi Warman Adam dari LIPI dala tulisannya dalam KORAN TEMPO, Sabtu, 2 Oktober 2010, halaman A8 mempertanyakan kelayakan Presiden Soeharto (almarhum) yang penuh bercak-bercak, noda-noda kemanusiaan diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

(Asrir BKS1010240730 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.worddpress.com)
Studi banding
Studi banding tak harus secara fisik-materiil. Studi banding juga bias dilakukan dengan masuk ke dunia mind, geest, spriti, the world of mind dengan membaca buku-buku dari berbagai bangsa. Melalui buku melanglang buana, mengembara, melakukan studi banding ke berbagai bangsa, ke berbagai Negara. Berbicara dengan orang-oang besar, ahli-ahli fakir besar, pemimpin dari berbagai bangsa.
Inilah yang dilakukan dan dipesankan oleh Presiden Sukarno (almarhum) dalam amanatnya pada upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa oleh IAIN pada tanggal 2 Desember 1964. Disebutkannya bahwa Islam bukan hanya sekedar syahadat, shalat, zakat, haji. Untuk menjadi umat yang besar haruslah nail, mnasuk ke dunia mind, geest, sprit, the world of mind
Pemimpin yang mendahaulukan kepentingan rakyat
Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) pada tahun 2010 menganugerahkan Walikota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Walikota Yogyakarta sebagai penerima penghargaan. Keduanya dianggap sebagai pemimpin yang berhasil menerapkan praktik pemerintahan yang balk dan bersih.
Jokowi dinilai mampu merelokasi arca berdagang pedagang kaki lima tanpa kekerasan yang biasanya melibatkan Satpel PP. Kini, lahan Taman Banjarsari yang dulunya kumuh disulap menjadi lahan terbuka hijau. Sebelumnya, tak satupun walikota yang mampu memindahkan pedagang dari areal tersebut dan selalu melahirkan gejolak. Jokowi secara nyata mendayagunakan pedagang misalnya dengan memberikan kios gratis disamping kemudahan perizinan dalam berusaha. Selain melakukan komunikasi langsung secara intensif dan terbuka kepada para pedagang.
Adapun Herry Zudianto dapat membebaskan masyarakat Yogjakarta dari kegelapan. Sebelumnya, fasilitas pelayanan terutama penerangan jalan selalu gelap, meski tagihan selalu naik. Di era kepemimpinan Herry, seluruh tiang listrik mulaidipasang meteran agar ragilun dapal dipertanggungjawabkan secara terbuka dan transparan. Berikutnya, adalah membuat sistem informasi dan keluhan (UPIK/Unit IM.iv.m ,. Informasi dan Keluhan). Masyarakat bebas bcrkeluhkesah, atau mengadukan layanan publik yang akan segera direspon oleh Herry.
Hal menarik lainnya mereka gemar menyambangi masyarakat. Tanpa prosedur ketat, apalagi iring-iringan forijdcryang kerap membuat macet dan gaduh. Sebaliknya, masyarakat pun bebas berkunjung atau bertamu ke rumah dinas walikota-nya. Nyaris tanpa mekanisme rumit yang lazim terlihat layaknya seorang petinggi negara, atau pejabat.
Alhasil integritas dan keberpihakan mereka sebagai pelayan publik mampu membentuk persepsi positif mayoritas masyarakat terhadap kepemimpinannya. Tanpa harus merogoh kocek mahal untuk belanja iklan kampanye politik, keduanya didaulat untuk memimpin Surakarta dan Yogyakarta dua periode. Kala mayoritas elit menilai kekuasaan lurus serba formil, prosedural, birokratis. Herry dan jokowi merombak hal itu. Seraya menegaskan menjadi pemimpin harus punya empati dan kekuasaan bukan untuk dimiliki.
(Koran Tempo, Jum'at, 29 Oct 2010, halaman A6, "Desakralisasi Citra dan Kekuasaan" oleh Ali Ramadhan)

Meneladani Sebastian Pinera
Setiap kitaadalah pemimpin. Pemimpin di bidang masing-masing. Karena itu, siapa pun kita dan di mana pun kita(apa pun status dan posisi kita) hendaknya berupaya meneladani sikap Presiden Cile Sebastia Pinera. Berpihak kepada rakyat. Peduli akan sesame. Buang tata kerama protokoler. Sistim protokoler itu anti demokrasi, anti egalitarian, memisahkan atasan dari bawahan. Jauhkan sikap arogansi. Meneladani Sebastian Pinera tidak hanya diharapkan dari pemimpin formal. Tapi dari kita semua. Kita semua juga adalah pemimpin secara informal.
Agar dapat memiliki kepekaan dan sikap mental peduli akan sesame secara otomatis, Islam menuntun, membimbing agar biasa hidup qana’ah, zuhud, wara’. Zihid adalah sikap hidup yang giat, gesit mendapatkan kekayaan untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan diri pribadi.
(Asrir BKS 1010170500 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Bangsa badut
Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da'i dan lain-lain.
Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.
Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.
(Asrir BKS1010220600 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Bahan renungan
1. Dari sudut pandang Islam, bencana tsunami di Mentawai dan gempa vulkanik di Merapi, apakah merupakah :
– teguran, peringatan dari Allah, ataukah
– ujian, cobaan dari Allah tentang keimanan, ataukah
– hukman, siksaan, azab dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, ataukah
– pamer kekuasaan dari Allah, atakah
– sunnatullah (fenomena alam) semata ?

2. Dari sudut pandang Islam, dana untuk korban bencana apa perlu disleksi halal atau haramnya. Apakah penggalangan dana itu boleh saja dilakukan oleh semua kalangan, termasuk komunitas koruptor, maling, mucikari, germo, psk, gay, dan yang semacam itu ?
3. Mana saja hadis dalam “Bulughul Maram” yang berbeda syarahnya antara Shan’ani (Subulus Salam) dan ‘Asqalani (Fathul Bari) ?
Seruan Nabi Ibrahim
Wahai kaumku. Berhala-berhala yang kamu sembah itu sama sekali tak mendengar do'a permintaannu. Tak mberi manfa'at dan mudharat kepadamu. Yang harus kamu sembah adalah Tuhan alam semesta. Yang menciptakan dan memenunjukimu. Yang member makan dan minum kamu. Ang menyembuhkan sakitmu. Yang mematikan dan menghidupkanmu kembali. Yang akan mengampuni dosamu.
Nabi Ibrahim berdo'a memohon kepada Allah agar diberi hikmah dan dikumpulkan bersama orang-orang saleh. Agar jadi ikutan generasi mendatang. Agar dimasukkan ke dalam surge jannatun na'im. Agar dosa keluarganya diampuni Allah. Agar tak dihinakan Allah pada hari akhirat (simak QS 26:71-87; 21:52-56; 29:16-17).
(Asrir BKS1011010515 written by sicumpaz@gmail.com sicumaps.wordpdress.com)

Jadikan Masjid sebagai Pusat Pendidikan Masyarakat

Kondisi umat Islam (umat pecundang, generasi buih)

Keadaan umat Islam sekarang ini sangat memprihatinkan. Umat tertidur pulas. Masih belum bangun dari tidur panjangnya. Semua sistem yang mengatur umat Islam secara umum zalim, tidak memiliki visi dan misi positif yang menguntungkan Islam. Hanya menjalankan keputusan musuh,, menjadi budak lawan. Mewadahi aktivitas yang telah diagendakan untuk membuat umat tetap lemah dan tidak mampu keluar dari keterpurukannya. Para pemimpin telah merampas hak-hak rakyat dan bekerjasama dengan pihak asing untuk menguras kekayaan negeri mereka.

Mayoritas umat ini tak memahami, tak menyadari masalah yang menimpa mereka. Diperlukan dakwah yang dapat dicerna akal dengan hikmah untuk menyadarkan umat, bahwa aset-asetnya telah dijajah dan dieksploitasi oleh negara-negara mperialis Barat dengan Amerika Serikat sebagai pemimpinnya. Umat perlu disadarkan, bahwa semenjak dua abad slam, kekayaan umat dirampas musuh, kehormatannya dilecehkan, kemerdekaannya dikekang. Umat perlu disadarkan agar tak memiliki jalan kompromi dengan keadaan, agar tak mendekati dan menjilat penguasa, agar tak berkompromi dalam masalah akidah, agar tak memilih jalan demokrasi sekuler, agar tak bermesaan dengan musuh demi imbalan duniawi (Fahmi Suwaidi : ”Strategi Aqaidah Mejebak Amerika”, 2008:105-107).

Kemungkinan terciptanya kehidupan ang isami di negar-negara, kecocokan Islam sebagai suatu sistem yang mampu mengatur dunia, akan terwujudnya masyarakat Islam di masa depan betul-betul tak diragukan. Tapi untuk mewujudkan masyarakat Islam seperti itu sungguh amat tak mudah. Banyak hlangan yang aan ditemui. Banyak sekali pekerjaan berat dan besar yang mesti diselesaikan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan hendaklah mengarahkan, mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki.

Umat Islam haruslah menggunakan kesungguhan berlipat ganda untuk dapat memiliki dominasi kekuatan ang dapat menggentarkan lawan (QS 8:60). Membutuhkan kekuatan iman, kesabaran, serta komitmen yang kuat terhadap masyarakat dan dunia Islam, pemikiran kreatif yang mampu menciptakan hal-hal yang lebh baru dan sempurna. Semua ini disertai dengan pengabdian, pengorbanan dan kesungguhan ang betul-betul (Simak Sayyid Quthub : ”Keadilan Sosial dalam Islam”, 1994:339-341).

Umat pecundang, genarasi buih seperti ini memerlukan pembinaan, penggembelengan secara serius melalui jama’ah d dalam masjid. Inlah yang dipesankan, diserukan olah Khalifah Abu Bakar Shiddiq : ”Senantiasa kumpul di Masjid. Mencari petunjuk dari Qur:an. Menta’ati disiplin”

Kondisi umat Islam kini belum siap dengan Daulah Islamiyah”, dengan ”Khilafah Islamiyah”. Sesungguhnya sia-sia mengusung ide ”Dalah Islamiyah”, ide ”Khilafah Isamiyah” selama umat ini belum dibangunkan dari tidurpanjangnya, selama umat ini belum disadarkan akan derita yang menimanya.

(Asrir BKS1010270615 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)


Umat Islam

Das Sollen, seharusnya, umat Islam itu umat yang menghayati dan yang mengamalkan ajaran Islam, yang berpegang teguh pada tuntunan dan bimbingan alQur:an, yang siap membela, mempertahankan Islam dari segala yang mengganggu.

Da Sein, dalam kenyataannya, umat Islam itu umat yang sekedar menyandang predikat Islam, yang tak begitu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, yang tak begitu peduli terhadap yang mengganggu, menyerang Islam.

"Serangan hebat terhadap Negara-negara Muslim" tak mendorong "kaum fanatic berbondong-bondong mendukungnya" seperti dikhawatirkan Jenkins (Noam Chomsky : "Amerika Sang Teroros ?", 2001:XVI).

Strategi AlQaidah Menjebak Amerika dengan memancing, memaksa Amerika ke luar dari kandangnya untuk membangunkan umat Islam bangkit dari tidur panjangnya mengalami kegagalan. Karena umat Islam ini tak memiliki kesadaran beragama, tak menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, tak peduli akan gangguan, serangan terhadap Islam, tak memiliki, potensi, kekuatan akidah, akhlaq, ibadah, mu'amalah, politik, ekonomi, militer.

Meskipun jumlahnya miliaran, banyaknya manusia yang memeluk Islam seperti buih. Meski terlihat begitu berlimpah, umat Islam tak punya bobot dan selalu menjadi bulan-bulanan umat lain. Umat Islam lemah segalanya, akidahnya, akhlaqnya, ibadahnya, mu'amalahn ya, politiknya, ekonominya, militernya (Fahmi Suwaidi : "Strategi AlQaidah Menjebak Amerika" 2008:36,41).

(Asrir BKS1010210900 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)



Jama’ah umat Islam

Das Sein, dalam kenyataannya, jama’ah umat Islam itu jama’ah icakicak, pura-pura, semu, sepuhan, imitasi, pseudo, artificial. Ketika melaksanakan shalat jama’ah, kondisi umat Islam tampakhnya seolah memiliki satu gerak, sat langkah yang sama. Namun safnya tak pernah rapi, tak pernah teratur, lurus, rapat. Unsur khilafiyah (perpecahan ?) tetap saja hadir dalam shalat jama’ah. Apalagi di luar shalat, antar sesame Islam saling menghujat, saling mencaci, saling membid’ahkan, saling mengkhawarijkan, saling mengkafirkan.

Das Sollen, seharusnya, jama’ah umat Islam itu jama’ah yang solid, kokoh, terpadu, bagaikan satu bangunan yang antar unsurnya saling mengokohkan, bagaikan satu tubuh yang antar unsurnya saling merasakan. Pertolongan Allah jauh dari umat yang berpecah belah, yang tak kompak bersatu.

Sumbr pepecahan (tafarruq) itu karena memperebutkan dunia (harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, kehormatan, pengaruh, pamor, sanjungan). Selama hubbud dunya wa karihatil maut dipelihara, maka mustahil terwujud persatuan yang benar-benar kompak bersatu.

Salah satu titik kelemahan umat Islam menurut M Natsir : Hobi bermusuhan. Umat Islam sangat deman (senang) punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi mereka mencari musuh di kalangan sendiri (SUARA MASJID, No.144, 1 September 1982, hal 4). Bahkan kini, meski ada musuh, umat Islam masih saja terpecah belah.

Sekitar tahun 1966, M Natsir menulis resep “Mempersatukan Umat”, yang diterbitkan kembali pada 1983. Teori mempersatukan umat tampaknya logis rasionilhanya selama factor ekstern tetap, tidak berubah. Seruan Islam tetap saja. Berjuanglah (QS 322:78)untuk ketinggian Islam dan kaum Muslimin serta kesatuan Islam (QS 3:139). Hendaknya semua dalam satu jama’ah, satu barisan, satu front yang terorganisir rapi (QS 3:103). Kebenaran tak terorganisir rapi akan dikalahkan kebatilan rapi. Tak ada yang di luar. Punya program SMART/SWOT, dana, sarana, logistic (QS 61:4), personil, penanggungjawab, pembagian tugas, kesetiaan, loyalitas (QS 8:60). (Simak juga Ahmad Salimin Dani MA : “Perintah Merapatkan Barisan”, dalam SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 26/2010/1431H, hal 23-27, rubri : “Tafsir”).

(Asrir BKS101011150730 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Islam agama dakwah

Islam itu agama dakwah, menyampaikan seruan kebaikan. Seruan itu disampaikan ke semua lapisan, ke segenap srata social, baik rakyat awam, maupun elite politik (malaa). Secara garis besar, Islam menyeru agar berbuat yang makruf, yang baik-baik, tidak berbuat yang munkar, yang jelek-jelek. Inti seruan Islam itu adalah agar hanya mengabdi kepada Allah saja. Tak da Tuhan selain Dia. Agar takut akan siksaan Allah di akhirat nanti. Agar tak melakukan perbuatan jorok, cabul, mesum, porno. Agar tak melakukan penipuan, kecurangan, manipulasi, kekacauan, kerusakan, kerusuhan, keresahan. Agar tak mengganggu jalanan (lalu lintas), tiak menghalangi dakwah (seruan kebenaran). Agar tidak melakukan kejahatan, tindak pidana, tindak criminal, keributan, aksi perampokan, penodongan, pemerasan. Agar berlaku adil, menebar kebaikan, kebajikan, ketertiban, memperhatikan/memenuhi kebutuhan kerabat.

Khusus kepada penguasa (elite politik) juga disampaikan seruan agar tidak berlaku sewenang-wenang, tidak berlaku zhalim, tidak berlaku aniaya, memelihara keamanan. Sekaligus Islam mengecam, menggugat absulutisme, anarkisme, kesewenang-wenangan, kezhaliman, tirani, ketidakadilan, diskriminasi. “Lo! Allah enjoineth justice an kindness, and giving to kinsfolk, and for biddeth lewdness and abomination and wickedness” (QS 16:90). “Deal justly, that is nearer to your duty” (QS 5:8). “Lo! Allah commandeth you that ye restore deposits to their owners, and if ye judge between mankind that ye judge justly” (QS 4:58).

Seruan dakwah itu haruslahberkesinambungan secara kontinu dari generasi ke generasi dalam semua bidang kehidupan. Karena itu perlu upaya kaderisasi di semua bidang melahirkan da’i-da’i professional.

Seruan Islam kepada tiran/thaghut Fir’aun yang telah menindas, memperbudak Bani Israel lebih dari empat ratus tahun berupa himbauan, ajakan agar Fir’au melepaskan, membebaskan Bani Israel dari perbudakan dan membiarkan mereka kembali ke tanah leluhurnya di Palestina (QS 26:17-22).

Islam juga menyeru agar melakukan perlawanan fisik menuruti aturan Allah terhadap yang berbuat semena-mena, serbuat sewenang-wenang, membuhuh, merampas, menggusur tanpa alasan hukum yang sah (QS 2:190, 60:8).

Bila dakwah macet melalui jalur umum, jalur biasa, maka ditempuh jalur jihad. Jihad merupakan salah atu sarana, jalur darurat yang haruss ditempuh dakwah karena terpaksa, karena jalur biasa, jalur umum macet.

Meskipun trio Fir’aun, Qarun, Haman telah melakukan tindakan absolutisme, tirani, semena-mena, sewnang-wenang, maker, onar, diskriminatif, provokatif, intimidasi, namun dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun hanya sebatas menempuh jalur biasa, jalur umum, belum menempuh jalur darurat berupa jalur jihad, konfrontasi fisik, masih konfrontasi psikologis, karena belum punya kekuatan (personil dan logistik).

(Asrir BKS1010141530 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)


Jadikan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Masyarakat

Kondisi beragama generasi kini, generasi 2000, mengenai pemahaman, penghayatan,
penerapan, pengamalan Islamnya sangat memprihatinkan, jauh menurun dibandingkan
dengan generasi lalu, generasi 1950. Tanpa perlu bersusah payah mengumpulkan
data staatisktik, hal tersebut tampak nyata terlihat secara umum pada kondisi
beragama dalam keluarga sendiri, dalam lingkungan erte, dalam lingkungan erwe
sendiri. Bagaimana tingkat pemahaman, penghayatan, pengamalan ajaran Islam oleh
anak-cucu, dibandidngkan dengan ibu-baapaknya, kakek-nenek-nya. Apakah generasi
kini lebih baik dari generasi lalu dalam pemahaman, penghayatan, pengamalan
ajaran Isl;am, ataukah sebaliknya. Berapa prosen generasi kini yang dengan
kesadaran sendiri melaksanakan shalat lima waktu dan shaum Ramadhan secara
tekun, teratur, tertib. Dan berapa prosen pula generasi lalu.
Salah satu faktor penyebab menurunnya sikap beragama generasi kini dibandingkana
dengan generasiu lalu adalah oleh karena munculnya kecenderungan kebebasan yang
hampir tanpa batas dalam segala hal. Pintu-pitu (gerbang, gate, media, sarana)
terbuka amat luas bagi genrasi kini dibandingkan dengan generasi lalu. Mulai
dari koran, majalah, radio, televisi, filem sampai internet. Tayangan televisi
merupakan Guru Besar bagi generasi kini. Ukuran keenaran dirujuk pada tayangan
televisi, pada budaya pergaulan bebas di objek wisata. Dakwah, baik yang tatap
muka 9taklim), apalagi melalui tayangan televisi sepi dari ruh tauhid, dari ruh
jihad, tanpa semangaty juang tinggi untuk membentuk generasi tangguh pengemban
amanat risalah untuk meninggikan, mengunggulkan, memenangkan Islam di atas
segala agama, untuk tampil membawa Islam sebagai pemimpim, pengatur dunia.
Generasi 1950 pada umumnya, di samping mengikuti pendidikan formal di sekolah
umum, juga mengikuti pendidikan agama di madrasah. Di madrasah mereka dididik
untuk beragama, untuk mengenal dan mengamalkan ajaran agama Islam, untuk
mengenal mana yang halal, yang boleh, dan mana yang haram, yang terlarang. Bukan
hanya didik sekedar untuk mengenal saja, tapi sekaligus untuk mengamalkan ajaran
Islam dalama kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat disimak dari generasi muda
Natsir dan kawan-kawan di Masyumi, dan generasi muda Kartosoewirjo dengan
Institute Suffahnya di Malangbong.
Generasi 2000 sangat membutuhkan pendidikan holistik (integrated, totalitas,
kaffah, menyeluruh) terprogram, sistimatis untuk meningkatkan pemahaman,
penghayatan, pengamalan ajaran Islaam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
upaya dapat ditempuh dengan menjadikan masjid, Mushalla sebagai pusat pendidikan
ajaran Islam bagi masyarakat sekitarnya. Masjid, Mushalla sebagai pusat
pendidikan ajaran islam, beberapa waktu yang lalu pernah dirintis di Masjid
Salman dalam Kampus ITB Bandung. Pendidikan Islam di Masjid Salman ini dapat
dijadikan sebagai proyek percontohan bagi pendidikan ajaran Islam untuk generasi
kini, baik urusan ibadat, muaamalat, siasat, militer, sebagai pusat kegiatan
jama’ah yang mempersatukan umat islam (Prof Dr hamka : “Tafsir Al-Azhar”, XI,
hal 46, tentang tafsir ayat QS9:107).


Meramaikan dan memerankan masjid
Kondisi komunitas, umat Islam di mana-mana amat sangat memprihatinkan. Umat Islam di mana-mana tak diperitungkan orang, dilecehkan orang, dipandang enteng orang, tak disegani orang. Di mana-mana muncul aksi, aktivitas yang melecehkan Islam, menodai Islam. Muncul berbagai firqah, aliran sesat, aliran yang menyimpang dari Islam. (Simak antara lain Tabloid SYI’AR ISLAM, Bekasi, Edisi XXIII, Maret 2010, halaman 5-6).
Pelecehan, penodaan terhadap Islam itu sebenarnya muncul karena kondisi umat Islam itu sendiri sudah amat sangat lemah, tak punya kekuatan sama sekali. Lemah dalam bidang akidah dan keyakinan, lemah di bidang politik-militer-ekonomi-sosial-budaya. Lemah akidah-ibadah-akhlak-mu’amalah (Simak antara lan ALMSLIMUN, Bangil, No.202, Januari 1987, halaman 28).
Kelemahan umat Islam ini dalam terminologi Islam sendiri disebutkan dengan patologi sosial, penyakit “alwahnu”, penyakit “attakatsur”, penyakit rakus, sibuk mengumpulkan harta kekayaan dunia dan meninggalkan, mengabaikan urusan akhirat (Simak antara lain QS 102:1-8, 104:1-9). Penyakit materialisme-kapitalisme telah melanda ke seluruh tulang sumsum umat Islam.
Untuk menghadapi situasi, kondisi seperti ni, Khalifah Abubakar Shiddiq wanti-wanti berpesan agar menetap di masjid, meramaikan masjid, menghidupkan masjid, memfungsikan peran masjid, memahami pesan alQuyr:an, menemukan solusi masalah dalam alQur:an, berpegang teguh pada ketaatan kepada alQur:an (Simak antara lain M Natsir : “Fiqhud Da’wah”, 1981:88-89; Usman Abd Kadir Mukarram : “Fungsi Masjid Sebagai Pembina Umat”, dalam ALMSLIMUN, Bangil, No.202, Januari 1987, halaman 27-28).
Dibutuhkan, diperlukan sosok-sosok teladan untuk meramaikan masjid, untuk memfungsikan masjid. Untuk membina jama’ah yang kokoh, solid baik di dalam maupun di luar masjid. Imamnya benar-benar fasih, paham akan alQur:an, mengerti akan Islam. Makmumnya benar-benar mengerti akan hakikat shalat, barisan yang rapi, baik ketika shalat mapun di luar salat (Simak antara lain QS 61:4).
Aktivtas kehidupan bermasyarakat, berbangsa bernegara dikedalikan dari masjid. Perjuangan Umat Islam dikendaikan dari masjid, berangkat dari masjid. Hukum-hukum mengenai bermasyaakat, berbangsa bernegara menurut Islam sudah pernah diberlakukan sebagai hukum positif di kerajaan-kerajaan Islam di seluruh Nusantara dan Semenenanjung yang disebut dengan kanun Islam (Simak antara lain PESANTREN, Jakarta, No.2/Vol II/1985, hal 21, 4).
Dibutuhkan, diperlukan sosok-sosok intelektual masjid untuk mengoleksi, menyeleksi, mengedit kanun-kanun Islam tersebut menjadi satu Kompilasi Hukum yang dapat menggantikan Kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Perjuangan Umat Islam seharusnya berangkat berangkat dari masjid menuju twerwujudnya UUD, KUHP yang Islami (Bandingkan dengan SYI’AR ISLAM, Edisi XXIII, Maret 2010, halaman 3-4). Semoga sosok-sosok di MUI, ICMI, Ormas dan Parpol Islam merintis ke arah terwujudnya Jama’ah Islam yang kompak, kokoh, solid, yang disegani lawan.. Amin.
(BKS1003060600)

Meramaikan dan memerankan masjid
Kondisi komunitas, umat Islam di mana-mana amat sangat memprihatinkan. Umat Islam di mana-mana tak diperitungkan orang, dilecehkan orang, dipandang enteng orang, tak disegani orang. Di mana-mana muncul aksi, aktivitas yang melecehkan Islam, menodai Islam. Muncul berbagai firqah, aliran sesat, aliran yang menyimpang dari Islam. (Simak antara lain Tabloid SYI’AR ISLAM, Bekasi, Edisi XXIII, Maret 2010, halaman 5-6).
Pelecehan, penodaan terhadap Islam itu sebenarnya muncul karena kondisi umat Islam itu sendiri sudah amat sangat lemah, tak punya kekuatan sama sekali. Lemah dalam bidang akidah dan keyakinan, lemah di bidang politik-militer-ekonomi-sosial-budaya. Lemah akidah-ibadah-akhlak-mu’amalah (Simak antara lan ALMSLIMUN, Bangil, No.202, Januari 1987, halaman 28).
Kelemahan umat Islam ini dalam terminologi Islam sendiri disebutkan dengan patologi sosial, penyakit “alwahnu”, penyakit “attakatsur”, penyakit rakus, sibuk mengumpulkan harta kekayaan dunia dan meninggalkan, mengabaikan urusan akhirat (Simak antara lain QS 102:1-8, 104:1-9). Penyakit materialisme-kapitalisme telah melanda ke seluruh tulang sumsum umat Islam.
Untuk menghadapi situasi, kondisi seperti ni, Khalifah Abubakar Shiddiq wanti-wanti berpesan agar menetap di masjid, meramaikan masjid, menghidupkan masjid, memfungsikan peran masjid, memahami pesan alQuyr:an, menemukan solusi masalah dalam alQur:an, berpegang teguh pada ketaatan kepada alQur:an (Simak antara lain M Natsir : “Fiqhud Da’wah”, 1981:88-89; Usman Abd Kadir Mukarram : “Fungsi Masjid Sebagai Pembina Umat”, dalam ALMSLIMUN, Bangil, No.202, Januari 1987, halaman 27-28).
Dibutuhkan, diperlukan sosok-sosok teladan untuk meramaikan masjid, untuk memfungsikan masjid. Untuk membina jama’ah yang kokoh, solid baik di dalam maupun di luar masjid. Imamnya benar-benar fasih, paham akan alQur:an, mengerti akan Islam. Makmumnya benar-benar mengerti akan hakikat shalat, barisan yang rapi, baik ketika shalat mapun di luar salat (Simak antara lain QS 61:4).
Aktivtas kehidupan bermasyarakat, berbangsa bernegara dikedalikan dari masjid. Perjuangan Umat Islam dikendaikan dari masjid, berangkat dari masjid. Hukum-hukum mengenai bermasyaakat, berbangsa bernegara menurut Islam sudah pernah diberlakukan sebagai hukum positif di kerajaan-kerajaan Islam di seluruh Nusantara dan Semenenanjung yang disebut dengan kanun Islam (Simak antara lain PESANTREN, Jakarta, No.2/Vol II/1985, hal 21, 4).
Dibutuhkan, diperlukan sosok-sosok intelektual masjid untuk mengoleksi, menyeleksi, mengedit kanun-kanun Islam tersebut menjadi satu Kompilasi Hukum yang dapat menggantikan Kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Perjuangan Umat Islam seharusnya berangkat berangkat dari masjid menuju twerwujudnya UUD, KUHP yang Islami (Bandingkan dengan SYI’AR ISLAM, Edisi XXIII, Maret 2010, halaman 3-4). Semoga sosok-sosok di MUI, ICMI, Ormas dan Parpol Islam merintis ke arah terwujudnya Jama’ah Islam yang kompak, kokoh, solid, yang disegani lawan.. Amin.
(BKS1003060600)

Musibah dan usaha

Musibah dan usaha

Musibah diatasi dengan usaha. Suatu ketika Nabi Ayub mengalami musibah berupa sakit (sakit kulit ?). NaBI Ayub dituntun, dibimbing Allah agar berusaha mengobati penyakitnya dengan berupaya mendapatkan obatnya berupa air obat (obat penyakit kulit ?). Nabi Ayub hanya mengeluhkan penyakitnya kepada Allah tanpa memohon agar disembuhkan. “Dan ingatlah akan hamba Ayub, ketika ia menyeru TuhanNya : Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. Allah berfirman : Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (QS 38:41-42; simak juga QS 21:85).

Suatu ketika Siti Maryam binti ‘Imran mengalami musibah bencana berupa hamil tanpa bersuami. Akibat tekanan batin yang dideritanya, Maryam menjauhkan diri ke tempat terpencil. Semakin dekat waktu melahirkan, kesedihan, ketakutan, kekhawatiran Maryam semakin memuncak. Maryam khawatir akan takdir yang akan terjadi. Sangat berat beban pemikiran yang menimpanya. Sebagai seorang wanita yang be3rasal dari keluarga baik-baik dan shaleh, tentu dengan kejadian mengandung tanpa bersuami itu merupakan pukulan batin yang teramat berat dan pedih. Apakah orang tidak akan menuduhnya telah berbuat zina ? Yang mencemarkan nama baik keluarganya. Sungguh merupakan beban penderitaan batin yang tak tertanggungkan. Siti Maryam mengeluh, tak ada gunyanya ia hidup.“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, maaryam berkata : Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang taidak berarti, lagi dilupakan” (QS 19:23). Demikian terasakan dalam kisah Maryam dalam QS 19:22-26. Bisa dibayangkan betapa remuknya perasaannya bila tak datang ma’unah, pertolongan Allah yang disampaikan Jibril kepada Maryam. Siti Maryam dituntun, dibimbing Allah agar berusaha tegar, tak bersedih, dan berupaya mendapatkan kembali tenaga, kekuatan.”Maka Jibril menyeru dari tempat yang rendah : Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah kohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS 19:23-25) (ALHIKMAH, Bani Saleh, Bekasi, No.5, Th.III, Desember 1996, hal 13).

Setelah menerima wahyu pertama, sebelum turun surah adDhuha, Rasulullah pernah mengalami goncangan batin yang sangat dahsyat. “Aku adalah hamba Allah yang paling benci pada sya’ir. Tidak ada seorang dari hamba Allah yang paling kubenci selain penyair dan orang gila. Aku tak kuasa melihat kedua orang itu. Bahwasanya jalan yang baik buat menghindarkan tuduhan orang Quraisy, ialah aku pergi ke suatu puncak bukit lalu aku terjunkan diriku ke bawah, supaya habislah riwayat hidupku dan terlepaslah aku dari tuduhan sebagai penyair dan orang gila. Inilah yang terpikir, terlintas untuk mengakhiri hidup dengan menerjunkan diri dari puncak gunung Abu Qubais. Maka aku pun keluar dari rumah untuk menjalankan maksud itu. Rasulullah dituntun, dibimbing Allah agar tak bersedih dan tak berduka cita dengan berupaya mendapatkan kebahagiaan akhirat, antara lain dengan menyantuni yang melarat, menuntun, membimbing yang awam, menyebarkan rahmat karunia ilahi ke segenap penjuru (Simak antara lain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:97-98). Tiba-tiba setelah berada di tengah bukit itu aku mendengar suatu suara dari langit yang mengatakan : Ya Muhammad, engkau Rasulullah dan aku Jibril” (Menurut HR Thabary dari Abdullah bin Zubair; juga HR Ibnu Ishaq dari Wahab bin Kaisan dari ‘Ubaid, dalam “Tafsir I bawah Naungan alQur:an” oleh Sayid Quthub, juzuk XXX, hal 373; dan simak juga “Tafsir AlAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk XXX, hal 102).
(Asrir BKS1009240500 written by sicumpaz@gmail.comsicumpas.wordpress.com)
Diposkan oleh Asrir Sutanmaradjo di 19.38

Bahan renungan

1. Dari sudut pandang Islam, bencana tsunami di Mentawai dan gempa vulkanik di Merapi, apakah merupakah :
– teguran, peringatan dari Allah, ataukah
– ujian, cobaan dari Allah tentang keimanan, ataukah
– hukman, siksaan, azab dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, ataukah
– pamer kekuasaan dari Allah, atakah
– sunnatullah (fenomena alam) semata ?

2. Dari sudut pandang Islam, dana untuk korban bencana apa perlu disleksi halal atau haramnya. Apakah penggalangan dana itu boleh saja dilakukan oleh semua kalangan, termasuk komunitas koruptor, maling, mucikari, germo, psk, gay, dan yang semacam itu ?

3. Mana saja hadis dalam “Bulughul Maram” yang berbeda syarahnya antara Shan’ani (Subulus Salam) dan ‘Asqalani (Fathul Bari) ?

4. Padahari tasyrik ada seseorang peternak kambing baru punya anak lelaki berumur tujuh hari. Kambingnyaa ada 40 ekor. Apasaja kewaajiban agama Islam yang harus ia lakukan berkaitan dengan kambingnya?

Kawasan rawan bencana

Sebelum korban berjatuhan, seyogianya pemerintah bertindak tegas mentransmigrasikan warga yang berada di kawasan rawan bencana (gempa, tektonik, vulkanik, tsunami, banjir, longsor). Pos APBN untuk keluar negeri (Presiden, Meneri, Legislatif) direvisi untuk trnsmigrasi.Di kawasan rawan bencana hendaknya selalu siap standby helicopter penolong.


Gelar Pahlawan

Bangsa ini tak punya sosok yang berpihak pada rakyat, yang peduli pada sesama.

Gelar Pahlawan seyogianya disandangkan pada yang sudah wafat lebih 50 tahun.

Rosihan Anwar dalam tlisannya "Pahlawan Nasional" mempertanyakan "mengapa tidak juga mengusulkan sebagai Pahlawan Nasional tokoh-tokoh seperti Mohammad Natsir, Syafrudddin Prawiranegara, atau Amir Sjarifoeddin ? Orang-orang ini adalah pejuang kemerdekaan dari jam-jam pertama revolusi.

Asvi Warman Adam dari LIPI dala tulisannya dalam KORAN TEMPO, Sabtu, 2 Oktober 2010, halaman A8 mempertanyakan kelayakan Presiden Soeharto (almarhum) yang penuh bercak-bercak, noda-noda kemanusiaan diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

(Asrir BKS1010240730 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.worddpress.com)

Studi banding

Studi banding tak harus secara fisik-materiil. Studi banding juga bias dilakukan dengan masuk ke dunia mind, geest, spriti, the world of mind dengan membaca buku-buku dari berbagai bangsa. Melalui buku melanglang buana, mengembara, melakukan studi banding ke berbagai bangsa, ke berbagai Negara. Berbicara dengan orang-oang besar, ahli-ahli fakir besar, pemimpin dari berbagai bangsa.

Inilah yang dilakukan dan dipesankan oleh Presiden Sukarno (almarhum) dalam amanatnya pada upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa oleh IAIN pada tanggal 2 Desember 1964. Disebutkannya bahwa Islam bukan hanya sekedar syahadat, shalat, zakat, haji. Untuk menjadi umat yang besar haruslah nail, mnasuk ke dunia mind, geest, sprit, the world of mind.

Bangsa badut

Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da'i dan lain-lain.

Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.

Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.

(Asrir BKS1010220600 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Pengkhianatan terhadap Islam

Dulu menjelang pemilu berkumandang suara, seruan, himbauan agar memilih caleg Muslim dan tidak memilih caleg non-Muslim, agar memilih parpol berbasis Islam dan tidak memilih parpol non-Islam. Namun semuanya berkhianat terhadap Islam, sama sekali tak peduli dengan aspirasi Islam, tak memperjuangkan aspirasi umat Islam. Quo Vadis parpol bernuansa Islam ?

(Asrir BKS1010110630 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Kekacauan terminologi

Kondisi dikacaukan dengan situasi. Kondisi keadaan di dalam Situasi keadaan di luar.

Kewajiban dikacaukan dengan tanggungjawab. Kewajiban adalah tugas yang harus dilakukan oleh yang dipimpin. Tanggungjawab adalah tugas yang harus dipikul leh yang memimpin.

Sunat dikacaukan dengan sunnah. Sunnat adalah terminologi fiqih, berupa anjuran. Sunnah adalah terminologi mushthalah.

(BKS1011040800)