Milis bincang-bincang Masyarakat Adil Makmur Situs Koleksi Informasi Serbaneka

Friday, October 22, 2010

Premanisme dan aroganisme

Dalang kezhaliman

Dalang kezhaliman dan penderitaaan yang menimpa dunia ini adalah konspiasi, kolaborasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika (Fahmi Suwaidi : “Strategi AlQaida Menjebak Amerika”, 2008:27-28).

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS 2:120).

Kedamaian, perdamaian baru akan terwujud apabila imperialism (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika) tidak lagi menjadi kebudayaan dunia (Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:735-736).

Sesunggunya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan (“Mukaddimah UUD-45). Penjajaahan hanya dibenarkan selama mengindahkan peri kemanusiaan dan peri keadilan ?

Selama masih ada inperialisme (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika), kedamaian tak mungkin terwujud, peperangan tak akan berakhir (idem, 735).

Imperialisme, kolonialisme, penjajaaaaaaaahan, kezhaliman, kesewenang-wenangan ditantang, dilawan, dimusnahkan, dihapuskan dengan cara diplomasi, dakwah dan dengn cara perang, qithal, jihad.

Tujuan perang, qithal, jihad dalam Islam hanyalah supaya ada kebebasan mendakwahkan kebenaran, kebebasan dari kesewenang-wenangan (idem, 733).

Peperangan dalam Islam bukanlah untuk menjajah bangsa lain. Bukan untuk memaksa seseorang menganut Islam (idem 732). Dalam Islam tak ada paksaan dalam beragama (QS 2:256). Yang mau beriman silakan. Yang mau kafir silaaaaaakan (QS 18:29).

Bagi orang-orang yang telah menganut Islam tak ada lagi pilihan lain. Islam adalah final, pilihan terakhir. “Barangsiapa menerima agama selain Islam, ia tidak akan diterima” (QS 3:85).

Bangsa preman

Kita ini belum siap berbhineka, berdemokrasi, Kita ini hobi dengan arogansi, agitasi, provokasi, intimidasi. Kita alergi terhadap adu argumentasi, diskusi, dialog. Dengan kasat mata di mana-mana disaksikan tawuran, konflik horizontal/vertikal, konflik berbau sara/darah, saling bakuhantam.

Saling bakuhantam antara warga pendatang dan warga lokal. Bisa disebabkan oleh karena arogansi kelompok, bisa karena kesenjangan sosial, ketiadaan keadilan sosial-ekonomi-politik.

Bahkan di tingkat elite pun segala sesuatu tampak wajar diselesaikan dengan adu otot, adu jotos, bukan dengan aduj argumentasi, diskusi, dialog, musyawarah, mufakat.

Di mana-mana yang seharusnya mengambil tanggungjawab adalah komandan, pemimpin, dan bukan malah dialihkan kepada prajurit, rakyat.



Bangsa badut

Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da'i dan lain-lain.

Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.

Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.

(Asrir BKS1010220600 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)


Densus-88 lebih teroris dari troris.

Densus 88 dalam menjalankan aksiny, misinya (bertindak atas kepentingan dan pesanan tertentu), lebih teroris dari yang dicap teroris, lebih brutal, sadis, kejam, anarkis, tidak manusiawi. Sampai-sampai yang baru diduga teroris ditembak mati di depan mata keluarganya saat melakukan shalat (SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 26/2010/1431H, hal 2-7, “Republik Preman”.

Konflik dalam HKBP

Konflik, seolah menjadi hal yang intrinsic dengan HKBP. Pemicunya lebih menyangkut pada perebutan kuasa dan pengaruh. Tak bias menerima perlakuan egalitarian. Inginnya diistimewakan, dipentingkan, suka otoriter.

Petinggi HKBP sudah saatnya memperbarui segala sifat dan perilaku negative, seperti kebencian, egoism, arogansi (SM Edisi 26/2010, hal 13-15).

(Asrir BKS1010130830 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Dakwah dan jama'ah

Islam agama dakwah

Islam itu agama dakwah, menyampaikan seruan kebaikan. Seruan itu disampaikan ke semua lapisan, ke segenap srata social, baik rakyat awam, maupun elite politik (malaa). Secara garis besar, Islam menyeru agar berbuat yang makruf, yang baik-baik, tidak berbuat yang munkar, yang jelek-jelek. Inti seruan Islam itu adalah agar hanya mengabdi kepada Allah saja. Tak da Tuhan selain Dia. Agar takut akan siksaan Allah di akhirat nanti. Agar tak melakukan perbuatan jorok, cabul, mesum, porno. Agar tak melakukan penipuan, kecurangan, manipulasi, kekacauan, kerusakan, kerusuhan, keresahan. Agar tak mengganggu jalanan (lalu lintas), tiak menghalangi dakwah (seruan kebenaran). Agar tidak melakukan kejahatan, tindak pidana, tindak criminal, keributan, aksi perampokan, penodongan, pemerasan. Agar berlaku adil, menebar kebaikan, kebajikan, ketertiban, memperhatikan/memenuhi kebutuhan kerabat.

Khusus kepada penguasa (elite politik) juga disampaikan seruan agar tidak berlaku sewenang-wenang, tidak berlaku zhalim, tidak berlaku aniaya, memelihara keamanan. Sekaligus Islam mengecam, menggugat absulutisme, anarkisme, kesewenang-wenangan, kezhaliman, tirani, ketidakadilan, diskriminasi. “Lo! Allah enjoineth justice an kindness, and giving to kinsfolk, and for biddeth lewdness and abomination and wickedness” (QS 16:90). “Deal justly, that is nearer to your duty” (QS 5:8). “Lo! Allah commandeth you that ye restore deposits to their owners, and if ye judge between mankind that ye judge justly” (QS 4:58).

Seruan dakwah itu haruslahberkesinambungan secara kontinu dari generasi ke generasi dalam semua bidang kehidupan. Karena itu perlu upaya kaderisasi di semua bidang melahirkan da’i-da’i professional.

Seruan Islam kepada tiran/thaghut Fir’aun yang telah menindas, memperbudak Bani Israel lebih dari empat ratus tahun berupa himbauan, ajakan agar Fir’au melepaskan, membebaskan Bani Israel dari perbudakan dan membiarkan mereka kembali ke tanah leluhurnya di Palestina (QS 26:17-22).

Islam juga menyeru agar melakukan perlawanan fisik menuruti aturan Allah terhadap yang berbuat semena-mena, serbuat sewenang-wenang, membuhuh, merampas, menggusur tanpa alasan hukum yang sah (QS 2:190, 60:8).

Bila dakwah macet melalui jalur umum, jalur biasa, maka ditempuh jalur jihad. Jihad merupakan salah atu sarana, jalur darurat yang haruss ditempuh dakwah karena terpaksa, karena jalur biasa, jalur umum macet.

Meskipun trio Fir’aun, Qarun, Haman telah melakukan tindakan absolutisme, tirani, semena-mena, sewnang-wenang, maker, onar, diskriminatif, provokatif, intimidasi, namun dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun hanya sebatas menempuh jalur biasa, jalur umum, belum menempuh jalur darurat berupa jalur jihad, konfrontasi fisik, masih konfrontasi psikologis, karena belum punya kekuatan (personil dan logistik).

(Asrir BKS1010141530 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)


Umat Islam

Das Sollen, seharusnya, umat Islam itu umat yang menghayati dan yang mengamalkan ajaran Islam, yang berpegang teguh pada tuntunan dan bimbingan alQur:an, yang siap membela, mempertahankan Islam dari segala yang mengganggu.

Da Sein, dalam kenyataannya, umat Islam itu umat yang sekedar menyandang predikat Islam, yang tak begitu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, yang tak begitu peduli terhadap yang mengganggu, menyerang Islam.

"Serangan hebat terhadap Negara-negara Muslim" tak mendorong "kaum fanatic berbondong-bondong mendukungnya" seperti dikhawatirkan Jenkins (Noam Chomsky : "Amerika Sang Teroros ?", 2001:XVI).

Strategi AlQaidah Menjebak Amerika dengan memancing, memaksa Amerika ke luar dari kandangnya untuk membangunkan umat Islam bangkit dari tidur panjangnya mengalami kegagalan. Karena umat Islam ini tak memiliki kesadaran beragama, tak menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, tak peduli akan gangguan, serangan terhadap Islam, tak memiliki, potensi, kekuatan akidah, akhlaq, ibadah, mu'amalah, politik, ekonomi, militer.

Meskipun jumlahnya miliaran, banyaknya manusia yang memeluk Islam seperti buih. Meski terlihat begitu berlimpah, umat Islam tak punya bobot dan selalu menjadi bulan-bulanan umat lain. Umat Islam lemah segalanya, akidahnya, akhlaqnya, ibadahnya, mu'amalahn ya, politiknya, ekonominya, militernya (Fahmi Suwaidi : "Strategi AlQaidah Menjebak Amerika" 2008:36,41).

(Asrir BKS1010210900 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)



Jama’ah umat Islam

Das Sein, dalam kenyataannya, jama’ah umat Islam itu jama’ah icakicak, pura-pura, semu, sepuhan, imitasi, pseudo, artificial. Ketika melaksanakan shalat jama’ah, kondisi umat Islam tampakhnya seolah memiliki satu gerak, sat langkah yang sama. Namun safnya tak pernah rapi, tak pernah teratur, lurus, rapat. Unsur khilafiyah (perpecahan ?) tetap saja hadir dalam shalat jama’ah. Apalagi di luar shalat, antar sesame Islam saling menghujat, saling mencaci, saling membid’ahkan, saling mengkhawarijkan, saling mengkafirkan.

Das Sollen, seharusnya, jama’ah umat Islam itu jama’ah yang solid, kokoh, terpadu, bagaikan satu bangunan yang antar unsurnya saling mengokohkan, bagaikan satu tubuh yang antar unsurnya saling merasakan. Pertolongan Allah jauh dari umat yang berpecah belah, yang tak kompak bersatu.

Sumbr pepecahan (tafarruq) itu karena memperebutkan dunia (harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, kehormatan, pengaruh, pamor, sanjungan). Selama hubbud dunya wa karihatil maut dipelihara, maka mustahil terwujud persatuan yang benar-benar kompak bersatu.

Salah satu titik kelemahan umat Islam menurut M Natsir : Hobi bermusuhan. Umat Islam sangat deman (senang) punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi mereka mencari musuh di kalangan sendiri (SUARA MASJID, No.144, 1 September 1982, hal 4). Bahkan kini, meski ada musuh, umat Islam masih saja terpecah belah.

Sekitar tahun 1966, M Natsir menulis resep “Mempersatukan Umat”, yang diterbitkan kembali pada 1983. Teori mempersatukan umat tampaknya logis rasionilhanya selama factor ekstern tetap, tidak berubah. Seruan Islam tetap saja. Berjuanglah (QS 322:78)untuk ketinggian Islam dan kaum Muslimin serta kesatuan Islam (QS 3:139). Hendaknya semua dalam satu jama’ah, satu barisan, satu front yang terorganisir rapi (QS 3:103). Kebenaran tak terorganisir rapi akan dikalahkan kebatilan rapi. Tak ada yang di luar. Punya program SMART/SWOT, dana, sarana, logistic (QS 61:4), personil, penanggungjawab, pembagian tugas, kesetiaan, loyalitas (QS 8:60). (Simak juga Ahmad Salimin Dani MA : “Perintah Merapatkan Barisan”, dalam SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 26/2010/1431H, hal 23-27, rubri : “Tafsir”).

(Asrir BKS101011150730 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Mitos dan etos

Hidup dalam mitos

Dulu, kini, nanti manusia hidup dalam mitos, berpikir brdasar mitos. Dulu, agar trhindar dari bahaya, malapetaka dengan menggunakan ruwatan, petung dan sesaji.

Agar dapat mengatasi krisis dari keterjajahan dimitoskan Presiden Soekarno sebagai Ratu Adil dengan gelar yang serba agung, “Pemimpin Besar Revolusi”, “Penyambung Lidah Rakyat”, “Seniman Agung”.

Agar dapat mengatasi keterbelakaangan menuju pembangunan dimitoskan Presiden Soeharto sebagai Juru Selamat, dngan menyandang gelar “Bapak Pembangunan”, “Jenderal Besar”.

Agar dapat mengatasi disintegrasi bangsa dimitoskan Gus Dur sebagai “Bapak Pluralisme” (Kuntowijoyo : “Mengakhiri mitos Politik”).

Di kalangan intelektual dimitoskan bahwa ilmu pengetahuan Barat sebagai sumber kemajuan, peradaban.

Para tokoh dimitoskan sebagai pembawa misi profetik (nubuwah ?), sebagai juru selamat, pembebas bangsa dan kemiskinan, keterbelakaaaaaangan, pengantar ke kesejahteraan.

Demokrasi dimitoskan sebagai pembawa kedamaian.

(Asrir BKS1010110730)

Kurikulum SD/Mi Kelas 1-3

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ditetapkan sejumlah buku teks yang dinyaatakan memenuhi syarat kelayakan sebagai buku pegangan siswa berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 34 Tahun 2008 tanggal 10 Juli.

Siswa SD/MI kelas 1-3 pun dijejali dengan buku teks pelajaran tersebut. Anak-anak yang masih belum mengenal huruf dan angka secara baik, apalagi mengenal suku kata, kata, kalimat, operasi bilangan sudah dijejali dengan tyeks pelajaram, rangkunan dan evluasi pelajaran, yang sama sekali belum dapat dicernanya. Bahkan pelajaran bahasa asing (bahasa Inggeris) untuk SD/MI kelas 1-2 rasanya terlalu berlebihan (over acting). Sungguh tak dapat dipahami logika tentaaaaaang ini. 60-65 tahun yang lalu anak SR (SD) kelas 1-3 hanya menggunakan sabak (batu tulis). Baru di kelas 4 mulai menggunakan buku tulis dan buku teks.

Di samping itu muatan local (eperti pelajaran bahasa daerah0 dimasukan tanpa mempertimbangkan kondisi riil. Di daerah pemukiman para pendatang (seperti di wilayah Perumnas) yang siswanya hanya mengenal bahasa Indonesia tak perlu dibebani dengan pelajaran bahasa daerah.

(Asrir BKS1010110800)

Jadikan Mustika Jaya sebagai Pusat Gerakasn Dakwah wal Jihad

Dakam rangka merapatkan barisan dan mewujudkan Bakasi sebagai Kota Syuhada Bersyari’iyah diharapkan KUIB, FAPB, DDIIB merintis Mustika Jaya / Ciketing sebagai Pusat Gerakan Dakwah wal Jihad.


Meneladani Sebastian Pinera

Setiap kitaadalah pemimpin. Pemimpin di bidang masing-masing. Karena itu, siapa pun kita dan di mana pun kita(apa pun status dan posisi kita) hendaknya berupaya meneladani sikap Presiden Cile Sebastia Pinera. Berpihak kepada rakyat. Peduli akan sesame. Buang tata kerama protokoler. Sistim protokoler itu anti demokrasi, anti egalitarian, memisahkan atasan dari bawahan. Jauhkan sikap arogansi. Meneladani Sebastian Pinera tidak hanya diharapkan dari pemimpin formal. Tapi dari kita semua. Kita semua juga adalah pemimpin secara informal.

Agar dapat memiliki kepekaan dan sikap mental peduli akan sesame secara otomatis, Islam menuntun, membimbing agar biasa hidup qana’ah, zuhud, wara’. Zihid adalah sikap hidup yang giat, gesit mendapatkan kekayaan untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan diri pribadi.

(Asrir BKS 1010170500 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)


Mengaca diri

Lagu kebangsaan Indonesia “Indonesia Raya” ciptaan WR Supratman (tak tertera dalam UUD-1945) berseru agar “Bangunlah jiwanya, bangunlah bdannya”, “Sadarlah hatinya, sadarlah budinya”, Majulah negerinya, majulah pandunya”. Pembukaan UUD-1945 mengamanahkan pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdakan kehidupan bangsa.Pasal 33 UUD-1945 mengamanahka pemerintah agar kekayaanalam dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Sudah saatnya penguasa, pemerintah melakukan instropeksi diri, mengaca diri apa yang sudah dilakukan untuk membangun jiwa-raga bangsa, untuk menghidupkan jiwa-raga bangsa, untuk menyadarkan hati-budi bangsa, untuk menyuburkan jiwa-raga bangsa, untuk memajukan negeri-pandu bangsa, untuk menyelamatkan putra-rakyat bangsa, untuk melaksanakan ketertiban umum, untuk menjamin keamanan rakyat, untuk menggunakan kekayaan alam bagi kesejahteraan, kemakmuran rakyat.

(Asrir BKS 1010181010 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Hakekat dan hikmah ibadah

Ibadah antara pola dan hikmah

Ada suara mengatakan bahwa dalam beribadah yang diperlukan hanyalah melaksanakannya secara serius dengan mengikuti tuntunan untuk mendapatkan pahala tanpa perlu memahami maksud, tujuan, hikmahnya. Dengan demikian, maka ibadah dapat dilaksanakan dengan khusyu’. Melaksanakan apa yang disuruh, meninggalkan apa yang dilarang.

Ada pula suara yang mengatakan bahwa dalam beribadah disamping melaksanakannya secara serius dengan mengikuti tuntunan untuk mendapatkan pahala juga perlu memahami maksud, tujuan, hikmahnya agar apat dilakukan dengan khusyu’. Ibaah dilaksaakan dengan disertaai pemahaman tentang hikmahnya.

Dalam melaksanakan shalat berjama’ah di masjid, laksanakan saja apa yang disuruh dan tinggalkan apa yang dilarang. Tak peduli apakah safnya rapat atau tidak. Apakah safnya teratur, lurus atau tidak.

Dalam melaksanakan ibadah shaum Ramadhan, laksanakan saja apa yang disuruh dan tinggalkan apa yang dilarang. Dalam hubungan dengan shaum Ramadhan ini ada hadis yang menyebutkan perlunya unsure imaanan dan ihtisaaban. Imaanan berarti percaya, tunduk, patuh, melaksanakan yang disuruh dan meninggalkan yang dilarang. Ihtisaaban berarti hitung-hitungan, memahami maksud, tujuan, hikmah dari ibadah yang dilakukan.

Dalam melaksanakan ibadah qurban, laksanakan saja apa yang disuruh dan tinggalkan apa yang dilarang. Tak perlu memahami maksud, tujuan, hikmah ibadah qurban itu. Tak perlu memahami apa beda antara qurban dengan sesajen. Tak perlu memahami mana qurban yang diterima dn mana qurban yang ditolak. Sembelih hewan quban. Bagi-bagikan daging hewan sembelihan itu. Tak perlu memahami mana yang lebih utama bagi si miskin, apakah hewan hidup ataukah daging hewan sembelihan. Tak perlu memahami apa beda antarra infaq, sedeqah dengan qurban. Tak perlu memahami mana yang lebih utama bagi si miskin, apakah infaq, sedeqah ataukah qurban. Tak perlu memahami apakah daging hewan sembelihan itu bagi si miskin merupakan makaanan mewah (langka) ataukah tidak.

Inti ajaran alam beribadah adalah “am’na wa atha’na”, laksanakan aja tanpa “fakkarna”, tanpa perlu memahami maksud, tujuan, hikmahnya.

(Asrir BKS1010180545 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)


Mencari Makna dan Hakekat qurban

Apakah hakekat berqurban itu adalah menumpahkan darah hewan ternak pda hari tasyrik ? Kata shalat yang diiringi oleh wanhar hanya satu-satunya alam ayat QS 108:2 (AlKautsar). Selainnya kata shalat diikuti oleh kata infaq atau kata zakat.

Apakah hakekat berqurban itu adalah ramai-ramai makan daging hewan ternak pada hari tasssyrik ?

Apakah ada riayat yang menyatakan bahwa pada masa Rasulullahsawhidup ada orang-orang yang berupaya membeli hewan ternak untukdiqurbankan pada hari tasyrik ?

Apakah di daerah-daerah yang bukan daerah peternakan orang-orang harus berupaya membeli hewan ternak dari daerah-daerah peternakan untuk diqurbankan pada hari tasyrik ?

Apkah berurban dalam bentuk menyembelih hewan ternak itu memang sudah baku (Ta’abbudi), sudah qath’I ? Ataukah boleh dalam bentuk lain ? Rasulullah saw mengatakan bahwa ketika Nabi Ibrahim hidup, di Makkah blum ada tanaman. Seandainya waktu itu aatanaman tentulah Nabi Ibrahim juga akan mendo’akan keberkahan kepada mereka pada tanaman (dalam HR Bukhari dari Ibnu Abbas pada “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, Bab “Bahagian Hadis-Hadis yang terserak-serak dan yang jenaka).

Ataukah berurban itu bermakna memenuhi kepentingan social, kebutuhan masyarakat, kepedulian akan yang melarat, yang lapar, untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat ? Islam memandang yang tak peduli akan yang melarat, yang lapar, mengindikasikan tak peduli akan Islam (Simak QS 107:1-3; 28:76-77). Yang member makan yang lapar itu dikategorikan sebagai yang mendapatkan rahmat, ridah Allah.

Apakah qurban itu wujud taqarrub ilallah yang terkandung dalam AlQur:an dan yang terurai, terjabar dalam akhlaq, perilaku Rasulullah saw yang sangat tawadhu’, sangat dermawan ? (Simak “Madarijus Salikin” Ibnu Qayyim, terbitan Pustaka AlKautsar, Jakarta, 2008:324; “Sejarah Hidup Muhammd” Haekal, terbitan Tintamas, Jakarta, 1984:228_231).

Sehubungan ayat QS 5:27, apakah bentuk qurban Qabil dan Habil, apakah bentuk sesajen masa kini, ataukah seperti hewan sembelihan pada masa hari tasyrik ? Apakah tandanya qurban yang diterima, dan apa pula tandanya qurban yang ditolak ? Apakah karena Habis ikhlas melakukannya, sedangkan Qabil tidak ikhlas melakukannya ? Apakah karena qurbannya ditolak, makanya Qabil iri akan, dengki terhadap Habil, dank arena terbakar dengan api dengki itu maka Qabil membunuh Habil ? Apakah kasus ini merupakan peristiwa lanjutan dari yang membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah ? (QS 2:30).

(Asrir BKS1010181200 written by sicumpz@gmail.com sicumpas.wordpres.com)

Bangsa badut

Bangsa badut

Di atas pentas, panggung tampil badut-badut dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan politisi, pejabat, aparat, teknokrat, ekonom, muballigh, da'i dan lain-lain.

Penonton, pemirsa dari semua lapisan asyik, senang dengan aksi, atraksi, lawakan, lelucon yang dibawakan oleh para badut-badut tersebut.

Bangsa ini memang bangsa badut. Deman dengan lawakan, lelucon, akrobatik, humor. Tak suka dengan yang serius. Tak suka dengan kritik. Tak suka dikritik dan mengkritik. Tak suka dikoreksi dan mengkoreksis. Pokoknya suasana hati lega, tak punya beban.

(Asrir BKS1010220600 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Friday, October 15, 2010

Menggugat jama'ah umat Islam

Jama’ah umat Islam

Das Sein, dalam kenyataannya, jama’ah umat Islam itu jama’ah icakicak, pura-pura, semu, sepuhan, imitasi, pseudo, artificial. Ketika melaksanakan shalat jama’ah, kondisi umat Islam tampakhnya seolah memiliki satu gerak, sat langkah yang sama. Namun safnya tak pernah rapi, tak pernah teratur, lurus, rapat. Unsur khilafiyah (perpecahan ?) tetap saja hadir dalam shalat jama’ah. Apalagi di luar shalat, antar sesame Islam saling menghujat, saling mencaci, saling membid’ahkan, saling mengkhawarijkan, saling mengkafirkan.

Das Sollen, seharusnya, jama’ah umat Islam itu jama’ah yang solid, kokoh, terpadu, bagaikan satu bangunan yang antar unsurnya saling mengokohkan, bagaikan satu tubuh yang antar unsurnya saling merasakan. Pertolongan Allah jauh dari umat yang berpecah belah, yang tak kompak bersatu.

Sumbr pepecahan (tafarruq) itu karena memperebutkan dunia (harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, kehormatan, pengaruh, pamor, sanjungan). Selama hubbud dunya wa karihatil maut dipelihara, maka mustahil terwujud persatuan yang benar-benar kompak bersatu.

Salah satu titik kelemahan umat Islam menurut M Natsir : Hobi bermusuhan. Umat Islam sangat deman (senang) punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi mereka mencari musuh di kalangan sendiri (SUARA MASJID, No.144, 1 September 1982, hal 4). Bahkan kini, meski ada musuh, umat Islam masih saja terpecah belah.

Sekitar tahun 1966, M Natsir menulis resep “Mempersatukan Umat”, yang diterbitkan kembali pada 1983. Teori mempersatukan umat tampaknya logis rasionilhanya selama factor ekstern tetap, tidak berubah. Seruan Islam tetap saja. Berjuanglah (QS 322:78)untuk ketinggian Islam dan kaum Muslimin serta kesatuan Islam (QS 3:139). Hendaknya semua dalam satu jama’ah, satu barisan, satu front yang terorganisir rapi (QS 3:103). Kebenaran tak terorganisir rapi akan dikalahkan kebatilan rapi. Tak ada yang di luar. Punya program SMART/SWOT, dana, sarana, logistic (QS 61:4), personil, penanggungjawab, pembagian tugas, kesetiaan, loyalitas (QS 8:60). (Simak juga Ahmad Salimin Dani MA : “Perintah Merapatkan Barisan”, dalam SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 26/2010/1431H, hal 23-27, rubri : “Tafsir”).

(Asrir BKS101011150730 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Menuju dakwah ila rahmatan lil 'alamin

Islam agama dakwah

Islam itu agama dakwah, menyampaikan seruan kebaikan. Seruan itu disampaikan ke semua lapisan, ke segenap srata social, baik rakyat awam, maupun elite politik (malaa). Secara garis besar, Islam menyeru agar berbuat yang makruf, yang baik-baik, tidak berbuat yang munkar, yang jelek-jelek. Inti seruan Islam itu adalah agar hanya mengabdi kepada Allah saja. Tak da Tuhan selain Dia. Agar takut akan siksaan Allah di akhirat nanti. Agar tak melakukan perbuatan jorok, cabul, mesum, porno. Agar tak melakukan penipuan, kecurangan, manipulasi, kekacauan, kerusakan, kerusuhan, keresahan. Agar tak mengganggu jalanan (lalu lintas), tiak menghalangi dakwah (seruan kebenaran). Agar tidak melakukan kejahatan, tindak pidana, tindak criminal, keributan, aksi perampokan, penodongan, pemerasan. Agar berlaku adil, menebar kebaikan, kebajikan, ketertiban, memperhatikan/memenuhi kebutuhan kerabat.

Khusus kepada penguasa (elite politik) juga disampaikan seruan agar tidak berlaku sewenang-wenang, tidak berlaku zhalim, tidak berlaku aniaya, memelihara keamanan. Sekaligus Islam mengecam, menggugat absulutisme, anarkisme, kesewenang-wenangan, kezhaliman, tirani, ketidakadilan, diskriminasi. “Lo! Allah enjoineth justice an kindness, and giving to kinsfolk, and for biddeth lewdness and abomination and wickedness” (QS 16:90). “Deal justly, that is nearer to your duty” (QS 5:8). “Lo! Allah commandeth you that ye restore deposits to their owners, and if ye judge between mankind that ye judge justly” (QS 4:58).

Seruan dakwah itu haruslahberkesinambungan secara kontinu dari generasi ke generasi dalam semua bidang kehidupan. Karena itu perlu upaya kaderisasi di semua bidang melahirkan da’i-da’i professional.

Seruan Islam kepada tiran/thaghut Fir’aun yang telah menindas, memperbudak Bani Israel lebih dari empat ratus tahun berupa himbauan, ajakan agar Fir’au melepaskan, membebaskan Bani Israel dari perbudakan dan membiarkan mereka kembali ke tanah leluhurnya di Palestina (QS 26:17-22).

Islam juga menyeru agar melakukan perlawanan fisik menuruti aturan Allah terhadap yang berbuat semena-mena, serbuat sewenang-wenang, membuhuh, merampas, menggusur tanpa alas an hokum yang sah (QS 2:190, 60:8).

(Asrir BKS1010141530 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Menggugat mitologisasi

Hidup dalam mitos

Dulu, kini, nanti manusia hidup dalam mitos, berpikir brdasar mitos. Dulu, agar trhindar dari bahaya, malapetaka dengan menggunakan ruwatan, petung dan sesaji.

Agar dapat mengatasi krisis dari keterjajahan dimitoskan Presiden Soekarno sebagai Ratu Adil dengan gelar yang serba agung, “Pemimpin Besar Revolusi”, “Penyambung Lidah Rakyat”, “Seniman Agung”.

Agar dapat mengatasi keterbelakaangan menuju pembangunan dimitoskan Presiden Soeharto sebagai Juru Selamat, dngan menyandang gelar “Bapak Pembangunan”, “Jenderal Besar”.

Agar dapat mengatasi disintegrasi bangsa dimitoskan Gus Dur sebagai “Bapak Pluralisme” (Kuntowijoyo : “Mengakhiri mitos Politik”).

Di kalangan intelektual dimitoskan bahwa ilmu pengetahuan Barat sebagai sumber kemajuan, peradaban.

Para tokoh dimitoskan sebagai pembawa misi profetik (nubuwah ?), sebagai juru selamat, pembebas bangsa dan kemiskinan, keterbelakaaaaaangan, pengantar ke kesejahteraan.

Demokrasi dimitoskan sebagai pembawa kedamaian.

(Asrir BKS1010110730)

Menggugat kurikulum dan buku teks SD/MI kelas 1-3

Kurikulum SD/Mi Kelas 1-3

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ditetapkan sejumlah buku teks yang dinyaatakan memenuhi syarat kelayakan sebagai buku pegangan siswa berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 34 Tahun 2008 tanggal 10 Juli.

Siswa SD/MI kelas 1-3 pun dijejali dengan buku teks pelajaran tersebut. Anak-anak yang masih belum mengenal huruf dan angka secara baik, apalagi mengenal suku kata, kata, kalimat, operasi bilangan sudah dijejali dengan tyeks pelajaram, rangkunan dan evluasi pelajaran, yang sama sekali belum dapat dicernanya. Bahkan pelajaran bahasa asing (bahasa Inggeris) untuk SD/MI kelas 1-2 rasanya terlalu berlebihan (over acting). Sungguh tak dapat dipahami logika tentaaaaaang ini. 60-65 tahun yang lalu anak SR (SD) kelas 1-3 hanya menggunakan sabak (batu tulis). Baru di kelas 4 mulai menggunakan buku tulis dan buku teks.

Di samping itu muatan local (eperti pelajaran bahasa daerah0 dimasukan tanpa mempertimbangkan kondisi riil. Di daerah pemukiman para pendatang (seperti di wilayah Perumnas) yang siswanya hanya mengenal bahasa Indonesia tak perlu dibebani dengan pelajaran bahasa daerah.

(Asrir BKS1010110800)

Biang premanisme dan aroganisme

Dalang kezhaliman

Dalang kezhaliman dan penderitaaan yang menimpa dunia ini adalah konspiasi, kolaborasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika (Fahmi Suwaidi : “Strategi AlQaida Menjebak Amerika”, 2008:27-28).

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS 2:120).

Kedamaian, perdamaian baru akan terwujud apabila imperialism (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika) tidak lagi menjadi kebudayaan dunia (Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:735-736).

Sesunggunya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan (“Mukaddimah UUD-45). Penjajaahan hanya dibenarkan selama mengindahkan peri kemanusiaan dan peri keadilan ?

Selama masih ada inperialisme (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika), kedamaian tak mungkin terwujud, peperangan tak akan berakhir (idem, 735).

Imperialisme, kolonialisme, penjajaaaaaaaahan, kezhaliman, kesewenang-wenangan ditantang, dilawan, dimusnahkan, dihapuskan dengan cara diplomasi, dakwah dan dengn cara perang, qithal, jihad.

Tujuan perang, qithal, jihad dalam Islam hanyalah supaya ada kebebasan mendakwahkan kebenaran, kebebasan dari kesewenang-wenangan (idem, 733).

Peperangan dalam Islam bukanlah untuk menjajah bangsa lain. Bukan untuk memaksa seseorang menganut Islam (idem 732). Dalam Islam tak ada paksaan dalam beragama (QS 2:256). Yang mau beriman silakan. Yang mau kafir silaaaaaakan (QS 18:29).

Bagi orang-orang yang telah menganut Islam tak ada lagi pilihan lain. Islam adalah final, pilihan terakhir. “Barangsiapa menerima agama selain Islam, ia tidak akan diterima” (QS 3:85).

Bangsa preman

Kita ini belum siap berbhineka, berdemokrasi, Kita ini hobi dengan arogansi, agitasi, provokasi, intimidasi. Kita alergi terhadap adu argumentasi, diskusi, dialog. Dengan kasat mata di mana-mana disaksikan tawuran, konflik horizontal/vertikal, konflik berbau sara/darah, saling bakuhantam.

Saling bakuhantam antara warga pendatang dan warga lokal. Bisa disebabkan oleh karena arogansi kelompok, bisa karena kesenjangan sosial, ketiadaan keadilan sosial-ekonomi-politik.

Bahkan di tingkat elite pun segala sesuatu tampak wajar diselesaikan dengan adu otot, adu jotos, bukan dengan aduj argumentasi, diskusi, dialog, musyawarah, mufakat.

Di mana-mana yang seharusnya mengambil tanggungjawab adalah komandan, pemimpin, dan bukan malah dialihkan kepada prajurit, rakyat.



Densus-88 lebih teroris dari troris.

Densus 88 dalam menjalankan aksiny, misinya (bertindak atas kepentingan dan pesanan tertentu), lebih teroris dari yang dicap teroris, lebih brutal, sadis, kejam, anarkis, tidak manusiawi. Sampai-sampai yang baru diduga teroris ditembak mati di depan mata keluarganya saat melakukan shalat (SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 26/2010/1431H, hal 2-7, “Republik Preman”.

Konflik dalam HKBP

Konflik, seolah menjadi hal yang intrinsic dengan HKBP. Pemicunya lebih menyangkut pada perebutan kuasa dan pengaruh. Tak bias menerima perlakuan egalitarian. Inginnya diistimewakan, dipentingkan, suka otoriter.

Petinggi HKBP sudah saatnya memperbarui segala sifat dan perilaku negative, seperti kebencian, egoism, arogansi (SM Edisi 26/2010, hal 13-15).

(Asrir BKS1010130830 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Saturday, October 09, 2010

Musibah dan usaha



Musibah dan usaha

Musibah diatasi dengan usaha. Suatu ketika Nabi Ayub mengalami musibah berupa sakit (sakit kulit ?). NaBI Ayub dituntun, dibimbing Allah agar berusaha mengobati penyakitnya dengan berupaya mendapatkan obatnya berupa air obat (obat penyakit kulit ?). Nabi Ayub hanya mengeluhkan penyakitnya kepada Allah tanpa memohon agar disembuhkan. “Dan ingatlah akan hamba Ayub, ketika ia menyeru TuhanNya : Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. Allah berfirman : Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (QS 38:41-42; simak juga QS 21:85).

Suatu ketika Siti Maryam binti ‘Imran mengalami musibah bencana berupa hamil tanpa bersuami. Akibat tekanan batin yang dideritanya, Maryam menjauhkan diri ke tempat terpencil. Semakin dekat waktu melahirkan, kesedihan, ketakutan, kekhawatiran Maryam semakin memuncak. Maryam khawatir akan takdir yang akan terjadi. Sangat berat beban pemikiran yang menimpanya. Sebagai seorang wanita yang be3rasal dari keluarga baik-baik dan shaleh, tentu dengan kejadian mengandung tanpa bersuami itu merupakan pukulan batin yang teramat berat dan pedih. Apakah orang tidak akan menuduhnya telah berbuat zina ? Yang mencemarkan nama baik keluarganya. Sungguh merupakan beban penderitaan batin yang tak tertanggungkan. Siti Maryam mengeluh, tak ada gunyanya ia hidup.“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, maaryam berkata : Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang taidak berarti, lagi dilupakan” (QS 19:23). Demikian terasakan dalam kisah Maryam dalam QS 19:22-26. Bisa dibayangkan betapa remuknya perasaannya bila tak datang ma’unah, pertolongan Allah yang disampaikan Jibril kepada Maryam. Siti Maryam dituntun, dibimbing Allah agar berusaha tegar, tak bersedih, dan berupaya mendapatkan kembali tenaga, kekuatan.”Maka Jibril menyeru dari tempat yang rendah : Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah kohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS 19:23-25) (ALHIKMAH, Bani Saleh, Bekasi, No.5, Th.III, Desember 1996, hal 13).

Setelah menerima wahyu pertama, sebelum turun surah adDhuha, Rasulullah pernah mengalami goncangan batin yang sangat dahsyat. “Aku adalah hamba Allah yang paling benci pada sya’ir. Tidak ada seorang dari hamba Allah yang paling kubenci selain penyair dan orang gila. Aku tak kuasa melihat kedua orang itu. Bahwasanya jalan yang baik buat menghindarkan tuduhan orang Quraisy, ialah aku pergi ke suatu puncak bukit lalu aku terjunkan diriku ke bawah, supaya habislah riwayat hidupku dan terlepaslah aku dari tuduhan sebagai penyair dan orang gila. Inilah yang terpikir, terlintas untuk mengakhiri hidup dengan menerjunkan diri dari puncak gunung Abu Qubais. Maka aku pun keluar dari rumah untuk menjalankan maksud itu. Rasulullah dituntun, dibimbing Allah agar tak bersedih dan tak berduka cita dengan berupaya mendapatkan kebahagiaan akhirat, antara lain dengan menyantuni yang melarat, menuntun, membimbing yang awam, menyebarkan rahmat karunia ilahi ke segenap penjuru (Simak antara lain Haekal : “Sejarah Hidup uhammad”, 1984:97-98). Tiba-tiba setelah berada di tengah bukit itu aku mendengar suatu suara dari langit yang mengatakan : Ya Muhammad, engkau Rasulullah dan aku Jibril” (Menurut HR Thabary dari Abdullah bin Zubair; juga HR Ibnu Ishaq dari Wahab bin Kaisan dari ‘Ubaid, dalam “Tafsir I bawah Naungan alQur:an” oleh Sayid Quthub, juzuk XXX, hal 373; dan simak juga “Tafsir AlAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk XXX, hal 102).
(Asrir BKS1009240500 written by sicumpaz@gmail.comsicumpas.wordpress.com)

Indonesia masa depan plus

Indonesia masa depan

Barangkali bentuk NKRI maa depan bisa mengacu pada bentuk negara jiran Malaysia. Kepala Negaraanya seorang Raja Diraja yang dipilih secara bergilir di antara semua raja-raja yang masih eksis di bumi Nusantara kini. Sedangkan Kepala Pemerintahannya seorang Perdana Menteri yang dipilih secara berkala tiap empat tahun. Dengan demikian raja-raja di Nusantara kini benar-benar diakui secara nasional, bukan secara lokal saja, bahkan secara faktual.

Masa jabatan Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung di Indonesia masa depan seumur hidup mengacu pada di Amerika Serikat. Silakan direnungkan positif dan negatifnya.

Bangsa pengemis

Kemana-mana naik/turun angkutan/bis kota disaksikan di dalam bis, di seputar lampu merah berjubel pengamen, pengemis.

Di tataran internasional menadahkan tangan, mengemis belas kasihan IMF, Bank Dunia, Negara Donor.

Bahkan mengemis tenaga pelatih/pemain sepakbola dari negara asing.

Bisa-bisa Kapolri, Jaksa Agung, Ketua KPK, Ketua Komisi Yudisial dan lain-lain diimpor dari negara-negara maju.

Sungguh sangat memprihatinkan jadi bangsa pengemis, bangsa peminta-minta, bangsa jajahan modern.

Bangsa preman

Kita ini belum siap berbhineka, berdemokrasi, Kita ini hobi dengan arogansi, agitasi, provokasi, intimidasi. Kita alergi terhadap adu argumentasi, diskusi, dialog. Dengan kasat mata di mana-mana disaksikan tawuran, konflik horizontal/vertikal, konflik berbau sara/darah, saling bakuhantam.

Saling bakuhantam antara warga pendatang dan warga lokal. Bisa disebabkan oleh karena arogansi kelompok, bisa karena kesenjangan sosial, ketiadaan keadilan sosial-ekonomi-politik.

Bahkan di tingkat elite pun segala sesuatu tampak wajar diselesaikan dengan adu otot, adu jotos, bukan dengan aduj argumentasi, diskusi, dialog, musyawarah, mufakat.

Di mana-mana yang seharusnya mengambil tanggungjawab adalah komandan, pemimpin, dan bukan malah dialihkan kepada prajurit, rakyat.



RMS piaraan Belanda
Memenuhi tuntutan/ancaman Indonesia Timur pada 1945 bagaikan menyisakan RMS sebagai kerikil dalam sepatu. Demi hubungan baik, seharusnya Belanda tak memelihara RMS dan juga harus mengakui 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.

(Asrir BKS1010060900 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Si Masinis Menangis

Siapa yang bertanggung jawab mengontrol kerja masinis ? Siapa yang bertanggungjawab mengontrol kinerja Menteri BUMN, Menteri Perubungan. Bagaimana sistem pengontrolan aktivitas perkeretaapian ? Siapa yang bertnggungjawab atas kesalahan sistem ?

(Asrir BKS1010030800 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Kebebasan beragama menurut Islam

Dalam urusan agama, keyakinan, kepercayaan, paham, kebaktian, peribadatan, semuanya bebas, merdeka. "Tak ada paksaan dalam agama". "Yang mau beriman silakan, yang mau kafir silakan".

Namun sama sekali tak bebas mencela, mencerca, mencaci, memaki Tuhan, Nabi/Rasul, Kitab Suci, Agama. Tak bebas mengejek, merobek, menginjak, mengencingi Kitab Suci. Tak bebas mengacau, menista, menodai agama. Tak bebas memaksa, Merubah keyakinan secara paksa. Dakwah, misi, zending hanya dibenarkan tanpa pemaksaan, tanpa iming-iming duniawi, tanpa manipulasi, tanpa rekayasa, tanpa kecurangan. Tak ada kebebasan merusak, mengacau.

(Asrir NKS1010030615 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Terminologi teroris

Beda pendapat terjadi karena beda sudut pandang. Ada yang memandang situasi kini Darulharbi. Dan yang lain memandang bukan. Menurut harapan (das Sollen) Islam itu satu, tapi menurut kenyataan (das Sein) Islam itu brmacam ragam (bisa-bisa 73 firqah). Islam it satu, wajah Islam itu banyak.

Yang membunuh dan yang terbunuh bisa masuk surga tergantung nit, motivasinya. Menumpahkan darah dalam jihad adalah salah satu bentuk rahmatan lil'alamin.
Silakan simak juga ”Teroris dan Pencegahannya”dihttp://sikumpas.blogspot.com/2010/03siapa-yang teroris.html.

sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com

Terminologi jahiliyah

Dikemkakan bahwa terminologi jahiliyah dalam bdang hukum dan bidang politik/tatanegara adalah liar, barbar, anarkis, keos, tanpa aturan, hukum rimba.

”Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki” (QS 5:50). Dipahami agar tak melaksanakan hukum rimba, hukum homo homini lupus, hukum exploitation de l’home oar lhome.

”Sesungguhnya siapa yang keluar dari pemerintahan, walau sekedar satu jengkal, kemudian ia mati, mati dalam jahiliyah” (HR Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas, dalam ”Diadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ”Wajib Ta’at pemerntah dalam hal yang bukan maksiat”). Dipahami terlarang merusak tatanan bernegara yang teratur rapi.

Menghormti kehormatan

Wanita dimuliakn, dihormati, dihargai karena ia memuliakan, menghormati, menghargai kehormatnnya. Bila wanita sudah tak memuliakan, menghormati,menghargai kehormaatnnya, maka ia sebenarnya tak layak lagi dimuliakan, dihormati, dihargai.
Bentuk, wujud dari tak memuliakan, tak menghormati, tak menghargai kehormatan bisa berupa menjual kehormatan, melacurkan diri, membuka pintu zina, membuka pelacuran/prostitusi. Bentuk, wujud pintu zina, pintu pelacuran/prostitusi bisa berupa memperlihatkan, menampakkan aurat, sexappeal, bagian tubuh yang dapat merangsang, mengundang birahi libido.
Emansipasi sebenarnya tak peduli dengan kemulian, kehormatn wanita. Emansipasi bertumpu pada kebebasan. Bebas berbuat seglanya tanpa batas.
(Asrir BKS11009210630 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Hilangnya kepercayaan

Siapa yang dapat dipercayai masa kini ? Apakah politisi, parpol, aparat, pejabat, eksekutif, legislatif, yudikatif, muballigh, da’i ? Semuanya bicara tentang kepentingan rakyat, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat. Namun aktivitasnya hanya untuk kepentingan diri, keluarga, kolega. Semuanya mengatasnamakan rakyat. Siapa yang mau mengorbankan kepentingan diri, keluarga, kolega untuk kepentingan rakyat, kemakmuran rakyat ?
Sikap, sifat hipokrit, munafik sudah membudaya, sudah menjalari diri, sudah dianggap wajar. Semuanya bermuka seribu. Semuanya memakai topeng, kedok, masker. Tak ditemukan lagi yang bisa dipercayai, yang benar-benar bersedia mengorbankan kepentingn diri, keluarga, kolega untuk kepentingan rakyat, kemakmuran rakyat. Rakyat hanya sebagai objek, bukan sebagai subjek.
Siapa yang berni hidup zuhud, qana’ah, wara’, yang berani memanfa’atkan kekayaannya untuk kepentingn rakyat bnyak, yang berani hidup sederhana demi untuk kepentingn rakyat banyak. Mereka inilah yang bisa dipercayai menangani masalah rakyat. Mereka inilah yang tak mau terikat dengan system keprotokoleran.
(Asrir BKS1010050645 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)

Sudut pandang

Pemahaman seseorang terhadap sesuatu tergantung dari sudut pandangnya terhadap sesuatu itu. Sudut pandang dipengaruhi oleh berbagai factor. Antara lain oleh latar pendidikannya, baik formal maupun non-formal. Oleh hal-hal yang ia saksikan, baik melalui mata, maupu melalui telinga, baik berupa bacaan, siaran-tayangan televise-radio. Oleh pengalaman, baik yang menyenangkan, maupun yang menyedihkan ((Simak antara lain TABLIGH, Vol.4, No.02/15 Mei-15 Juni 2006, hal 25 “Dakwah Kultural Muhammadiyah”, oleh Drs Syamsul Hidayat MA).

Karena berbeda pendidikan, pengalaman, pengamatan, maka berbeda pula pemahaman tentang situasi masa ini. Ada yang memandang bahwa situasi kini adalah situasi damai, situasi aman, situasi untuk amar bil makruf. Selaiknya ada yang memandang bahwa situasi kini adalah situasi perang (darul harbi), situasi untuk nahi ‘anil munkar. Dengan menggunakan kacamata globalisasi, geopolitik, tampak nyata bahwa di mana-mana di dunia ini umat Islam diteror secara sistimatis, umat Islam jadi sasaran terror dari musuh-musuh Islam, baik musuh yang terang-terangan, maupun musuh yang sembunyi-sembunyi. Dunia ini adalah dunia perang, baik secara idiologis-akidah, mau pun secara fisik-qithal. Sudut padang tak dapat dinafikan, tak dapat dinegasikan oleh sudut pandang lain.

Ada yang memandang bahwa hanya boleh menyerang, membunuh orang kafir yang berdomisili di daerah konflik. Daerah konflik merupakan Darul Harbi, daerah perang. Ada pula yang memandang bahwa boleh menyerang, membunuh orang kafir yang aktif mendukung aktivitas yang menghina, mengejek, mencacimaki, melecehkan Islam, Nabi Muhammad, Kitab Suci AlQur:an. Seluruh dunia di bawah kendali Anglo Sakson berada dalam situasi Darul Harbi, situasi perang.

(Asrir BKS1008300515 written by sicumpaz@gmail.com)


Jaman sudah berubah bung !

Ketika ada pihak yang menginginkan kembali ke UUD-45 versi asli dan Pancasla, maka ada pihak lain yang mendukung UUD-45 yang telah diamandemen. Alasannya konstitusi bukan kitab suci. Jaman berubah, konstitusi di manamana di dunia membuka peluang diamandeen.

Ketika ada pihak ang mengingikan sistim pendidikan pada era parlementer, yang serba bebas, demokratis, yang serba beragama, maka ada pihak lain yang mempertahankan sistim penddikan pada era presidensial, yang serta tak bebas, uniform, yang serba seragam.

Ketika ada pihak yang menginginkan teganya embali pola tatanegara, tataniaga kekhilafahan, yang merakyat, maka ada pihak yang mempertankan pola tatanegara, tataniaga jaili sekuler, yang materialis-kapitalis. Alasannya jaman berputar. Yang sudah terjadi tak dapat dimusnahkan. Pola tatanegara jahili sekuler tak dapat dirbah mejad pola tatanegara islami. Pola tataniaga jahii sekuler tak dapat dirubah menjadi tataniaga islami. Lembaga ribawi-bank tak dapat dirubah menjadi lembaga sadaqah-inffaq. Tata budaya, tata busana, media informasi tak dapat diolah menjadi islami.

Sayyid Quthb sejalan dengan imannya sangat optimis bahwa kehidupan yang islamis akan tercipta di Negara-negara Islam. Ia juga jakin terhadap kecocokan Islam sebagai suatu system yang mampu mengatur dunia, bahwa upaya mewujudkan kembali system masyarakat Islam bukanah suatu kemustahilan (“Keadlan Sosia dalam Islam”, Pustaka, bandung, 1994:339-341). Khilafah (Pan-Islamisme ?) dalam pandangan Hadji Agus Salim hanyalah impian, yang sama sekali tidak realistis (Simak PEDOMAN MASYARAKAT, No.9, Th.IV, 2 Februari 1938; No.6, Th.IV, 12 Januari 1938).

Mengacu kepada “Islam di Smpang Jalan” nya Leopod Weiss (Mammad Asad) menyimpulkan bahwa jiwa orang-orang Eropa saat ini sama seali tdak cocok untuk menerima ajaran-ajaran Islam. Dibutuhkan beberapa generasi lagi di mana Barat mau menyebarkan semangat Islam ke segenap penjur ( idem, 1994:347-348)

(Asrir BKS1008250930)


Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Islam di Indonesia
Taloid MEDIA UMAT diterbitkan oleh “Pusat Kajian Islam dan Peradaban”. Diharapkan Penerbit dapat pula menerbitkan buku hasil kajian tentang “Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Islam di Indonesia”. Lembaga Pengkajian WAMY, tahun 1993 telah menerbitkan buku ‘Gerakan Pengkajian dan Pemikiran”, yang antara lain tentang Hizb alTahrir, Jama’ah Tabligh, Jama’at Islami, alIkhwan alMuslimun. Sekilas SABILI, No.27, 11 Juli 2002 menyajikan tentang Jama’ah alMuslimun (Hizbullah) yang diprakarsai Wali alFattah.
Juga diharapkan Penerbit dapat menerbitkan buku hasil kajian tentang “Karya Monumental Umat Islam Indonesia selang waktu 1900-2000” di bidang social dan sains dalam mengupayakan bangkitnya kembali Peradaban Islam.
Kebangkitan Peradaban Islam
Syi’ar Islam, Edisi XXI, Januari 2010, antara lain menyajikan bahwa Peradaban Islam pasti bangkit kembali di masa yang akan dating, dalam rentang waktu yang cukuplama. Ekspektasi demikian wajar-wajar saja. Seyogianya ditopang dengan anlisa data historis masakini.
Pada rentang waktu 1900-2000 di Indonesia (yang mayoritas Islam) dan di Timur Tengah dan di Dunia Islamlainnya sama sekali takpernah munculkarya monumental, baik di bidang social,maupun di bidaang teknologi. Takpernah muncul sosok semacam Keynes di bidang social, Bill Gates di bidang sains. Apakah memang benar teori Stoddaard bahwa keunggulan itu hanya pada Nordis.
Dakwah dan Da’i
Dibutuhkan dakwah actual, factual, yang mengatasi problem yang terjadi di masyarakat, yang menyentuh pada seruan untuk tidak melakukan kejahatan structural, yang berorientasi moral sosial, yang tak menimbulkan penyakit social. Dakwah untuk menangkal tindak korupsi, rentenir, vrij omgang, pergaulan bebas, aborsi, perdagangan anak, untuk meninggalkan dan menanggalkan system jahili-sekure.
Dibutuhkan da’i yang bersiskap mental, berperilaku wara’, tawadhu’, zuhud, qana’ah, yang meninggalkan dan menanggalkan sifat gemar tampil bersama selebriti, gemar tampil sebagai bintang iklan, gemar tampil sok alim, sok ilmiah, gemar cengengesan, cekikan, gemar terhadap yang bernuansa seksual.
Menyelesaikan perselisihan
Di berbagai masjid, setelah mengucapkan salam mengakhiri shalat Jum’at, imam segera mengimami membaca AlFatihah, Dzikir dan Do’a. Juga setelah shalat Janazah, imam segera membacakan AlFatihah danDo’a dengan jahar (suara keras), padahal tadi ketka shalat Janazah bacaannya dengan sir (suara pelan).
Pertanyaan: Hal ini, termasuk macam ikhtilaf yang mana ? Apakah merujk pada AlQr:an, Sunnah, Ijma’, Qiyas, Istihsan, Qaul Shahabat, Marsalah mursalah, Fatwa Shahabat (yang ittifaq dan yang ikhitlaf), Haditrs Mursal, Hadts Dha’if ? Apakah ini mengacu pada Qaul Imam Malik, Abu Hanifah, Syafi’I, Amad bin Hambal ?
Pengadilan di dunia dan pengadilan di akhirat
Dalam QS 9:29 disebutkan “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan alKitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”..
Dalam QS 22:69 disebutkan “Allah akan mengadli di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya”.
Atasan dan bawahan
AH Nasution dalam bukunya “Pembangunan Moral, Inti Pembangunan Nasional” (hal 53-54) menunjuk lima ukuran keberhasilan menurut agama Islam, yaitu :
- Apakah orang yang di atas (pemimpin) memiliki kasih saying, sehingga dia tidak berani makan sebelum rakyatnya makan.
- Apakah orang yang memerintah itu menjadi pelayan (khadam) atau menjadi tuan besar bagi rakyatnya.
- Apakah orang-orang berani, orang-orang kaya, orang-orang berilmu itu mencari kesenangan, kemewanan, kepuasan ataukah pencari pengabdian, pengorbanan dan keridhaan Tuhan.
- Apakah orang-orang di atas (pemimpin) kian memperbanyak, menumpuk-numpuk kekayaan, tanpa memikirkan nasib mereka yang kian hari kian melarat, lapar dan kekurangan.
- Apakah orang-orang jahat dilindungi dan orang-orang ternaiaya dibiarkan.
(KOMPAS, Senin, 23 Oktober 1995, hal 11, ‘Pembangunan Moral Tertinggal”).
Das Sollen dan Das Sein
Secara teoritis (Das Sollen) keuangan LPS bias sja dikategorikan bukan sebagai keuangan Negara, karena LPS berupa badan hukum. Secara praktis (Das Sein) keuangan LPS bias pula dikategorian sebagai keuangan negara, karena keuangan LPS diaudit oleh akuntan public. Demikian pula halnya dengan keuangan BUMN.
Pertanyaan : LPS, BUMN apakah punya neraca ? Dalam pasiva (kredit)nya apakah ada pos stockholder, shareholder, pemegang saham, pemegang modal ? Apakah pemilik modal itu sama dengan pemilik uang ?
Anak jalanan. Tanggungjawab siapa ?
Anak jalanan, kehadirannya tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya. Tak di-bismillah-kan. Tak diawali dengan ucapan bismillah.Kehadirannya akibat sikon social masyarakat. Terwujud secarastruktural.
Ini adalahtanggungjawan masyarakat. Tanggungjawan kebijakan Negara.Kebijakan penyelenggara. Satu kebijkan terkait dengan kebijakan lain. Masalah anak jalanan tidak berdiri sendiri. Menyangkut semua bidang kehidupan : ideology, politik, ekonomi, social, cultural, moral.
Evaluasi menyeluruh
Diperlukan evaluasi kebijakan secaramenyeluruh dari Manipol, GBHN, mana yang sudah berhasil, dan mana ang masih harus dituntaskan di bidang pertanian, industry,pertambangan,energy, pariwisata, perdagangan, koperasi, tenaga kerja, transmigrasi, lingkungan hidup, agama, pendidikan, kebudayaan, iptek, riset, kesehatan,kependudukan, perumahan, hokum,penerangan, keamanan, dan lain-lain.
(Asrir BKS1001211030 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com))